write.as

Pemakaman Mendadak

Setelah menikmati indahnya kota, Tiara dan Tara kembali kerumah si peri cantik ini.

“Akhirnya sampe rumah juga”

“Bersih bersih, abis itu istirahat. Besok gue kesini lagi”

“Yah iya juga...”

“Kenapa yah? Lo mau gue bantu perihal dunia perkodok an Lo itu ga?”

“Iya mau lah! Eh...”

“Eh kenapa?”

Tiara terlihat panik dan mulai mengeluarkan sesuatu didalam tas selempang kecil miliknya itu.

“KAK TARAAAAA”

“apaan!? Helm Lo masih kepasang itu! Lo teriak, kuping gue rusak!”

“KA! KODOK GUE MATI!”

“HAH KODOK!?”

“Iyaaaa. Kayaknya tadi mati kegencet pantat Lo deh kak. Yah kodok, belom di operasi sama aku udah mati. Lo sekarang tanggung jawab!”

“TANGGUNG JAWAB APAAN!? LAGIAN YANG NYURUH BAWA KODOK DI TAS SEKECIL ITU KELILING KOTA SIAPA!?”

“Lo gabilang dari awal kan mau jalan jalan? Jadi ya kodok nya udah gue siapin di tas kecil ini. Ga nyangka dia pergi secepat itu.”

“Lo urus deh tuh kodok. Gue mau buru buru ke kost an temen gue”

“Eh!? Dasar cowok tak berperi ke kodokkan. Lo mau nanti mimpinya disamperin 1000 kodok? Ih gue sih gamau ya.”

“Ya terus gue harus apa? Kasih nafas buatan? Dia udh mati kegencet itu”

“Kuburin lah. Adzanin”

“Lo ga serius kan?”

Tiara menatap Ka Tara dengan tatapan serigala yang kelaparan dan hendak menerkam mangsa nya. Iya tatapan itu serius karena matinya kodok yang ia beli demi praktik bedah sains nya.

“Iya iya. Tapi Lo kain kafanin dulu. Biar mukanya ga keliatan sama gue”

“Yaudah tunggu disitu. Gue cari kain”

Tiara masuk kedalam rumah dengan keadaan helm yang masih terpasang erat dikepala nya.

“Nih udah. Gue yang gali tanah, Lo yang masukin dan adzanin”

Tangan gadis yang sangat kecil itu memberikan kodok yang sudah dibungkus rapih oleh kain se alakadarnya.

Proses pemakaman kodok jam 9.30 malam sudah selesai. Bukan Tiara namanya kalau tidak membuat Meghantara Prakasa pusing dalam sehari.

“Amin”

“Udah ya. Lain kali, Lo jangan bawa hewan hidup di tas sekecil itu. Lo yang disamperin nanti”

“Lo juga, lain kali jangan sok misterius gitu. Kepo gue menggebu gebu”

Setelah pemakaman singkat kodok yang baru dirumah itu selama 2 hari, Tiara mengantar ka Tara keluar gerbang rumahnya.

“Yaudah, masuk sana. Gue udah telat banget ini ke kost an temen gue”

“Ya. Gue masuk. Ati ati dijalan”

Tiara menutup pintu pagar hitamnya dan berjalan masuk kerumah

“Woy. Tiara”

“APAAN LAGI KA!? TADI NYURUH MASUK SEKARANG MANGGIL!?”

“Helm gue. Demen amat makenya.”

Lah iya. Helm Ka Tara masih nyangkut di kepala gue. Duh mana gue udh teriak. Malu maluin aja sih Tiara Oneng. – Tiara

“Iya gue lupa. Maaf. Jangan marah. Dan jaket Lo gue simpen dan gue cuci dulu ya. Jadi nanti kalau udh kering gue balikin”

“Ya. Awas aja dipake kesekolah. Apalagi dibawa pacaran sama siapa ketua OSIS yang Lo kejar kejar? Seno?”

“Reno namanya. Gaakan. Janji. Lagian dia juga kayaknya gasuka gue ka. Capek juga ngejar yang ga pasti.”

“Akhirnya nyadar juga bocah kecil ini. Yaudah gue jalan ya. Salam buat mamah”

Tara menyalakan mesin motornya dan berjalan pelan keluar komplek perumahan Tiara

“KA TARA!!” “NANTI KESANA LAGI YA!?”

Walau jarak sudah lumayan jauh, suara Tiara yang sangat nyaring itu berhasil masuk ke telinga Tara. Ia pun membalasnya dengan “👍”