write.as

Kediaman Bae. Irene dan Karina sedang menunggu kedatangan Wendy dan Winter saat eyang mereka datang dan duduk di samping mereka. "EHEM" "Eyang kenapa? Keselek teri lagi??" Tanya Karina dengan wajah khawatir. Eyang menggelengkan kepalanya. "Itu kakak kamu, kenapa pakaiannya begitu?" "Emang pakaian aku kenapa, Eyang?" tanya Irene sambil melirik outfitnya lagi. Mungkin saja ada bagian yang lecek dan harus disetrika ulang, kan? "Rok kependekan, bahu diumbar. Mau jadi apa kamu, hah?" "Jadi istrinya Wendy!" jawab Irene mantap. Eyang Bae cuma bisa mengelus dada mendengar cucunya yang setiap hari membahas Wendy, Wendy dan Wendy. Eyang penasaran seperti apa Wendy ini, jadi beliau pun ikut menunggu di ruang tamu. "Coba contoh adik kamu. Pakaiannya rapi dan tertutup." Karina pun tersenyum bangga begitu mendengar pujian dari eyangnya. "Ya karena dia masih bocah, Eyang. Tunggu aja nanti gedean dikit terus punya gebetan, beuh, pasti deh liarnya melebihi aku," cerocos Irene seperti kereta api. "Iih, apa sih Kak," protes Karina. "Ganti pakaian kamu. Eyang ndak suka lihatnya." Irene cemberut dan tidak bergeming. "Aku dandan sejam loh Eyang, masa harus ganti sih?" "Yang nyuruh kamu ganti riasan siapa toh? Kan eyang cuma nyuruh ganti pakaian." "Ya ganti pakaian harus ganti makeup juga. Aku sengaja makeup peach en natural hari ini supaya match dengan outfit aku. Ala korea Eyang, no makeup, makeup look." Sekali lagi Eyang mengelus dada. Selain tidak mengerti maksud dari ucapan cucunya, beliau juga lelah berargumen. Beberapa menit kemudian terdengar suara mobil berhenti di depan gerbang rumah, Karina dan Irene pun segera berdiri diikuti oleh Eyang. Mereka bertiga lalu berjalan menuju ke gerbang. Begitu gerbang dibuka oleh Karina, Wendy dan Winter sudah berdiri dibaliknya. Wendy menaikkan alisnya saat melihat pakaian Irene sebelum menyapa Eyang Bae. "Selamat siang, saya Wendy. Ini adik saya Winter." "Hmm siang," ucap Eyang Bae sambil memandang Wendy dan Winter, khususnya Wendy yang hari ini berpakaian sopan dan rapi, kebalikan dengan cucunya. Awalnya Eyang Bae menduga Wendy yang memaksa cucunya untuk berpakaian seperti itu. Namun, sepertinya cucunya sendiri yang inisiatif mengumbar body. Mentang-mentang cakep! "Ini ada sedikit makanan dari Ibu saya," Wendy langsung menyikut lengan Winter, "Nasi goreng umm tapi ... rasanya agak hambar karena tanpa micin." Sebenarnya dia tidak ingin membawa nasi goreng itu tapi maminya memaksa. Menurut mami Son tidak baik bertamu dengan tangan kosong apalagi selama ini Irene sering membuatkan bekal untuk mereka berdua. Hanya saja, kenapa harus nasi goreng sih?? "Wah, tante baik banget!" Irene merasa terharu dan langsung memuji calon mertuanya. Dia belum tahu saja rasa nasi goreng itu. "Hmm terima kasih," ucap Eyang Bae sembari mengambil rantang dari tangan Winter. "Yuk berangkat sekarang," ajak Irene dan berdiri pada posisi sekitar 45 derajat di samping Wendy. Wendy pun kemudian melirik gadis itu lagi. "Kamu yakin mau pakai baju begitu?" Irene cemberut. "Memang kenapa pakaian aku?" "Terserah kamu sih mau berpakaian seperti apa, cuma kan kita mau naik wahana. Apa kamu nyaman begitu?" "Jadi menurut kamu ganti aja?" Eyang Bae langsung menatap Wendy, menunggu jawaban darinya. "Kok tanya aku?" "Ya tanya pendapat kamu aja. Gimana? Ganti??" Tanya Irene lagi, sementara Karina dan Winter hanya terdiam memandangi kakak-kakak mereka. "Ganti." "Oke." Senyum mengembang di wajah Irene. "Yuk masuk dulu. Tunggu di dalam sementara aku ganti baju." Eyang Bae hanya bisa bengong saat mendengarkan ucapan cucunya itu. Kemana perginya Irene yang keras kepala?? **