write.as

Persyaratan Pak Guru

Motor XSR 155 hitam milik Tara baru saja mendaratkan rodanya di depan rumah Tiara. Setelah memberi tahu Tiara bahwa ia sudah didepan rumahnya, Gadis ini keluar dengan oversize sweater berwarna putih. Ia datang menghampiri Tara dengan raut muka marah dan siap menelan Tara hidup hidup.

“LO YA NGILANG BEBERAPA HARI DI HARI TENGAH TENGAH UJIAN GUE!!!” Tiara mendekati badan kecilnya ke tubuh Tara diikuti gerakan memukul dada Tara.

“Aw! Sakit tau!”

“LO BOLEH MARAH! TAPI, ACARA KULIAH DI HARI MINGGU? LO GAPINTER BOONG!”

“hehe sorry sorry” ucap Tara sambil terlibat senyum wajahnya

Tiara kemudian memeluk Tubuh Tara erat erat karena ia sangat menyesali perbuatannya malam itu. Perbuatan yang membuat Tara hilang secara berhari hari kabar. Tara dengan ragu membalas pelukan Tiara.

“Ka, please jangan kaya gini. Nah gue mau jelasin sekalian perihal kemarin. Please dengerin ya...”

“Iya. Tapi ga disini. Yuk”

“Hah kemana?” Tanya Tiara

“Ikut aja. Kalau Lo jelasin disini, nanti disangka gue pacar Lo yang abis selingkuhin Lo dan kita berantem di depan rumah kaya gini. Intel dimana mana.” Maksud Tara adalah ibu ibu komplek Tiara yang sudah pasti memasang telinganya disekitaran rumah Tiara.

“Ehm.... Bener juga. Yaudah mau kemana?”

“Udah naik. Nih pake jaket gue. Lo demen banget make sweater bolong bolong begitu.” Tara melepas jaketnya dan memasangkan nya ke Tubuh Tiara. Tak hanya itu, ia memasangkan pula helm polisi nya yang Tiara benci.

Kedua insan ini menyusuri dinginnya kota dan menuju cafe Neo 112 tempat Tara bekerja. Tara ingin mendengarkan penjelasan Tiara disana sekaligus melihat keadaan cafe yang ia tinggalkan berhari hari.


“Ka... kok Lo bawa gue kesini? Gue trauma sama cafe Lo.” Tanya Tiara dari atas motor

“Trauma kenapa?”

“Karena di Cafe Lo ada kenangan yang pait menurut gue.”

“Kok pait? Kan Lo sama pacar idaman Lo Reno?” Tara bertanya kepada Tiara yang jelas jelas ia cemburu saat itu.

“Ehmm anu....”

“Udah ayo turun, katanya mau ngejelasin? jelasin didalam”

“I-iya.”

Tiara turun dan melepas helm milik Tara. Mereka memasuki cafe dengan suasana yang lumayan sepi karena weekdays.

“Lo duduk disini dulu ya. Gue mau kedalam sebentar. Nge check teman”

Tara menarik kursi di cafe tersebut untuk Tiara duduki. Tiara menunggu disana sekitar 10 menit dengan wajah yang terpaksa diajak ketempat ini. Tak lama, Tara kembali dengan membawakan botol plastik berisikan air hangat dan smoothies yang ia buatkan khusus untuk Tiara.

“Nih, kompres perut Lo biar marah marahnya mereda.” Tara memberikan botol plastik berisi air hangat tersebut kepada Tiara.

“Hah? Kok Lo tau gue lagi-”

“Iya, gue ngitungin dari tanggal terakhir Lo. Lo lupa gue calon dokter?”

“Ehm iya pak dokter. Makasihhh”

“Terus ini apa ka?”

“Smoothies khusus buat Lo. Bisa ngurangin rasa nyeri”

Tiara kurang yakin dengan smoothies tersebut karena warnanya yang tidak cantik dimatanya.

“Udah minum, cobain dulu. Don't judge book by it's cover”

“Iya iya...”

Tiara menyedot smoothies buatan tara secara perlahan dan ternyata benar. Smoothies yang dibuat oleh Tara sangat enak baginya.

“Kak enak banget ternyata!! Ini smoothies dari apa aja? Ada di menu? Kalian hebat banget nyediain smoothies buat orang datang bulan”

“Ini gaada di menu. Gue buatin khusus buat cewe yang cerewet. Isinya ada Jeruk, Apel, sama wortel. Gue kasih plain yogurt abis itu.”

“Woahhh terbaik!!! Pantes cafe Lo rame, barista nya pengertian begini.”

“Gausah muji. Apa? Lo mau jelasin apa ke gue?”

“Oh iya sampai lupa. Ka, gue lurusin dulu kalau gue sama Reno ga pacaran. Iya sih menjulur kesana, tapi belum. Masih proses. Dan jaket Lo itu gue pake karena sweater gue lainnya dicuci. Ditambah lagi gue gatau Reno mau ngajakin kesini...”

Selagi Tiara sibuk menjelaskan perihal malam tersebut, Tara tidak memperdulikan omongan gadis ini. Melainkan Tara terpikat dengan wajah Tiara yang sangat cantik dengan nada bicaranya yang lucu. Penjelasan itu tidak perlu menurut Tara, karena ia tau, selagi hal tersebut membuat Tiara bahagia kenapa tidak. Walaupun itu menyakitkan.

“Jadi gitu ka. Lo mau maafin gue kan?”

“Ehm. Mau. Tapi bersyarat.”

“SYARAT APALAGI!!!???”

“Sabtu ini, Lo ikut gue dan sahabat gue keluar Kota. Itu syarat pertama.”

“HAH? TEMEN DORA THE EXPLORER LO KAK!?”

“iya.”

“Kalau itu buat gue dimaafin, gue lakuin gpp. serius.”

“Gacuma itu.”

“Apalagi ya tuhan ka Taraaaa .....”

“Lo harus janji, jaket gue dicuci habis Lo pacaran.”

“IYAAAAAAAA. IH MAAFIN KALAU YANG ITU. TADI KAN GUE JELASIN JUGA KAAA” Teriak Tiara yang memerah mukanya menahan malu karena telah mengingkari janjinya kepada Tara waktu itu.

“Yaudah abisin. Terus gimana ujian Lo?”

“Iya, berkat kisi kisi dari Lo, gue bisa kak. Semuanya Alhamdulillah keluar. Ga sia sia gue punya guru pinter dan ganteng gini”

Tara kaget dengan kata terakhir dari mulut Tiara. Barusan ia baru saja memuji Tara bukan?

Tara mengarahkan tangannya ke rambut cokelat gadis tersebut dan mengacak ngacaknya.

“Dasar anak kecil. Suka kok sama om om kaya gue.”

“Dih suka!? Gue cuma bilang Lo ganteng! Bukan suka! Lo tuh type nya cewe cewe tapi gue heran kenapa Lo jomblo gini deh”

“Iya, karena gue mau pacaran tapi cuma sama Lo Ra. Gabutuh orang lain. Lo salah satu alasan gue bertahan saat ini” ucap Tara dalam hati

“Oiya kak, kok lo gemukan? Tangan lo kaya membesar gitu? Lo lagi program besarin badan kayak orang orang di gym kah?” Lirik mata tiara mengarah ke tangan milik Tara yang membengkak akibat proses kemo pertamanya.

“Oh. Iya, lagi program gitu. Biar ga kurus kurus banget.” Tara sambil memegang tangannya yang membengkak tersebut.

“Badan udah pas kok program sih. Ada ada aja emang kerjaan cowok.”

“Hehe iya…” Tara bingung harus menjelaskannya bagaimana kepada Tiara. Ia tidak ingin pertemuan nya bersama Tiara kali ini berakhir dengan tangisan.

“Ra, maaf gue belum bisa ngasih tau. Gue belum siap. Belum siap kehilangan lo…” suara hati Tara jika bisa diungkapkan dengan kata kata

Malam tersebut berakhir dengan canda tawa yang dibuat Tiara di Cafe Neo 112. Setelah menghabiskan smoothies miliknya, mereka bergegas pulang karena sudah terdengar gemuruh petir dilangit.