write.as

FEAR▪️▪️▪️ Mingyu akhirnya kalah dengan rayuan Seokmin. Ia menyerah dengan segala bujuk rayu Seokmin yang mendorongnya untuk menjemput Wonwoo dengan nekat dan tanpa persiapan. Sudah berbulan-bulan tidak bersua, tapi apa salahnya dicoba? Toh nanti disana dia bisa bertemu dengan Hao apabila Wonwoo memutuskan untuk memberikan Mingyu silent treatment. Tanpa memberi tahu Wonwoo, Mingyu meluncur dengan mobilnya. Berdoa selama perjalanan agar setidaknya ia tidak ditolak mentah-mentah oleh Wonwoo. Adakah sedikit rasa rindu di dalam hati Wonwoo untuknya? Mingyu berharap. Tapi sepertinya harapannya terlalu tinggi yang membuatnya tiba-tiba menggelengkan kepalanya ketika menunggu lampu merah berubah menjadi hijau. Sekitar satu jam perjalanan ke rumah Wonwoo, Mingyu akhirnya tiba dan memarkirkan mobilnya di seberang rumah Wonwoo, karena di depan rumahnya sudah bertengger satu mobil asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Mungkin keluarga itu membeli mobil baru? Mingyu memanfaatkan waktunya sedikit untuk mengontrol emosi dan pikirannya. Melapangkan dadanya agar tidak terasa sesak sehingga ia bisa lebih tenang ketika nanti ia masuk ke rumah tersebut dan bertemu Wonwoo. Merapikan sedikit pakaiannya dan melihat sebentar ke cermin di depannya, Mingyu akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil. Namun, sebelum ia benar-benar beranjak membuka pintu mobilnya, ia melihat Wonwoo berjalan keluar dari pintu rumahnya. Sedikit terburu-buru dan berlari kecil, Wonwoo masuk ke mobil asing yang terparkir di depan rumah itu. Ketika Mingyu lihat jelas, ternyata di dalam mobil tersebut ada orang dan Mingyu seperti mengenalnya. Tidak lama, mobil tersebut lewat berpapasan dengan mobil Mingyu dan Mingyu berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat ke arah mobil itu. Ia hanya pura-pura membereskan sesuatu di jok sebelah yang sebenarnya tidak ada apa-apa. Setelah sekiranya satu menit terlewat, Mingyu berhenti dengan upayanya menyembunyikan wajah dan mengembalikan pandangan ke depan. Ia menarik nafas sangat dalam, menahan sesak di dada yang tiba-tiba ia rasakan. Kalian tahu rasanya menaiki salah satu wahana di Dufan yang membuat jantung kalian terasa terbang dan dilepas paksa dari tubuh kalian? Itulah yang saat ini Mingyu rasakan. Mingyu hanya menyenderkan kepalanya ke jok yang ia duduki, memejamkan matanya, menenangkan pikirannya meskipun ada sedikit air mata yang tidak tertahankan harus lolos dari matanya, sedikit saja. Ia memejamkan matanya, mengatur pernafasannya dan memberikan beberapa menit kepada dirinya untuk tenang sebelum ia kembali ke rumahnya tanpa apa-apa. "Tok tok tok!!!", tiba-tiba kaca mobilnya seperti ada yang mengetuk dan Mingyu terkejut dibuatnya. Ia hampir saja lompat dari joknya namun dengkulnya berhasil terpentok dashboard yang membuatnya sedikit kesakitan. Ketika ia melihat siapa yang mengetuk-ngetuk mobilnya, ia sadar ia tidak bisa lari dan berpura-pura. "Halo, Can?", kata Mingyu membuka kaca jendela mobilnya agar bisa langsung menyambut Ican yang terlihat sangat antusias bertemu dengannya. Mingyu memberikan senyum lebarnya dan Ican tidak menahan antusiasnya untuk memeluk Mingyu bahkan ketika mereka terhalang pintu mobil. "Bang Mingyu kok kesini ga bilang-bilang???!?!?", kata Ican setelah melepaskan pelukannya. "Hehe.. ngetes dulu, Can", kata Mingyu masih bingung harus memberikan respon seperti apa ketika dirinya masih harus menahan sedih melihat Wonwoo yang tadi pergi dengan laki-laki lain. Namun, Ican bukanlah anak kecil lagi, bukan anak kecil yang Mingyu kenal dulu. Ia sudah mengerti urusan orang dewasa. Ia sudah mengerti peliknya urusan orang dewasa. Lalu Ican memberikan senyum supportifnya untuk Mingyu. "Tadi liat Aa dijemput ya?", kata Ican. Mingyu hanya mengangkat alisnya sebagai respon meng-iya-kan pertanyaan adik di depannya. "Aku juga ga kenal itu siapa, baru kali ini Aa pergi sama orang baru. Itu juga ga diajak mampir", kata Ican masih betah ngobrol dengan Mingyu meski berjarak pintu mobil. Mingyu hanya mengangguk. "Bang Mingyu mau nunggu Aa di dalem? Atau gimana?", tanya Ican. "Ga deh, Can, bang Mingyu pulang aja. Ga enak kalo ketemu Ambu sama Bapak tapi ga nunggu Wonwoo, nanti mereka ga enak hati ngeliat anaknya lagi musuhan hehe", kata Mingyu. Ican cuma mengangguk. Sebelum akhirnya ia teringat sesuatu dan berdiri excited. "Abang sama Kak Shua kan berarti di rumah bang Mingyu ya?? Ican ikut deh, ikut bang Mingyu pulang, boleh ga?" "Oh, ya boleh aja ayok. Tapi bang Mingyu tunggu disini ya?" "Oke oke, Ican pamit dulu" "Eh, Can, jangan bilang bang Mingyu disini ya, ke Ambu sama Bapak" "Siappp", Ican berlari ke dalam rumahnya untuk mengambil jaket dan dompet sebelum kembali berlari ke luar rumahnya menuju jok penumpang di mobil Mingyu. ▪️▪️▪️ Wonwoo sudah menghabiskan waktunya selama dua puluh menit hanya untuk duduk di pinggir kasurnya setelah mendengar Seokmin dan Kak Shua hari ini akan pergi ke rumah Mingyu. Nama Mingyu masih dan akan terus memberikan efek menyesakkan di dadanya. Yang Wonwoo rasakan saat ini adalah bagaimana kenyataannya mereka berdua sedekat ini tapi sejauh ini. Dekat dalam arti bahkan hidup mereka tidak akan benar-benar lepas dari satu sama lain, fakta bahwa adik kandungnya adalah sahabat terdekat Mingyu. Dan jauh dalam arti hubungan mereka yang sudah berbulan-bulan tidak terjalin secara normal. Ia hanya memejamkan matanya, berharap moodnya bisa ia kontrol untuk acara hari ini. Acara besar kedua sahabatnya yang akhirnya menikah. Bukan iri, namun ada sedikit pedih di hati Wonwoo mengingat harusnya ia juga bisa mengawali jenjang tersebut bersama Mingyu. Mingyu.. Ia teringat bahwa ia harus siap-siap ke acara tersebut. Pakaian sudah ia rapikan dan siap digunakan. Ia membutuhkan kira-kira setengah jam untuk bisa rapi sebelum akhirnya terdapat notif masuk di handphonenya, dimana atasannya, Seokjin, menanyakan apakah agenda mereka hari ini jadi. Yup, Wonwoo memutuskan bahwa Seokjin lah yang akan menjadi "plus one" nya di acara pernikahan sahabatnya tersebut. Tentu saja Hoshi tidak tahu. Ia akan marah apabila Wonwoo memutuskan mengajak orang asing di acara pernikahannya. Ia tidak ingin foto bersama dengan sahabatnya itu akan ditambah dengan seseorang yang tidak akan menjadi bagian dari hidup mereka. Well, Hoshi, we never know, right?? Sekitar 40 menit kemudian Seokjin mengabarkan Wonwoo bahwa ia sudah di depan rumahnya. Wonwoo tidak menawarinya untuk masuk dan Seokjin pun tidak berniat untuk masuk ke rumahnya. Mungkin memang mereka beberapa kali bersama di luar jam kerja. Namun tetap saja konteks yang mereka bahas adalah pekerjaan. Dan ya, ini adalah kali pertama mereka pergi di luar konteks kerjaan. Wonwoo keluar rumah dan berlari kecil menuju mobil Seokjin yang sudah terparkir di depan rumahnya. Ia duduk di kursi penumpang dan menyapa atasannya dengan ramah. Saling melempar senyum dan sedikit candaan sebelum Wonwoo melihat ke arah depan. Ke arah depan, dimana ada mobil yang tidak terasa asing baginya. Ke arah mobil yang ia cukup hafal plat nomor dan merknya. Dan semakin diyakinkan dengan sosok laki-laki bertubuh besar yang tengah duduk di dalamnya. Wonwoo akan sangat hafal dengan bentuk tubuhnya, meskipun gaya rambutnya saat ini tidak seperti yang terakhir ia lihat. Sangat berbeda. Terakhir ia lihat, lelaki tersebut lusuh dengan rambut panjang yang berantakan. Sore ini, laki-laki tersebut rapi, sangat rapi seperti ia siap pergi ke acara besar dengan rambut yang diberi gel agar tersisir rapi ke belakang dan menunjukkan dahinya. "Is it him?", tanya Seokjin dan Wonwoo terkejut ketika atasannya tersebut menyadari kehadiran Mingyu. "Daritadi ngeliat kesini mulu, tapi kayanya awalnya dia ga sadar kalo ada gue di dalem, kaca gue dari luar agak gelap. Dan dia kayanya ga sadar kalo kaca mobilnya terang", kata Seokjin. Dan Wonwoo hanya terdiam sambil sesekali melirik ke arah Mingyu. "Yuk, jalan", kata Wonwoo menyadari bahwa mereka harus berangkat ke acara pernikahan Woozi dan Hoshi. "Yakin? Ga mau tuker mobil nih?", kata Seokjin dengan sedikit ledekannya. "Stick to the plan? He's not a part of the plan", kata Wonwoo. "He IS the plan", kata Seokjin sambil menyalakan mesinnya. Wonwoo menyesali keputusannya sudah bercerita tentang kisahnya dengan Mingyu kepada Seokjin. Membantu, sembari meledekinya di setiap kesempatan. Ketika Seokjin siap menyalakan mesin mobilnya dan membawa mobilnya melaju, Wonwoo sempat melihat ke arah mobil Minggu, namun ia cepat-cepat alihkan pandangannya agar matanya tidak bertemu dengan mata Mingyu. Mobil Seokjin melewati mobil Mingyu. Mereka berpapasan namun tatapan Wonwoo lurus ke depan. Seperti ada ketakutan yang akan menghampiri, apabila mata mereka harus bertemu. ▪️▪️▪️