write.as

Jeff mengunci ponsel setelah membalas pesan dari pacarnya, kurang dari lima menit lagi dia akan tiba di kediaman kekasihnya. Baifern — kekasih Jeff adalah seorang model yang baru saja merintis karirnya. Pertemuan pertama mereka di tempat pemotretan majalah, Jeff yang di mintai pihak majalah menjadi model serta meminta sedikit waktu untuk mewawancara mengenai label musiknya untuk di muat di majalah.

Di sana Baifern juga sedang melakukan pemotretan untuk sebuah brand, sebelum giliran Jeff, Baifern lebih dulu melakukan pemotretan di studio yang sama dengan yang akan di gunakan Jeff. Disanalah pertemuan mereka terjadi, diam diam Jeff memperhatikan gerak gerik Bai yang dengan leluasa menggerakkan tubuh nya dengan berbagai pose. Jeff terpana, dan dia tak segan meminta manajernya untuk mencari kontak Bai. . . .

“Hallo cantikku..” Jeff kini membukakan pintu mobilnya untuk sang kekasih. Baifern malam ini menggunakan dress hitam yang di lapisi furing berwarna cokelat kulit. Rambutnya di gerai dan tak lupa ia menambahkan aksesoris kepala agar penampilannya semakin terlihat anggun.

“Hai gantengku..”

“Kamu cantik banget malam ini Bae” puji Jeff, Bai hanya tersenyum malu. Wajahnya memerah karena pujian Jeff. Padahal mereka sudah berpacaran selama hampir setahun, tapi jika Jeff memujinya dia akan tetap merasa malu dan pipinya seketika akan memerah.

“Kamu juga tampan..” Jeff tersenyum sumringah mendengar pujian kekasihnya, dia bahagia, sungguh. Malam ini dia akan mengenalkan Bai kepada kedua orang tuanya, berharap orang tuanya bisa menerima kehadiran Bai sebagai kekasihnya nanti.

Jeff melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, jarak dari rumah Bai ke rumah Jeff memakan waktu setengah jam. Mereka sampai di rumah Jeff tepat pukul tujuh lebih empat puluh menit. Jeff membawa kekasihnya masuk ke dalam, tak lupa tangan yang bertengger di pinggang kekasihnya.

Di ruang makan sudah berada kedua orang tuanya, dan di sana ada Nakunta. Ya, Nakunta. Nakunta yang kemarin sempat akan di jodohkan dengannya, Jeff menautkan kedua alisnya, menciptakan kerutan di keningnya tanda ia kebingungan.

“Bu.. kenapa ada dia?” Tanyanya sambil menunjuk ke arah Nakunta yang duduk tepat di samping ibunya dengan wajah yang tertunduk.

“Ibu yang mengundang Nakunta, Jeff”

“Why?.. ini kan acara makan malam keluarga kita, bahkan aku sudah bawa kekasihku ke sini” Jeff kesal pada ibunya, kenapa ibunya tidak memberitahunya kalau Nakunta juga akan hadir di makan malam kali ini.

“Sayang.. kenalin, ini ibu dan ayah aku”

“Hallo tante, om..” sapa Bai sopan sambil membungkukkan sedikit tubuhnya. Jeff mempersilahkan kekasihnya duduk, bahkan dia menarikan kursi untuk Bai duduk. Nakunta masih terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya ibu Jeff yang tampak girang dengan selalu mengajak Nakunta berbicara. Nakunta hanya menimpali segala pertanyaan dan perkataan nyonya Satur. Berbeda dengan Bai, nyonya Satur tampaknya tidak ramah padanya. Beberapa kali Bai mencoba bertanya untuk mencoba dekat padanya namun tak dia indahkan, bahkan terkesan jutek ketika menjawab pertanyaan yang di lontarkan kekasih dari anaknya itu.

“Bu..” Jeff menegur ibunya yang di anggapnya berat sebelah, ibunya sangat berbaik hati pada Nakunta sedangkan menjawab pertanyaan Bai dengan setengah hati.

“Aku mau tunangan sama Bai, bu..” ibu Jeff menoleh ke arah anak semata wayangnya, memberikan tatapan datarnya.

“Dengan dia?” Tunjuk ibunya ke arah Bai, Jeff mengangguk. Lalu nyonya rumah pun berdecih mendengar pernyataan anaknya, lalu dia bersmrik menatap wajah Bai.

“Yang berhak bertunangan bahkan menikah dengan Jeff itu hanya Nakunta, bukan yang lain” terang ibu Jeff, sambil menatap tepat ke arah mata Bai.

“Bu..” sergah Jeff.

“Jeff.. jangan kurang ajar pada ibumu!” Titah tuan rumah yang sedari tadi hanya diam, dia membuka suara ketika Jeff membentak ibunya.

“Ibu yang udah kurang ajar, ayah..” balas Jeff dengan nada tinggi, makan malam itu berakhir chaos. Jeff pergi meninggalkan rumahnya dan membawa kekasihnya keluar dari sana. Jeff bingung bagaimana cara menjelaskan kepada sang kekasih atas ucapan yang di lontarkan ibunya tadi. Jeff sungguh tak habis fikir, bagaimana bisa Nakunta berada di sana juga. Di acara makan malam yang seharusnya menjadi ajang perkenalan pacarnya dengan ayah dan ibunya.

“Can you explain, bi?” Tanya Bai setelah beberapa menit mereka menghabiskan waktu untuk berdiam diri di mobil. Jeff menghentikan mobilnya di parkiran sebuah taman yang letaknya tak jauh dari rumah kekasihnya. Jeff menutup matanya, menarik nafas sedalam mungkin dan menghembuskannya secara kasar. Dia sungguh bingung harus memulai dari mana.

“Yang tadi kamu lihat di rumah itu, namanya Nakunta. Dia anak dari temen deket ayah aku, kemarin kami makan malam keluarga dan ya ayah aku sama ayah dia bahas tentang perjodohan kami. Antara aku sama Nakunta, kami menolak. Dia menolak, akupun begitu. Dia sudah punya kekasih dan ayahnya minta pacarnya untuk datang, begitu juga aku. Ayah dan ibu meminta aku untuk ajak kamu makan malam di rumah, ya aku gak expect kalau bakalan berakhir gini. Please, maafin aku..”

“Kenapa kamu gak cerita sama aku, aku malu bi. Aku di permalukan sama ibu kamu, aku tahu kalau aku di sandingkan sama kamu itu bagaikan langit sama bumi. Kamu CEO, sedangkan aku cuma model model biasa yang baru aja merintis karir. Aku pun belum di kenal di mana ma..—”

“Jangan bilang begitu, aku gak perduli mau kamu sebagai apa. Yang aku perdulikan kalau aku cinta kamu, dan kamu juga cinta sama aku. Udah, selesai. Aku maunya kamu..”

“Tapi orang tua kamu gak suka aku bi, terlebih ibu kamu!”

“Nanti aku bakalan bicara lagi sama ibu, kamu yang sabar ya. Aku minta maaf juga atas perkataan ibu aku tadi, sekali lagi aku minta maaf. Aku bakalan perjuangin kamu, gak akan ada yang bisa pisahin kita. Kamu pegang kata kataku” Bai menangis, dia sungguh sakit hati akan sikap keluarga Jeff padanya malam ini. Tapi melihat Jeff yang begitu meyakinkannya, membuatnya tak tega untuk terus marah pada hal yang bukan salahnya Jeff.

“Aku tunggu janji kamu, bi. Ku harap kamu gak pernah mengingkari janjimu!”