write.as

One Shoot Judul : Señorita special valentine Cast : Julian dan Setranala Genre : romance Angelouisa, 14 Febuari 2022. Happy reading guys! Aku sarankan sambil dengerin lagu Señorita by Shawn Mendes and Camila Cabello. ••• Senyuman manis tak pernah luntur dari bibirnya sejak dia menginjakkan kaki ke tengah jembatan. Setranala, berdiri di sana selama satu jam hanya untuk menikmati keindahan alamnya. Masih berdiri dalam diam, Setranala menghirup sejuknya udara pagi di mana pohon-pohon tengah bergoyang ke kanan ke kiri karena hembusan angin. Bagaskara pun tak berniat memunculkan diri dari singgasananya, dia membiarkan awan-awan menutupi langit biru yang seharusnya cerah. Langit pagi ini lebih gelap dari biasanya, mungkin sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi. Hujan tak menjadi masalah bagi Setranala, karena dia menyukai hujan sama seperti dia menyukai Julian-nya. Terlalu fokus memandangi alam sekitar, gadis itu sampai tidak sadar akan kehadiran seseorang di ujung jembatan sana. Derap langkah seseorang itu berbunyi berirama di lantai jembatan yang terbuat dari kayu. Namun, Setranala masih tetap sibuk dengan kesendiriannya hingga tidak menyadari jika seseorang itu kini sudah berdiri tepat di belakangnya. "Señorita." Sapaan halus di telinganya membuat fokusnya terpecah. Barulah Setranala menoleh ke belakang, di mana Julian berdiri seraya menatapnya. "Aku mencari kamu ke mana-mana, ternyata kamu ada di sini," ujar Julian. Dia merapikan anak rambut Setranala yang sedikit berantakan karena tertiup angin. Setranala terkekeh sebelum menjawab, "Aku rasa tempat ini menjadi tempat favoritku mulai sekarang," jawab gadis itu. "Kalau begitu kamu harus mengajakku setiap pergi kemari," sahut Julian. "Kenapa aku harus melakukan itu?" Dia bertanya, raut wajahnya terlihat bingung. "Karena semua yang menjadi favorit kamu, itu menjadi favoritku juga." Julian menjawabnya sembari tersenyum. Setranala tak kuasa menahan senyumnya, bibir gadis itu tersungging ke atas setelah mendengar perkataan manis Julian. Keheningan terjadi selama beberapa menit, keduanya sibuk memerhatikan satu sama lain. Julian menatap iris mata Setranala yang berwarna cokelat terang, tatapan gadis itu selalu memabukkan baginya. Sementara Setranala sibuk memandangi senyuman manis Julian. Hingga rintik hujan yang turun perlahan menghentikan lamunan keduanya. Julian segera menarik tangan Setranala untuk berteduh, tetapi tangan mungil itu menahannya agar tetap berdiri di sana. "Ada apa? Cepat meneduh, kamu bisa sakit kalau kena hujan." Julian panik, dia khawatir akan kondisi Setranala. "Aku mau main hujan-hujanan," jawab Setranala seraya mendongak ke atas. Langit Spanyol memang selalu indah. Entah itu dalam keadaan hujan, cerah, berawan, maupun di saat mendung. Itu salah satu alasan yang membuat Setranala begitu menyukai Spanyol. "Kamu bisa sakit kalau hujan-hujanan. Lebih baik kita meneduh," ucap Julian. "Kamu tenang aja, aku gak akan kenapa-kenapa, Julian," kekeuh Setranala mencoba meyakinkan, "ayo kita main hujan-hujanan!" Dia berseru semangat. Julian menghela napasnya kemudian mengangguk. Sebenarnya dia sangat khawatir, tetapi dia juga tidak bisa menolak permintaan gadisnya saat mata cantik itu terus berbinar menatap hujan. "Yeay! Terimakasih, Julian." Setranala sangat bahagia, setelah sekian lama akhirnya dia bisa hujan-hujanan seperti ini, apa lagi kali ini bersama Julian. Kebahagian memang sesederhana itu, contohnya seperti Setranala yang bahagia ketika hujan turun, dan seperti Julian yang bahagia melihat gadisnya bahagia. Dan semoga saja kebahagian selalu melengkapi mereka seterusnya. "Kamu menyukainya?" tanya Julian. "Apa?" Setranala bertanya balik. "Hujan, kamu menyukai hujan?" Setranala mengangguk. "Ya," jawabnya. Senyuman tipis terbit di bibir Julian. Pria itu tiba-tiba mendekat ke arah Setranala dan memeluk gadis itu dari belakang. Sedangkan Setranala menahan napasnya kala pelukan Julian membuatnya terkejut. "Apa kamu juga menyukaiku?" Julian kembali bertanya kepada Setranala. Bibir Setranala berkedut menahan senyuman, "Emmm ... enggak." Mata Julian membulat tak percaya ketika mendengar jawab gadisnya. Dia membuka mulutnya hendak berbicara, tetapi perkataan Setranala selanjutnya sukses membuat Julian tertegun seketika. "Tapi aku mencintai kamu." Julian tersenyum malu hingga telinganya memerah. Pria itu lalu membalikkan tubuh Setranala menjadi menghadapnya. Setranala yang terkejut karena gerakan tiba-tiba itu sontak menahan lengannya di pembatas jembatan. Jarak keduanya sangat dekat, bahkan Setranala bisa merasakan hembusan napas Julian yang menerpa kulit wajahnya. "Señorita ..." Julian menggeram rendah. Tatapannya menjadi sangat lembut. Setranala hanya berdehem pelan sebagai jawabannya. Netra gadis itu terus menatap Julian yang menatap ke arahnya juga. Keduanya saling memandang. Julian menuntun tangan Setranala untuk dia genggam lalu mengecupnya lembut. "Happy valentine's day, mi amour." Senyuman manis sontak terbit di bibir Setranala. Gadis itu menjawab, "Happy valentine's day too, my boyfriend." Tanpa aba-aba, Julian memeluk erat Setranala yang disambut dengan senang hati oleh gadis itu. Mereka berdua berpelukan cukup lama, menjadikan hujan sebagai saksi bisu atas kebahagiaan keduanya. Hingga salah satu di antara mereka melepaskan pelukan itu. "Aku punya hadiah kecil buat kamu," kata Julian seraya mengambil sesuatu dari saku celananya. Setranala terus memerhatikan gerak-gerik Julian. Hal yang sontak membuat Setranala terkejut setelahnya karena Julian yang tiba-tiba berlutut di depannya. Di tangan pria itu terdapat sebuah kotak cincin yang sengaja dia tunjukkan kepada Setranala. "Will you be my wife, Señorita?" Setranala tertegun. Julian melamarnya? "Aku memilih kamu sebagai pendamping hidupku dan menjadi ibu untuk anak-anakku di kemudian hari, Setranala." Setranala masih diam karena terkejut. Hal itu membuat Julian beranggapan jika gadis itu tidak mau menerima lamarannya. Julian kemudian menunduk, menurunkan tangan perlahan-lahan. "Kamu ... gak mau ya?" tanya Julian. Setranala gelagapan. "Enggak, bukan gitu maksud aku. Aku, a-aku mau ..." Wajah Julian kembali berseri-seri mendengarnya. "Mau? Mau apa?" "Mau jadi ... istri kamu," jawab Setranala. "Apa? Kamu bilang apa? Enggak kedengaran." Julian menjahili Setranala. "Ck, iya aku mau jadi istri kamu, Julian." "Apa? Sekali lagi, gak kedengeran." Setranala yang sudah jengah menatap tajam ke arah Julian. Namun, bukannya takut Julian justru menganggap itu lucu. "Okay, maaf ya Señorita," kata Julian. Pria itu langsung berdiri tegap lagi. "Terimakasih sudah menerima aku. Sekarang, aku pakaikan ya cincinnya?" Setranala mengangguk. Julian tersenyum manis sebelum memasangkan cincin berlian tersebut ke jari manis Setranala. "Sempurna. Kamu semakin cantik pakai cincin ini, jangan dilepas ya?" Setranala terkekeh. Gadis itu lalu menjawab, "Iya, gak akan aku lepas." Julian dan Setranala sama-sama menampilkan senyuman terbaiknya. Setranala sangat bahagia, meskipun Julian tidak melamarnya secara mewah, tetapi pria itu melamarnya di bawah rintik hujan. Itu sangat romantis menurutnya. Hari ini, hujan menjadi saksi bisu akan cinta mereka berdua. Pohon-pohon rindang, bunga-bunga di sekitar, bahkan burung-burung yang bersembunyi di balik pohon pun ikut menjadi saksi bisu atas ketulusan cinta keduanya yang nyata. Di bawah rintik hujan itu juga bibir keduanya bertemu. Meskipun hanya sebuah kecupan biasa, tetapi hal tersebut sangat berarti bagi mereka. Menatap satu sama lain saling menyalurkan rasa. "Aku punya hadiah lain buat kamu." Perkataan Julian membuat Setranala menerbitkan dahinya bingung. "Emmm mana?" beo Setranala pelan. "Hadiahnya ada di rumah kamu." Setelah mengatakan itu, mereka pergi dari sana menuju rumah Setranala. Ralat; tapi rumah Ameertha, neneknya Setranala. "Di mana Julian?" Setranala penasaran. Sedangkan Julian tidak menjawab, pria itu justru menuntunnya ke taman belakang. "Tada! Ini dia kejutannya!" Pria itu berkata demikian setelah membuka salah satu gerbang kayu di sana. Terdapat seekor kambing lucu "Iih lucu banget, aku suka!" Setranala berseru semangat. Ya, Setranala menyukai hewan bernama kambing itu. Bahkan dia sudah mempunyai tiga ekor. "Mau kamu namain apa kambingnya?" Julian bertanya, menatap Setranala serius. "Aku mau kasih dia nama kancil." Setranala menjawab dengan percaya diri. Sedangkan Julian shock mendengarnya. "K-kancil? Tapi ini kambing, Señorita." "Aku tahu, tapi aku mau namain dia kancil karena dia lucu kayak kancil." Bibir itu menyunggingkan senyumnya. Julian terkekeh geli. "Okay, okay. Aku harap kamu, ah salah! Aku harap kita berdua bisa sepenuh hati merawat kancil." "Aku pasti akan selalu merawat suatu pemberian dari kamu, termasuk cincin yang terpasang di jadi manisku juga." Julian tersenyum haru. Dia bahagia. "Kamu adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan untukku, Señorita." "Kamu adalah doa teristimewa yang Tuhan kabulkan untukku, Julian." ••• --- T A M A T --- Don't copy paste or plagiarize. Keep using your brain to create your own work. Don't use it to plagiarize someone else work. Happy valentine's day, y'all! I'll be back soon, wait me please. Angelouiss, 14-02-2022.