๐๐๐ง๐๐๐ซ๐ข๐๐ง ๐๐๐ซ๐ข๐ฌ ๐ ๐ข๐ง๐ข๐ฌ๐ก
โDi check lagi, sayang..โ
Seungkwan sedang mengecek list di ponselnya sambil memperhatikan driver milik Jeonghan yang memindahkan 3 koper ke bagasinya. Siang ini, sehari setelah pernikahan Seungcheol dan Jeonghan, Seungkwan sedang bersiap untuk kepergiannya ke singapura. Sudah ada Seokmin, Seungcheol, Jeonghan dan Bunda yang sedang akan melepas Seungkwan hari itu. Di tatapnya lama rumah yang sudah di tempatinya beberapa tahun itu, juga teras tempat dia dan LeeChan mengutarakan kata putus. Terlalu banyak yang terjadi disana untuk Seungkwan, dan dia tidak pernah mengira pergi ke singapura akan sesulit ini.
โBunda... peluk dulu dong..โ Seungkwan bersungut ke pelukan sang bunda, sambil sedikit menitikkan air mata. Jeonghan di belakangnya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya.
โHati hati ya kwanie disana? Jangan makan sembarangan, jangan jajan aneh-aneh.. perut kwanie sensitif. Jangan minum air dingin kalo baru bangun, ya?โ
Seungkwan melepas pelukan bunda kemudian mencium pipi bundanya kanan dan kiri, mengangguk menurut pada pesannya. Kemudian beralih ke Jeonghan yang berdiri disampingnya, memeluk kakaknya dengan sangat erat.
โUdah nikah, jangan berantem lagi ya kak Han, mas Cheol, minta tolong jagain kak Han ya?? Kalian kalo udah mau pulang dari keliling eropa bulan depan bisa lah mampir dulu ke singapur ya??โ
Jeonghan mengangguk, kemudian mengecup pipi gembul Seungkwan satu persatu. Seungcheol mengusak rambut adik iparnya itu.
โMaaf ya baby, kakak sama Cheol gak bisa antar kamu ke bandara?โ
โIt's okay.. kalian pasti cape banget. Aku yang ga ngapa-ngapain aja cape banget.. Lagian ada kak Seok yang nganter aku juga.โ
Seungkwan menyerahkan tas Louis Vuitton nya ke Seokmin untuk di taruh di mobil. Saat dia akan masuk mobil, ada sebuah sepeda motor yang berhenti di depan halaman rumah mereka.
Seorang pria dengan tinggi semampai, celana jeans, dan kemeja putih turun dari ojek online itu. Yang Seungkwan sadari, itu adalah Moonbin yang memang mau ikut dengannya ke bandara.
โSiang, kak, siang tante...โ
โBin! Untung gak gue tinggal lo!โ
Dari tatapan Seokmin dan Jeonghan, kemudian mereka paham bahwa pria itu adalah Moonbin.
โNah sekarang tambah Moonbin deh nganter aku! Bunda, Kak Han, Mas Cheol, kenalin ini Moonbin, temen baik aku.โ
Moonbin tersenyum dengan mata bulan sabitnya, memperkenalkan diri. Seungkwan kemudian mendorong Seokmin untuk masuk ke mobil.
โAyo cepetan, nanti takut macet di jalan nih... Bin, nanti ikut sama kak Seok pulang lagi kesini!โ
Moonbin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
โGak apa-apa nih?โ
โGak apa-apa Bin. Yuk jalan sekarang?โ
Seokmin mengajak Moonbin masuk ke mobil, diikuti Seungkwan setelahnya di kursi penumpang. Sementara Seokmin di kursi depan sebelah supir.
โHati-hati ya Kwan di sana.. kalau ada apa-apa langsung telpon biar kakak atau kak Seok bisa langsung kesana, ya?โ
Kekhawatiran Jeonghan kembali terdengar saat Seungkwan membuka jendela full untuk melambaikan tangan. Sangat kentara ekspresi sedih dari sulungnya dan bunda. Menutupi sedih, Seungkwan justru tersenyum lebar.
โKalo udah sampe aku kabarin yaa!! Ayo pak jalan!โ
Jeonghan melepas adiknya dengan beberapa kali lambaian dan tidak bergeming sampai mobilnya hilang dari pandangan. Bunda mengusap punggungnya lembut.
โAdikmu sudah besar, Jeonghan. Terimakasih sudah mendidik Seungkwan waktu ayahmu gak ada ya, nak?โ
Jeonghan menatap bunda dan Seungcheol bergantian, kemudian memeluk bundanya dengan sayang.
โWaaah gila berat banget!!!!โ
Seungkwan baru selesai check in dibantu Seokmin di check in counter bersama dengan Moonbin. Di tangannya ada tas Louis Vuitton yang biasa dipakai oleh Jeonghan, dan dipinta oleh si adik malam tadi, sebagai kenang-kenangan. Kacamata hitam Gucci milik Seokmin juga dipinta, untuk menjaganya di sana, katanya.
โSampe sini aja ya bisa nganternya. Kamu bisa sendiri kan? Udah pegang nomor sekretaris kak Han yang bakal jemput disana kan? Udah tau mukanya?โ
Seungkwan mengangguk, memeluk Seokmin dengan manja.
โKangen berantem nanti.. jangan putus berantemnya ya kak?โ
Seokmin mengangguk sambil terkekeh, mengusak rambut tebal si gembul untuk yang terakhir kali.
โKasih tau tanggal nikahnya nanti kalau bisa cocokin sama jadwal kuliah aku ya? Pokoknya sebulan sebelumnya aku harus udah tau! Aku mau ikut urusin ribet ribet pokoknya!โ
Moonbin yang ada disamping Seokmin, senyum-senyum melihat crushnya yang begitu manja dengan si kakak.
โIyaaa nanti kakak kasih tau. Sering telponan juga kamu, sama kak Han, sama Bunda.. jangan chat aja..โ
Seungkwan kemudian melepas pelukannya untuk meminta ciuman pipi kanan kiri dan dahi kepada si tengah. Setelah tiga kecupan itu, Seungkwan beralih ke Moonbin.
โBin...โ Seungkwan memeluknya erat, tanpa suara.
โUdah, gak perlu ngerasa bersalah, gak usah minta maaf mulu. Ditolak mah udah biasa.. Singapur juga gak jauh. Bisa lah gue dua bulan sekali kesana kalo udah dapet kerja nanti. Yang penting, stay contact aja. Ya mbul?โ
Mbul. Seungkwan akan kangen sekali dengan panggilan itu. Sejujurnya, Moonbin yang memaksakan diri untuk mengantarkannya ke bandara, walaupun Seungkwan bilang tidak usah. Hanya saja, Moonbin bersikeras karena kapan lagi kesempatan dia mengambil hati kakaknya, tanpa dilihat oleh LeeChan, sang rival?
โIyaa gue gak minta maaf kok. Malah gue makasih, lo udah nyediain lilin aromaterapi segini banyak buat stock gue di apartemen. Padahal disana juga kan candle store banyak..โ
Moonbin tersenyum dengan mata bulan sabitnya. Seungkwan kemudian jinjit dan menarik bahu Moonbin, mengecup pipi pria yang pernah ditolaknya itu.
โMakasih ya bin, udah jadi teman terbaik gue selama disini, walaupun selama ini komunikasi kita diem-diem dan baru bisa bebas setelah gue putus. Makasih juga masih mau temenan sama gue walaupun gue udah dua kali nolak lo. Padahal pas sidang gue dibawain bunga, di traktir makan..โ
Seungkwan menggenggam jemari Moonbin untuk yang terakhir.
โSemoga lo masih mau temenan sama gue beneran ya, Bin.. gak putus sampe sini aja. However, gue harap lo bisa nemu yang lebih oke dari gue. Dan banyak yang mau juga sama lo jadi lo bisa pilih-pilih deh tuh..โ
Moonbin tersenyum kecil.
โTapi dek, Moonbin kalo mau main kesana boleh kaan?โ Seokmin menyela pembicaraan mereka.
โBoleh doong! Boleh banget bin! Kalo emang mau main, pokoknya seminggu sebelum main ya kasih tau gue ajaa. Gue pasti kosongin jadwal buat nemenin lo deh!โ
Si teman mengangguk seadanya.
โYaudah, sana gih jalan. Tuh udah ada pemberitahuan gatenya dibuka..โ
Seungkwan melepaskan genggaman tangannya, untuk sekali lagi memeluk Seokmin dengan erat.
โAku jalan dulu yaa kak Seok. Nanti aku kabarin kalo udah landed. Gue kabarin juga ke lo, Bin..โ
Seungkwan buru-buru mengeluarkan sebuah amplop dari saku jaketnya. Amplop yang agak lusuh, kemudian diberikannya kepada Seokmin.
โNanti baca chat kalo udah mau pulang ya, kak. Aku kasih pesannya di chat aja.โ
Sejurus kemudian, Seungkwan mengangkat totebag dan tasnya untuk disampirkan di bahu, kemudian benar-benar berpamitan untuk masuk ke gerbang pemeriksaan di airport. Seokmin dan Moonbin memperhatikan Seungkwan sampai tidak terlihat lagi.
Moonbin dan Seokmin ngobrol seadanya, sampai kemudian Moonbin pamit untuk pulang ke arah yang berbeda karena masih ada urusan. Tinggallah Seokmin di mobil hanya bersama supirnya untuk kembali pulang.
Ding dong!
Sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Pesan dari Seungkwan.
-๐บ๐๐, ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐ฒ๐๐๐ ๐ข๐ ๐๐๐. ๐ท๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐. ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐, ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ข๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐. ๐๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐!
Seokmin kembali meraba sakunya yang dia jejali amplop lusuh dari Seungkwan tadi. Kemudian dia menepuk supirnya untuk mampir sebentar ke apartemen Joshua.
โSeok...โ
Joshua menyambut Seokmin dari luar pintu. Dia menerka ada wajah muram di ekspresi kekasihnya itu. Kemudian memeluknya dengan sayang.
โSedih banget aku gak bisa nganter Kwan... makasih ya udah nganter suratnya ke sini. Tadi pagi Seungkwan bilang sama aku.. he would told chan but once he departed karena gak mau Chan ikut ke bandara juga..โ
Seokmin hanya mengangguk, mengiyakan kata-kata Joshua, sambil mengajaknya masuk ke dalam. Sesampainya di dalam, ada LeeChan yang sedang menonton serial netflix di televisi sambil sedikit tertawa. Chan yang menyadari ada Seokmin, menurunkan kakinya dari sofa, ke karpet.
โHai kak..โ
Seokmin lantas duduk di sebelah Chan, berdampingan dengan kakaknya mengapitnya.
โDek, matiin dulu tivinya sebentar ya?โ
Joshua mengambil remote dari tangan Chan, kemudian mematikan saluran televisinya.
โAda apaan sih ini? Serius banget kalian..โ
Seokmin memberikan amplop biru muda lusuh dari kantung jaketnya ke tangan Chan. Amplop itu bertuliskan 'Untuk Lee Chan' dengan gambar balon di samping namanya.
โDari Seungkwan, Chan.. dibaca ya?โ
LeeChan tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya sembari dibukanya amplop tersebut. Amplop yang sepertinya sedikit wangi parfum milik Seungkwan yang dikenalnya.
โApaan ini? Kok tumben gak Chat aja?โ
Perlahan di robeknya amplop tersebut, kemudian dibacanya perlahan. Sesekali LeeChan terlihat membaca baris yang sama berulang kali, kemudian menatap Seokmin dan Joshua, kemudian membaca lagi. Tidak habis sampai surat itu selesai dibacanya, dan LeeChan menatap Joshua dan Seokmin dengan air mata yang tidak terbendung.
โSerius? Ini gak ngebohongin gue kan, Josh? Serius Seungkwan gak disini lagi?โ
Joshua mengangguk, mengelus rambut adiknya dengan sayang.
โI'm sorry we cannot tell you anything earlier, Chan... Seungkwan minta semuanya di rahasiain banget...โ
LeeChan menengadahkan kepalanya ke atas, bersandar ke sofa tinggi yang menopangnya. Tidak ada suara. Hanya ada air mata yang terus mengalir tanpa kedua kakak di hadapannya bisa apa-apa.
โJahat banget kwan... jahat banget segitunya gak mau aku tau ya kamu...โ
๐๐ฆ๐ข๐ณ ๐๐ฆ๐ฆ ๐๐ฉ๐ข๐ฏ,
๐๐ข๐ช ๐ค๐ฉ๐ข๐ฏ! ๐๐บ ๐ต๐ฉ๐ฆ ๐ต๐ช๐ฎ๐ฆ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฃ๐ข๐ค๐ข ๐ช๐ฏ๐ช, ๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ช๐ฏ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ญ๐ข๐จ๐ช ๐ฅ๐ช ๐ข๐ต๐ข๐ด ๐ฑ๐ฆ๐ด๐ข๐ธ๐ข๐ต ๐ฏ๐ช๐ฉ ๐ค๐ฉ๐ข๐ฏ. ๐๐บ๐ข๐ข... ๐ฑ๐ฆ๐ด๐ข๐ธ๐ข๐ต. ๐๐ข๐ณ๐ช ๐ช๐ฏ๐ช, ๐ซ๐ข๐ฎ 2.35 ๐ช๐ฏ๐ช, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ญ๐ข๐จ๐ช ๐ฐ๐ต๐ธ ๐ฌ๐ฆ ๐๐ช๐ฏ๐จ๐ข๐ฑ๐ถ๐ณ ๐ฏ๐ช๐ฉ. ๐๐ข๐ข๐ง ๐บ๐ข ๐จ๐ข๐ฌ ๐ฌ๐ข๐ด๐ช๐ฉ ๐ต๐ข๐ถ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ญ๐ฆ๐ฃ๐ช๐ฉ ๐ข๐ธ๐ข๐ญ. ๐๐ข๐ฅ๐ช, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฑ๐ถ๐ฏ๐บ๐ข ๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ข๐ฏ๐ข ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ญ๐ข๐ฏ๐ซ๐ถ๐ต ๐2 ๐ฅ๐ช ๐ด๐ข๐ฏ๐ข. ๐๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ข๐ฅ๐ข๐ฌ ๐บ๐ข? ๐๐จ๐จ๐ข๐ฌ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข ๐ด๐ช๐ฉ. ๐๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ต๐ถ๐ญ๐ฏ๐บ๐ข ๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ข๐ฏ๐ข ๐ช๐ฏ๐ช ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ข๐ฅ๐ข ๐ฅ๐ช ๐ฌ๐ฆ๐ฑ๐ข๐ญ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ, ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ญ๐ข๐ฏ๐ซ๐ถ๐ต ๐2 ๐ฅ๐ช ๐ญ๐ถ๐ข๐ณ ๐ฏ๐ฆ๐จ๐ฆ๐ณ๐ช. ๐๐ถ๐ฎ๐ข ๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ฅ๐ช๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ฃ๐ถ๐ณ๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ต๐ถ๐ด ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ, ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐บ๐ข.. ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ณ๐ข๐ด๐ข ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฎ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ช๐ฏ ๐จ๐ข๐ฌ ๐ฌ๐ฆ๐ฑ๐ฐ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข ๐ด๐ฐ๐ข๐ญ ๐ฉ๐ข๐ญ ๐ช๐ต๐ถ ๐บ๐ข? ^^;
๐๐ฉ๐ข๐ฏ, ๐ฎ๐ข๐ฌ๐ข๐ด๐ช๐ฉ ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ต๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ด๐ฆ๐ญ๐ข๐ฎ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฌ๐ถ๐ญ๐ช๐ข๐ฉ. ๐๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ, ๐ฑ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ช๐ฎ๐ฃ๐ช๐ฏ๐จ, ๐ฎ๐ถ๐ด๐ถ๐ฉ ๐ฌ๐ข๐ฅ๐ข๐ฏ๐จ.. ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฑ๐ข๐ญ๐ช๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข ๐ด๐ฆ๐ญ๐ข๐ฎ๐ข ๐ช๐ฏ๐ช. ๐๐ข๐ข๐ง ๐บ๐ข ๐ฌ๐ข๐ญ๐ฐ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฌ๐ฆ๐ด๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ซ๐ข๐ถ๐ฉ ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ด๐ฆ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฌ๐ช๐ต๐ข ๐จ๐ข๐ฌ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข-๐ด๐ข๐ฎ๐ข. ๐๐ข๐ฎ๐ถ ๐จ๐ข๐ฌ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ญ๐ถ ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ณ๐ข๐ด๐ข ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ด๐ข๐ญ๐ข๐ฉ ๐ญ๐ข๐จ๐ช ๐ฌ๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ญ๐ถ๐ฑ๐ข ๐ฌ๐ช๐ต๐ข ๐ด๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ต๐ถ๐ญ๐ฏ๐บ๐ข ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ณ๐ฆ๐ฏ๐จ๐จ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข ๐ข๐ฑ๐ข ^^; ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฑ๐ข๐ด๐ต๐ช, ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฃ๐ข๐ฉ๐ข๐จ๐ช๐ข, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ข๐ถ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข ๐ฃ๐ข๐ฉ๐ข๐จ๐ช๐ข, ๐๐ฉ๐ข๐ฏ. ๐๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ด๐ช๐ข๐ฑ๐ข๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ช๐ต๐ถ ๐ฏ๐ข๐ฏ๐ต๐ช๐ฏ๐บ๐ข.
๐๐ฆ๐ฆ๐๐ฉ๐ข๐ฏ, ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ. ๐๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ซ๐ข๐ณ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ถ๐ด, ๐ซ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐จ๐ฐ๐ข๐ญ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ด๐ฆ๐ต๐ช๐ข๐ฑ ๐ฉ๐ข๐ณ๐ช. ๐๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ค๐ข๐บ๐ข ๐ฅ๐ฆ๐ฉ, ๐ฌ๐ข๐ญ๐ข๐ถ ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฌ๐ฆ๐ซ๐ข๐ณ, ๐ฏ๐ข๐ฏ๐ต๐ช ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฃ๐ช๐ด๐ข ๐ฅ๐ช ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ง๐ข๐ข๐ต๐ช๐ฏ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ช๐ต๐ถ. ๐๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ญ๐ข๐ญ๐ถ ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ, ๐ซ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ฆ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฅ๐ช ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ง๐ข๐ข๐ต๐ช๐ฏ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ.
๐๐ฌ๐ถ ๐ฏ๐จ๐ฐ๐ฎ๐ฐ๐ฏ๐จ ๐ข๐ฑ๐ข ๐บ๐ข.. ๐ฉ๐ข๐ฉ๐ข๐ฉ๐ข ๐ฃ๐ช๐ฏ๐จ๐ถ๐ฏ๐จ ^^;
๐๐ฉ๐ข๐ฏ, ๐ซ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ข๐ณ๐ข๐ฉ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ฌ๐ข๐ฌ ๐๐ฆ๐ฐ๐ฌ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐๐ข๐ฌ ๐๐ฉ๐ถ๐ข ๐บ๐ข? ๐๐ฏ๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ๐จ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐จ๐ข๐ฌ ๐ช๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ ๐ฌ๐ข๐ด๐ช๐ฉ ๐ต๐ข๐ถ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ. ๐๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ต๐ข๐ถ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฏ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ต, ๐จ๐ข ๐ฎ๐ข๐ถ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ซ๐ข๐ณ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฌ๐ฆ ๐ข๐ช๐ณ๐ฑ๐ฐ๐ณ๐ต ๐ฌ๐ข๐บ๐ข๐ฌ ๐ฅ๐ช ๐ฅ๐ณ๐ข๐ฎ๐ข. ๐๐ข๐ด๐ต๐ช ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐จ๐ข๐ฌ ๐ฃ๐ฐ๐ญ๐ฆ๐ฉ ๐ฎ๐ข๐ด๐ถ๐ฌ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ต๐ถ๐จ๐ข๐ด๐ฏ๐บ๐ข..
๐๐ฉ๐ข๐ฏ, ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ ๐บ๐ข ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฅ๐ช ๐๐ข๐ฌ๐ข๐ณ๐ต๐ข. ๐๐ฆ๐ฎ๐ฐ๐จ๐ข ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฃ๐ช๐ด๐ข ๐ฑ๐ถ๐ฏ๐บ๐ข ๐จ๐ฐ๐ข๐ญ ๐ฃ๐ข๐ณ๐ถ ๐ฅ๐ข๐ญ๐ข๐ฎ ๐ฉ๐ช๐ฅ๐ถ๐ฑ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ, ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ด๐ฆ๐ฌ๐ฆ๐ฅ๐ข๐ณ ๐ข๐ฌ๐ถ. ๐๐ฆ๐ฎ๐ฐ๐จ๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ญ๐ข๐ฎ๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ช๐ต๐ข ๐ฃ๐ช๐ด๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ช๐ต๐ข ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ-๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ญ๐ฆ๐ฃ๐ช๐ฉ ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ ๐ญ๐ข๐จ๐ช. ๐๐ช๐ต๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐ญ๐ช๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐บ๐ข๐ฏ๐จ, ๐ต๐ข๐ฑ๐ช ๐ด๐ข๐ญ๐ช๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ฏ๐ต๐ถ ๐ฉ๐ข๐ณ๐ถ๐ด ๐ด๐ข๐ฎ๐ข-๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ต๐ฆ๐ณ๐ถ๐ด ๐ฌ๐ข๐ฏ?
๐๐ฌ๐ถ, ๐๐ฆ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ธ๐ข๐ฏ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ฆ๐ฅ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ข๐ณ๐ช ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ซ๐ข๐ณ ๐จ๐ข๐ณ๐ช๐ด ๐ง๐ช๐ฏ๐ช๐ด๐ฉ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ด๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ช๐ณ๐ช, ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข ๐ฉ๐ข๐ณ๐ถ๐ด ๐ฃ๐ฆ๐จ๐ช๐ต๐ถ. ๐๐ฆ๐ณ๐ข๐ฌ๐ฉ๐ช๐ณ ๐ฅ๐ช๐ฎ๐ข๐ฏ๐ข๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ,๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ด๐ช๐ข๐ฑ๐ข๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ-๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฉ๐ข๐ณ๐ข๐ฑ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ข๐ฉ๐ข๐จ๐ช๐ข ๐ฅ๐ช ๐ด๐ฆ๐ต๐ช๐ข๐ฑ ๐ฉ๐ข๐ณ๐ช๐ฏ๐บ๐ข.
๐๐ฌ๐ถ ๐ฃ๐ข๐ฌ๐ข๐ญ ๐ฌ๐ข๐ฏ๐จ๐ฆ๐ฆ๐ฆ๐ฆ๐ฏ๐ฏ๐ฏ ๐ฃ๐ข๐ฏ๐จ๐ฆ๐ต ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ!
๐๐ฆ๐ฆ๐๐ฉ๐ข๐ฏ, ๐ด๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ต ๐ฃ๐ถ๐ข๐ต ๐ด๐ช๐ฅ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ฌ๐ณ๐ช๐ฑ๐ด๐ช ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ธ๐ช๐ด๐ถ๐ฅ๐ข๐ฏ๐บ๐ข!
๐๐ข๐ญ๐ข๐ฎ ๐ด๐ข๐บ๐ข๐ฏ๐จ, ๐๐ฐ๐ฐ ๐๐ฆ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ธ๐ข๐ฏ.