write.as

Terima Kasih Meghantara Prakasa

Genk Kesatria Malam mendudukkan Tara di kursi panjang rooftop SMA Nirvana. Tiara duduk disebelah Tara, ia membantu merapikan posisi selang oxygen pria itu. Kemudian, Tara menyenderkan kepalanya di Bahu Tiara.

“Langitnya cantik ya Peri? Bulan nya bersinar terang.” Lirih Tara

“Iya kak, cantik.” Balas Tiara dengan pelan

“Ka Tara...”

Tara menjawab “hmm?”

“Capek ya kak?” Tanya Tiara

Tara hanya tersenyum, lalu mengangguk “Capek, Capek banget Peri.”

“Sembuh ya kak?”

“Tiara Estherlina, nama yang cantik seperti bulan malam ini.”

“Kak, sembuh ya?”

“Sembuh kok. Setelah ini...”

Tara mengulurkan tangannya, mengarahkannya kepada Tiara “Genggam tangan gue,” pinta Tara

Tiara hanya tersenyum kecil dan segera menerima tangan Tara, menggenggamnya erat. Mereka berdua saling menatap kedepan, saling diam beberapa menit, menikmati angin malam dan keindahan kota Jakarta dari atas Rooftop SMA Nirvana.

“Makasih ya, Ra.” Lirih Tara terdengar sangat halus

“Untuk apa kak?” Balas Tiara

Mereka tak saling bertatap muka, masih fokus dengan langit yang indah malam ini.

“Semuanya. Walaupun beberapa keinginan gue ga bisa terwujudkan, tapi gue bersyukur sudah dibantu beberapa. Makasih udah bantu mewujudkan keinginan gue.”

“Maaf juga...” Ujar Tara, kali kni penuh arti dalam kalimatnya itu

“Maaf kenapa?”

“Gue tiba tiba masuk ke hidup Lo dan jadi beban buat Lo dan semua orang.”

“Kak.... Harusnya gue yang bilang makasih dan minta maaf. Makasih karena udah banyak mengajarkan arti kehidupan, rasa bersyukur, dan kebahagiaan sekecil apapun di hidup gue. Lo berhasil membuka mata gue, bahwa hidup ga seindah yang gue pikir.” Ungkap Tiara

“Terus maaf nya buat apa peri?” Tanya Tara penasaran

“Maaf kalau gue yang menyebabkan Lo kaya gini. Lo berusaha mati Matian bertahan demi terjalannya keinginan Lo itu. Dan di semua keinginan lo, hampir semuanya tentang gue. Jadi, gue minta maaf kak...”

“Engga ada yang harus dimaafin. Semua gue lakuin emang untuk meraih kebahagiaan di semesta ini. Dan kebahagiaan gue itu Lo, Ra.” Tara mengeratkan genggaman tangannya, ia merasakan nafasnya mulai tak teratur. Udara dingin yang menusuk nusuk di kulit tangannya.

“Ra...”

“Iya kak?”

Tara terdiam sebentar, menata hatinya sejenak. “Kalau gue bilang, gue capek, gue pengen tidur, Lo bolehin ga?”

“Enggak.” Jawab Tiara dengan cepat.

“Kenapa engga boleh?”

“Karena gue belum bisa buat Lo bahagia seutuhnya.” Terang Tiara

“Gue udah sangat bahagia peri cantik.” Ungkap Tara jujur

“BELUM!”

“Udah, Tiara.”

Kini giliran Tiara yang dibuat diam, suara pria itu terdengar melemah.

“Lo beneran udah capek kak?”

“Iya.”

“Pengen istirahat sekarang?” Netra Tiara mulai menciptakan bendungan air mata.

“Iya, pengen istirahat sekarang.”

“Walaupun gue bilang enggak, Lo tetep mau tidur kan ka?”

“Iya, sakit semua, Tiara. Maaf, gue udah gakuat lagi...”

“Lo mau nyerah kak?”

Pertanyaan itu berhasil membuat air mata Tara perlahan mengalir, membasahi pipi pucatnya. “Iya, untuk kali ini, gue akan nyerah sejadi jadinya. Maaf, gue sekuat itu, Ra.” Lirih Tara menahan isakannya. “Sakit semua.”

“Sakit dimana kak? Lo bisa bagi ke gue sakitnya.” Ucap Tiara

“Gaboleh, Lo gaboleh sakit. Biar gue aja.”

Tiara merasakan genggaman Tara semakin dingin. Ia tak ingin melepaskan genggaman itu. Suasana malam ini terasa berbeda dengan malam-malam lainnya ketika mereka tengah berdua.

“Ra, sebelum gue tidur, gue pengen Lo mewujudkan satu keinginan gue terakhir.” Tara mengangkat kepalanya, menoleh ke arah Tiara. Tiara tersenyum kecil dengan air mata yang masih mengalir.

“Hey, jangan nangis.” Pinta Tara

“Tolong tetap tersenyum seperti gadis kecil yang gue temuin di Pantai waktu itu. Senyuman yang bisa merubah dunia seseorang. Apapun yang terjadi, senyuman Lo gaboleh pudar ya?”

Tiara hanya bisa menahan tangisannya ketika dirinya menatap mata lelaki disebelahnya.

“Peri, gue pengen tidur. Gue ngantuk.” Ucap Tara

“Kak, kita balik ke RS ya.”

“Ga, gamau. Gue mau tidur disini bersama perempuan yang gue sayang.” Pinta Tara

Tiara menundukkan kepalanya. Ia mengerti jelas arti dari kalimat yang terucap dari mulut Tara. Genggaman yang mulai kendur itu, ia berusaha eratkan kembali.

“Kak, Lo mau tidur sekarang?”

“Iya, boleh ya? Biar gue bahagia” Rajuk Tara, air matanya kembali mengalir.

“Iya kak, boleh. Lo boleh tidur sekarang.”

“Peri Cantik, sebelum gue tidur, gue pengen melihat pemandangan terakhir di mata gue.” Tara mengangkat lengannya ke langit, dan memberi isyarat tangan “🤟🏻” yang menandakan bahwa ia sangat mencintai Tiara.

Tiara mengikuti gerakan tangan Tara. Malam ini, semesta menjadi saksi bahwa keduanya akan berpisah.

Tara menoleh, sedikit mendekatkan wajahnya. Ia berbisik “I love you, my universe. Tiara Estherlina.”

Tara tersenyum kecil. Kebahagiaan nya terasa berlipat-lipat malam ini. Tara kemudian memejamkan kedua matanya.

“Gue tidur ya, selamat malam. Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih udah jadi tujuan hidup gue disemesta ini” ucap Tara

“Ka, gue minta maaf. Maaf kalau gue selalu maksa Lo buat bertahan padahal Lo maunya pergi. Tugas Lo udah selesai kak. Sekarang jemput semesta baru Lo. Semesta yang akan memberikan kebahagian penuh nantinya.”

“Kak, gue sayang sama Lo. Kita semua sayang sama Lo kak. Lo segalanya di hidup gue, Lo pria yang hebat, pria paling hebag. Gue sayang Lo kak Tara...” Tiara terisak.

“Selamat beristirahat”

Perempuan itu lalu nangis sejadi jadinya. Dunia nya hancur, semestanya runtuh.

Lelakinya pergi, pergi ke tempat yang sangat jauh. Bahkan, tidak akan pernah bisa kembali lagi.

Ya, Meghantara Prakasa telah pamit. Meghantara telah beristirahat. Pria yang pemberani dan selalu kuat untuk bertahan, malam ini mengakhiri hidupnya. Dia menyerah, menerima dengan ikhlas keinginan semesta nya. Bahkan semestanya terlalu menyayangi Tara, sampai sampai di detik terakhir hidupnya, ada sosok Tiara yang berada di sisinya.

Selamat Jalan, Tara. Semoga kamu selalu bahagia. Terima kasih telah memberi kisah indah untuk Tiara dan kami semua.

Meghantara Prakasa, Selamat Beristirahat.