write.as

Inikah Cinta? *** Kampus 11.45 wib "Mana grup The Roses?" tanya Wendy sambil melipat tangannya dengan kesal. "Belum ada tanda-tanda nih," jawab Sejeong yang berdiri di sampingnya. "Close rehearsalnya." "Tapi Wen ..." "Close!" Ucapan Wendy tidak bisa dibantah. Sebagai ketua HUT, dia memiliki otoritas penuh atas acara. Hari ini, semua performer diwajibkan hadir untuk mengikuti rehearsal hingga H-1, sesuai dengan jadwal yang telah diberikan kepada mereka. ** Irene, Joy dan Seulgi berlari melewati lorong kampus untuk mencapai auditorium. "Sial! Pak Win kenapa sih hari ini?! Gerutu Seulgi. "Gatau! Kesel!" timpal Joy, "Mana ketua HUT jutek banget! Habislah kita!" Mereka bertiga tergabung dalam grup The Roses dari UKM dance. Salah satu performer yang akan tampil di acara HUT kampus dengan membawakan cover dance kpop berjudul 'Psycho'. ** Auditorium. Pintu terbuka dan semua perhatian tertuju kepada mereka bertiga. Seulgi dan Joy saling tunjuk satu sama lain. "Kamu yang sering ikut rapat. Jadi, kamu yang lapor!" "Aku mulu! Kamu lah sekali-kali!" dengus Joy. "Aku aja," ucap Irene sembari menyeka butir keringat di keningnya. Irene baru melangkah beberapa kaki saat dua orang menghampiri mereka dari arah panggung. "Rehearsal sudah selesai," ucap seorang gadis berjas almamater biru dengan dingin. "Wen, masih ada waktu 3 menit ..." "Aku sudah bilang close kan?" Tiga menit?!! Irene pun dengan cepat menyela. "Maaf, boleh kami ..." "Kamu tahu ini jam berapa?" Gadis yang bernama Wen menyela ucapan Irene. "J-jam 11.58 wib." Irene merasa agak takut saat menjawab karena aura yang dipancarkan Wendy begitu kuat. Kedua teman Irene pun terlihat pucat pasi di belakangnya. "Dan jam berapa seharusnya kamu rehearsal?" Tanya Wen lagi, masih menatap Irene dengan tajam. "Jam 10.55 wib, tapi kami ..." "Kamu telat sejam!" tegur Wendy dengan keras. Tidak peduli ada berapa pasang mata yang melihat kejadian ini. "Tapi, tapi ... kami ada alasan." Irene mencoba menjelaskan situasinya. "Ga usah banyak alasan!" Seru Wendy, "Grup kamu dicoret dari daftar performer!" "Wen, dengerin dulu dong ..." bujuk Sejeong. Sejujurnya, Wendy bad mood seharian karena banyak permasalahan internal tim panitia HUT sehingga hal kecil pun akan membuatnya marah "Kamu tahu? dengan datang terlambat kamu sudah membuang-buang waktu performer lain! Mereka harus menyesuaikan waktu tampil mereka untuk mengisi kekosongan slot dan kami harus menata ulang jadwal!" ucap Wendy tajam. "Wendy ... " Sejeong masih berusaha menenangkan Wendy. "Kalau kamu dan teman-teman kamu tidak berniat tampil, jangan menyusahkan orang lain! Kamu tidak profesional!" bentak Wendy. Hening. Mata Irene mulai berkaca-kaca tapi Wendy tampak tidak peduli, dengan cepat dia membalikkan badannya dan berteriak di auditorium untuk memberi arahan. "Rehearsal hari ini selesai! Performer lakukan koreksi sesuai input dari tim acara!" ** Seulgi dan Joy segera menarik Irene ke sisi auditorium. Mereka merasa khawatir karena temannya ini, meskipun satu tahun lebih tua di atas mereka, memiliki hati yang lembut, selembut kapas, alias cry baby. Dikit-dikit nangis 🙄 "Ren. Kamu gapapa?" tanya Joy dengan panik. Sebutir air mata jatuh di pipi Irene. 'Waduh, waduh nangis nih!' Seulgi dan Joy pun saling pandang dengan panik. "Aku belum pernah dibentak seperti ini sebelumnya," ucap Irene lirih. Seulgi mengangguk setuju. Mereka adalah tetangga sejak kecil. Jadi, dia tahu benar bagaimana orang tua Irene memperlakukan anak tertua mereka. "Aku ... aku jatuh cinta!" tambah Irene, air mata masih mengalir di pipinya. HAH?! Seulgi ternganga. "Ren, maksudnya?" desak Joy. "Iya! Aku jatuh cinta! Joy, dia siapa?!" Irene langsung memegang lengan Joy dan mengguncang tubuhnya. "Eeh ... Wen-Wendy Son. Ketua panitia HUT!" "Ooh," ucap Irene sambil memegang kedua pipinya yang merona merah dan masih dibanjiri air mata. "Wendy Son, calon ibu dari anak-anakku." Seketika itu juga Seulgi ambruk di lantai. Tampaknya terlalu shock! Irene Bae, gadis cantik berusia 22 tahun, dengan yakin mengatakan hal itu sambil berlinang air mata! Sepertinya, itu air mata bahagia ... Sedangkan Joy hanya bisa melongo, takjub. Di saat mereka bertiga sedang terguncang emosinya dengan alasan yang berbeda-beda, Sejeong berjalan mendekati mereka. "Maaf ya. Wendy sedang stress karena ada banyak masalah menjelang acara," ucapnya. "Masa setiap hari stress? Dan kenapa harus bentak-bentak kayak gitu sih?" tanya Joy dengan ketus. "Sekali lagi maaf ya. Kalau boleh tahu, alasan kalian telat apa? Biar aku bantu jelaskan ke Wendy," ucap Sejeong sembari melirik Irene yang pipinya terlihat memerah dan basah, dia pun semakin merasa bersalah. "Pak Win, dosen komunikasi, tiba-tiba memperpanjang kelas hingga 40 menit. Gedung Fisip kan ada di bagian depan area kampus, kami perlu waktu 15 menit untuk sampai ke auditorium, makanya kami telat." "Ooh, kenapa kalian tidak menghubungi salah satu panitia? Nomor kami kan ada di banner," tanya Sejeong. "Aku sudah WA Yoa dan dibalas 'ok'," ucap Joy sambil menunjukkan ponselnya. Sejeong menepuk jidatnya, "Astaga Yoa! Dia pasti lupa memberitahu Wen atau aku. Sekali lagi aku minta maaf, aku akan jelaskan ke Wen." "Tolong ya. Kami sudah berlatih keras selama sebulan ini," ujar Joy, masih kesal. "Iya, kalian tunggu dulu di sini ya." Ketiganya pun mengangguk. Seulgi masih shock, Irene masih terlena, sedangkan Joy cuma bisa mendengus kesal. Dia sangat ingin tampil di acara HUT. ** Setelah mendengarkan penjelasan Sejeong, tentu saja, si Yoa langsung dirujak oleh Wendy. Tiada ampun dalam kamusnya. "Kamu harus minta maaf ke grup The Roses, Wen," ujar Sejeong. "Ya. Mereka di mana?" "Masih di auditorium." "Aku ke sana. Tolong kamu handle dulu meetingnya." "Inget Wen, minta maaf yang tulus!" "Iya." Wendy menghela napas pelan. Dia seharusnya tidak langsung marah-marah tanpa mendengar penjelasan si kucir kuda (Irene) dan teman-temannya. ** Auditorium. Mata Irene berbinar saat melihat Wendy berjalan menuju ke arahnya. Dia pun segera berbalik badan dan bertanya, "Girls, girls! Gincu aku masih on kan?" "Iya, kan baru aja di touch up, Ren," jawab Joy dengan malas, dialah yang membantu Ren merapikan makeup-nya. Dengan penuh percaya diri, Irene membalikkan badan dan melambaikan tangannya guna menyambut Wendy yang kini sudah berada di depan mereka. "Hi We ... " Namun, lagi-lagi ucapannya dipotong oleh Wendy. "Aku minta maaf. Aku seharusnya mendengarkan penjelasan kalian dulu," ucap Wendy seraya menatap mata ketiga gadis di depannya satu persatu. Seulgi menggaruk kepalanya. Irene menyelipkan sehelai rambut di belakang kupingnya, salting karena ditatap oleh Wendy. Sedangkan Joy, dia memutar bola matanya dan berkata, "Maaf, maaf, mbahmu! enak aja-" "DIMAAFIN!" suara Irene menggema di auditorium. Wendy menatap Irene sekali lagi, "Oh, thanks." "Jadi, kami bisa tampil di acara HUT?" Tanya Joy dengan tidak sabar sambil menyilangkan kedua tangannya. "Bisa. Kalian juga bisa rehearsal sekarang," ucap Wendy sebelum berbalik dan memberikan instruksi ke tim panggung, "Guys. Sounds on ya, kita rehearsal 1 tim lagi!" "Nah, gitu dong. Ayo Gi, Ren ... err Ren??" Joy menyikut lengan Irene yang masih dalam mode terpesona. "Eh? I-iya, yuk." Irene tanpa ba-bi-bu langsung melepas jaket adidas putih andalannya di depan Wendy sehingga memperlihatkan crop-top motif kembang jepun dibaliknya. Entah sengaja, entah tidak, tapi biasanya akan membuat orang auto klepek-klepek sih. Sayangnya, Wendy saat itu sedang menunduk untuk menuliskan sesuatu di samsul tab-nya. Irene pun cemberut. Strategi tebar pesonanya gagal total. "Ren, ayo!" Ucap Joy dengan gemas. Seulgi sudah terlebih dulu berdiri di atas panggung dan memposisikan dirinya dengan berbaring di lantai. "Gi! Kita ga pakai koreo 'ngepel'!" Teriak Joy. "Oh?" Seulgi termenung. "Ohh!" Mereka pun mulai rehearsal. ... ... Hey trouble 경고 따윈 없이 오는 너 I'm original visual Yeah~ ... Di saat semua orang bertepuk tangan karena penampilan mereka yang wow mengalihkan dunia, Wendy justru terlihat sibuk menulis sesuatu (lagi) di tab-nya. "Lighting kurang pas," gumamnya. Dia lalu berjalan menuju ke panggung. "Besok kalian rehearsal lagi, di jam yang sama. Oh ya, kalian jangan terlalu maju. Perhatikan pembatas putih di panggung, kalian harus berdiri di belakangnya." Seulgi mengangguk. "Ok!" "Ini nomerku. Langsung kirim pesan kalau besok kalian berhalangan hadir," ujar Wendy seraya memberikan secarik kertas kepada Joy yang langsung direbut oleh Irene. Seungwan menatap Irene dengan heran. 'Ini cewek kenapa sih?' "Kamu mau nomerku juga?" Tanya Irene dengan malu-malu. "Ngga. Buat apa?" Hampir semua orang di auditorium melongo saat mendengarnya. Ingin rasanya mereka menoyor kepala Wendy, tapi mereka takut juga. Joy pun memutuskan untuk membantu temannya yang terlihat sangat shock karena ditolak. "Handphone aku rusak. Tolong simpan nomer Ren sebagai perwakilan The Roses." "Oh ok. Mana nomer kamu?" Pinta Wendy yang langsung disambut dengan senyum cerah Irene. ***