write.as

EXTRA XII

Saat Marcel mandi, dengan cepat Atra keluar kamar karena merasa perutnya sudah tidak bisa menunggu untuk di isi. Namun perasaan asing menghampiri ketika ia duduk bersama dengan teman-temannya, bukan apa-apa; keheningan diantara mereka membuat perasaan Atra menjadi gelisah.

Aneh, kedatangan Atra tidak disambut dengan ocehan Christian, Rendi, atau Karina, seperti biasa; mereka lebih memilih untuk melahap pop mie hangat milik masing-masing, pun, sesekali Atra bertanya, yang memberi respon hanya Harvi atau Claire.

“Lu semua kenapa pada diem? Masih pusing abis minum ya?” ia memperhatikan wajah temannya satu-persatu, mereka tampak baik-baik saja, hanya memasang air mukanya yang tidak bersahabat.

“Oke…” tidak aja jawab lagi.

Keheningan kembali menyelimuti. Atra melahap makanannya dalam diam, sesekali melirik teman-temannya satu persatu.

PRANG

Karina memukul meja kaca yang melingkar diantara mereka, membuat semua yang ada disana tersentak, termasuk Atra.

“Gue gak bisa kaya gini,” pandangannya jatuh pada Atra, “Tra, lo gak mau jelasin sesuatu ke kita?”

Atra mengerutkan kening, “Jelasin apa?”

“Sampe kapan lo mau nutupin semuanya kaya gini?” Karina berdiri, (diikuti yang lain), kesal tidak tertahan, “Hubungan lo sama Marcel, mau sampe kapan lo bohongin kita?!”

Jantung Atra terasa berhenti, kakinya lemas, ia tahu ini akan terjadi; tapi tidak pernah menyangka akan secepat ini.

Say something, Tra!

Sorry…

“Loh artis kita udah disini.” suara lain membuat perhatian Atra beralih, itu Alief dan kawan-kawan Marcel yang lain.

“Oh,” laki-laki itu melipat tangannya, “Kembaran lu tau gak kalo lu udah tidur sama Marcel.” Alief terkekeh, Atra mengerutkan kening, ia tidak punya pembelaan.

“Vi?” pandangan Atra tertuju pada Harvi, satu dari beberapa orang yang ia percaya, namun disana, Harvi hanya bisa mentapnya nanar.

Sorry, Tra.

“Gue yang ngasih tau mereka,” Rendi buka suara, “Gue denger semuanya semalem.”

Seperti terjatuh dari gedung bertingkat, sebut Atra ceroboh, kalau saja semalam ia tidak mabuk, mungkin ini tidak akan terjadi.

“Tra…” Marcel berdiri di ambang pintu, sadar, kalau ia terlambat.

“Oit, Cel.” Arkan terkekeh.

“Jangan tegang gitu lah, Ren. Marcel gak akan lama pacaran sama Atra, kalo udah puas dia tidurin juga bakal diputusin.” seringai Alief tidak hilang darisana.

“ANJING.” / “BANGSAT.” dengan cepat Theodore menahan tubuh Marcel, sementara Christian menahan tubuh Harvi; yang siap menyerang Alief kapan saja.

“Cel, lu kalo mau pilih mainan yang beneran dikit lah.”

“Tra, lo yang dari awal ngejaga kita kenapa sekarang lo yang kena perangkap Marcel sih?!”

“Liat Cel, mantan mantan lu belom pada move on.”

“Berisik lu banci.”

“Gimana rasanya Cel bisa tidur sama tiga orang beda beda satu geng gini?” Marcel mulai panas, ia tidak pernah memperlakukan Atra sama dengan yang lain.

“Eh salah, empat sama Sena.” Alief merasa puas, “Gila, adek kakak lu tidur-”

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Kesabaran Atra habis, pukulan bertubi-tubi sudah melayang pada wajah Alief, kalap. Sepertinya dia lupa, siapa orang yang biasa menghajar Marcel dulu?

“Tra stop, anak orang bisa mati.” Theodore bergerak untuk memisahkan mereka, tapi Atra terlampau kuat,

“CEL, BANTUIN GUA.” disana — Marcel membiarkan Atra menumpahkan emosinya, tidak mengindahkan suara Theodore yang mulai panik.

“Jangan pernah nyebut nama Sena pake mulut lu, Bangsat.” satu pukulan terakhir, Alief tersungkur.

“Iya gua pacaran sama Marcel,” matanya terpejam, emosinya masih meletup, “enam bulan.” sambungnya; tidak mempedulikan beberapa pasang mata baru yang melihat, sekalian saja drama ini jadi tontonan. Ini bukan yang mereka mau?

Enam bulan, tentu saja bukan waktu yang singkat bagi siapapun yang tahu tabiat Marcel — bukan hanya kawan-kawan Atra yang kaget, tapi mereka yang mendengar fakta tersebut juga terkejut. Marcel berhasil menjalin hubungan selama enam bulan.

Enam bulan menjalin hubungan, enam bulan menyimpan kebohongan.

Sosok lain di sana mematung — Air matanya lolos saat bertemu pandang dengan milik Atra,

“Sen… Maaf.”

Atra tahu, ini akan menjadi bagian yang paling berat.