write.as

Meghantara & Semestanya

Malam itu, menjadi saksi bahwa kisah mereka telah usai. Kisah Tiara dan Meghantara. Namun masih terasa jelas oleh Tiara bagaiman lembutnya tangan Tara mengusap kepalanya.

Tiara dan Genk Kesatria Malam menuju ke tempat peristirahatan terakhir Tara. Semuanya memakai pakaian serba hitam. Termasuk Tiara, ia memakai pakaian hitam dengan jaket yang akan ia simpan 1000 tahun lamanya.

Awan gelap penuh, menutupi langit pagi ini, sama gelapnya dengan perasaan manusia-manusia yang tangisnya berhasil memekakkan telinga pria bernama Hari itu.

Hari pikir, Tara akan berjuang setidaknya satu kali lagi untuk dia dan orang orang kesayangannya. Namun, tubuh dan raga milik pria itu sudah terlalu lelah ber- juang hingga sejauh ini. Ia ingin beristirahat selama-lamanya, meninggalkan Hari, Genk Kesatria Malam, mamahnya, dan juga Tiara dalam sebuah kehilangan.

Sesampainya disana, Tiara hanya terdiam melihat jasad Tara untuk terakhir kalinya. Hari, Revin, Rian, dan beberapa orang lainnya sudah berada dibawah titik tanah pusara. Mereka menidurkan sosok pria yang sudah berjuang mati matian melawan penyakitnya ke tempat peristirahatan terakhir yang gelap. Sedangkan Daren, ia hanya menangis dan berdoa sesuai keyakinannya.

Mulai hari ini tidak akan ada lagi suara menenangkan milik Tara. Tidak akan ada lagi tawa ringan yang menyejukkan milik Tara.

“Kak ... Terima kasih atas cinta lo di dunia ini ke semua orang. Selamat jalan kak. Main ke mimpi gue ya? I love you so much, my universe”

“Tara, lo jahat! Gue belum siap Tar! Lo harus pake toga sendiri nyet! Bangun Tar!!!” Hari hanya memegangi papan nisan bertuliskan nama sahabatnya, alih alih lembar ijazah dengan gelar Sarjana Kedokteran yang membanggakan.

Mulai hari ini, Tara benar-benar tidak akan pernah membutuhkannya lagi. Sebuah fakta yang membuat Hari benar-benar hancur dan juga kehilangan sepenuhnya. Hari ingin Tara merepotkannya lagi, tepatnya, ia ingin Tara hidup.

Selamat jalan, Tara. Selamat beristirahat. Sampai jumpa di tempat ternyaman setelah kematian nanti. Di semesta yang lainnya, di semesta yang jauh lebih baik daripada sekarang—ayo kembali menjadi teman lagi. Kita menua bersama-sama. – Matahari