Surprise?


ia berjalan santai menghampiri rumah berlantai dua di seberangnya berdiri. setelah lebih dari lima kali ia mendatangi rumah milik pram ini, ia sudah hapal kebiasaan si tuan rumah yang gemar tidak menutup pintu pagarnya rapat-rapat.

namun kali ini sepertinya sedikit berbeda. musik tersetel dengan volume cukup keras, sampai di indra pendengarnya. lampu warna-warni juga tambah menyemarakkan suasana malam, membuat ia bertanya-tanya acara apa yang sedang diadakan temannya itu.

begitu mencapai halaman yang tak begitu luas namun rindang oleh beberapa pepohonan, ia menyadari sesuatu.

“sial, gue salah kostum!”

kedua telapak tangan refleks menutupi wajah manisnya, menghindarkan ia dari tatapan-tatapan bingung yang orang layangkan padanya. ah, pasti dalam pikiran masing-masing orang itu ia nampak seperti anak sekolah dasar yang tersasar.

“pram sialan, awas aja lu!”

kakinya menghentak sebal, ia memilih memutari halaman melewati jalan setapak kecil yang menghubungkan dirinya pada pintu belakang. ia pikir, sepertinya akan lebih aman jika ia masuk lewat pintu itu.

tak sampai lima menit, pintu belakang pun sudah nampak di hadapan, namun lagi-lagi keberuntungan tak memihaknya. keadaan di pintu depan bahkan tak seramai disini. moodnya yang sedari tadi buruk, makin bertambah buruk akibat kesialannya ini.

“duh sekarang gue mesti lewat mana dah, gak mungkin juga pulang, gojek tadi pasti udah balik.”

tenggelam dalam pikirannya, ken berjalan tak tentu arah. hingga tanpa terasa ia mencapai ruang tamu yang sejak tadi menjadi tujuannya.

“oke, kayaknya gue gak sial-sial banget sih ini.”

bagian dalam rumah juga cukup ramai, sepertinya pesta yang diadakan pram bukanlah pesta kecil-kecilan seperti yang ada dalam benaknya.

berbekal rasa kesal karena dikerjai oleh temannya itu, ken memilih melangkah menuju lantai dua, tepatnya dimana kamar pram berada. ia bahkan tak terpikirkan untuk menghubungi atau sekedar mengirim pesan menanyakan keberadaan lelaki itu, dan lebih memilih mengikuti instingnya.

lantai dua cukup sepi, baguslah. ken tidak perlu berjalan pelan atau tiba-tiba bersembunyi akibat salah kostumnya. sambil berjalan menuju dimana kamar pram berada, dalam pikirannya telah terancang pukulan gaya apa yang akan ia berikan untuk menghukum temannya yang jahil itu.

tangannya hampir saja mencapai knop pintu, tepat sebelum pergelangan tangan kanannya ditarik secara tiba-tiba membuat ia hampir kehilangan keseimbangan.

nampak seorang lelaki jangkung menarik, bukan, setengah menyeretnya hingga kini keduanya duduk di sebuah sofa yang berada di pojok lantai dua.

ken yang masih belum menyadari apa yang terjadi, kembali dikagetkan saat seorang yang menariknya itu memeluk lengannya erat, dengan kepala yang menyender nyaman di bahu kirinya.

“kita ketemu lagi, hehe..” samar-samar suara lelaki itu terdengar, membuat kesadaran ken kembali ke permukaan.

“lah, lo si asdos itu kan??”

percuma, pertanyaannya tidak ditanggapi apalagi diberi jawaban. karena lelaki yang tadinya hanya bersandar itu, memilih untuk memeluknya erat dari samping.

“kenapa kita selalu ketemu waktu lo mabok gini sih?”

ken heran, tentu saja. bahkan ini pertemuan mereka ketiga kalinya dan dalam keadaan adnan yang sama, dalam pengaruh alkohol. hal ini membuat ken bertanya-tanya, permasalahan apa yang lelaki itu hadapi sehingga membuatnya selalu meminum cairan beralkohol itu.

dan lagi, apa hubungan yang membuat keduanya selalu bertemu dalam keadaan seperti ini.

“kak, lo masih sadar atau udah mati?”

oke, sepertinya ken juga sudah mirip seperti orang yang setengah mabuk.

“engap banget anjir, ni orang gak maen-maen emang kalo meluk gue.”

ken membenarkan sedikit posisinya, menyandarkan kepalanya pada punggung sofa dengan tangannya yang kini terangkat naik mengelus belakang kepala milik asdosnya itu.

“apa jangan-jangan gue mirip mantannya ya? ni orang keliatannya kayak habis patah hati deh.”

akibat elusan di belakang kepalanya yang membuat ia makin nyaman, wajah adnan makin tenggelam dalam ceruk leher ken yang lagi-lagi terkekeh kecil akibat hembusan nafas hangat milik asdosnya itu yang mengenai permukaan kulit lehernya.

dan nampaknya ken makin menikmati suasana nyaman yang tak sengaja ia ciptakan, kini bahkan ia membalas pelukan hangat yang adnan bagi padanya.

“masak secepet ini sih gue move on, perasaan gue bulol banget deh sama mas mantan..”

sibuk dengan pikirannya membuat ken terkaget saat adnan tiba-tiba mengigau kecil,

“gue b-bakal tanggung jawab..”

“hahh?”

“g-gue sayang banget sama lo, g-gue bakal tanggung jawab..”

“ni orang ngomong apa sih? tanggung jawab apaan?”

ken yang awalnya ingin menarik adnan untuk menjauh dari tubuhnya menjadi urung akibat lelaki itu semakin mengeratkan kaitan tangannya pada pinggang sempit milik ken. tak kehabisan akal, ken mencoba menangkup wajah milik lelaki yang kini bergelung nyaman dalam pelukannya, mencoba mengecek apakah adnan masih dalam pengaruh alkoholnya atau tidak.

namun sepertinya ken menyesali keputusannya itu, karena saat wajah tegas milik adnan telah mendongak menatap tepat di wajahnya, lelaki itu malah mengikis jarak keduanya dan mendaratkan bibirnya pada bibir tipis milik ken.

cup

“lah?”

masih dikuasai keterkejutannya membuat ken tak siap saat adnan memilih mengecupnya kembali, membawanya ke dalam lumatan-lumatan kecil yang membuat kesadarannya semakin timbul tenggelam.

terlarut dalam kegiatan membuat mereka tak menyadari sebuah ponsel yang diarahkan untuk merekam keduanya jauh sejak awal dua lelaki itu mendudukkan diri di sofa ujung lantai dua.

“asikk dapet bahan gosip baru!”