write.as

Akhirnya Jisung dan Hyunjin berjalan-jalan mengitari kota Seoul, itu keinginan Jisung yg ingin menikmati kota Seoul setelah dia lama pergi dari Seoul bahkan dari Korea dan baru kembali sekitar 2 minggu yg lalu.

Awalnya mereka hanya berkeliling di sekitar taman yg dekat dengan cafe tempat mereka makan siang tadi, menikmati siang yg tidak begitu panas pada hari ini. Mereka bercerita banyak hal, terutama hal-hal yg terlewat saat mereka tak bersama selama 5 tahun lamanya.

“Jadi selama ini kamu pergi ke Kanada, Ji?” saat ini mereka duduk di halte, menunggu bus tujuan mereka datang. Jisung mengangguk.

“Iya, papa menyuruhku untuk menyusulnya kesana dan melanjutkan studiku disana. Dan karna memang semua keluargaku ada disana semua, akhirnya aku setuju untuk menyusul mereka ke Kanada” jelas Jisung.

“Tapi kenapa harus pergi pas hari kita lulus, Ji? Kan bisa besoknya atau seminggu kemudian, atau seenggaknya kamu kasih tau aku kalau kamu mau pergi, tidak pergi begitu saja bahkan kontak dan medsos kamu pun tidak aktif semua” Hyunjin menunduk setelah mengutarakan yg selama ini dia pendam saat kepergian Jisung di hari itu.

Jisung memandang ke depan, menatap jalanan yg tidak terlalu padat hari ini. “Hari itu, sebenarnya aku ingin mengatakan padamu kalau aku akan pergi setelah kelulusan selesai, tapi aku tidak tega mengatakannya saat melihat kamu tengah berbahagia saat itu”

“Hari itu?” Hyunjin membeo, mencoba memahami ucapan Jisung. Hari apa yg dia maksud. Jisung mengangguk pelan, “ya saat di danau, saat kamu bilang kalau Kak Chan hari itu nembak kamu dan kamu menerimanya.” Jelas Jisung, dia melirik ke arah Hyunjin, menatap matanya.

Hyunjin terkejut, dia ingat hari itu. Hari dimana dia mengajak Jisung bertemu dan menceritakan kalau dirinya baru saja di tembak oleh alumni kakak kelasnya dulu. Dia terlalu bahagia saat itu sampai dia tidak memberikan kesempatan pada Jisung untuk berbicara.

“Ah maaf aku terlalu bahagia saat itu” Hyunjin kembali menundukkan wajahnya, dia merasa tidak enak. Jisung tersenyum kecil melihat Hyunjin yg terlihat sedih.

“Tak apa, aku bisa memaklumi kok. Oh iya ngomong-ngomong gimana kamu sama Kak Chan?” Jisung kembali menatap jalanan di depannya.

Hyunjin tersenyum kecil, “baik kok. Kita baik-baik aja” Hyunjin ikut menatap ke depan, masih dengan senyumannya. Jisung di tempatnya melirik Hyunjin dengan ekor matanya, dia melihat Hyunjin yg tengah tersenyum. Dia ikut tersenyum, senyum yg entah apa maksudnya dan setelahnya Jisung tak lagi bersuara.

Bus yg mereka tunggu tiba, Hyunjin dan Jisung bangkit dan masuk ke bus setelah bis sampai tepat di hadapan mereka. Bus tak terlalu penuh saat ini, tapi mereka memilih untuk duduk di bangku paling belakang. Hyunjin duduk di samping jendela, Jisung duduk di sebelahnya, tidak ada percakapan di antara keduanya, hening menyelimuti.

“Awalnya semua berjalan lancar, aku bahagia bisa bersama Kak Chan. Kita pacaran lumayan lama, 3 tahun...” Suara Hyunjin terdengar memecah keheningan diantara mereka. Jisung diam mendengarkan.

“Sampai salah satu temanku ada yg melihat Kak Chan bersama perempuan, aku awalnya gak percaya karna Kak Chan juga gak pernah terlihat yg mencurigakan. Sampai aku sendiri melihatnya bersama dengan seorang perempuan dan perempuan itu tengah hamil besar. Anaknya Kak Chan” Hyunjin terkekeh diakhir kalimatnya. Jisung refleks melihat ke arah Hyunjin, dia melihat Hyunjin yg memandang lurus ke depan, dia tersenyum tapi wajahnya menyiratkan sakit dan kecewa.

“Kak Chan jelas kaget melihatku, dia ingin mengelak tapi tidak bisa. Akhirnya aku tau kalau perempuan tersebut istri Kak Chan” Disitu Hyunjin tertawa dengan setetes air mata keluar dari kelopak matanya meski Hyunjin masih tersenyum. Jisung dengan refleks merangkul pundak Hyunjin, mengusapnya perlahan.

Hyunjin melanjutkan ceritanya, “saat itu aku ingin marah, ingin berteriak pada Kak Chan kenapa dia mengkhianatiku. Tapi aku gak bisa, aku hanya berdiri diam melihat mereka. Aku juga ingin marah pada perempuan tersebut karna telah mengambil Kak Chan. Tapi perempuan tersebut juga tidak tau apa-apa, dia tidak tau kalau Kak Chan sudah punya pacar” Hyunjin melirik ke arah Jisung, menatap Jisung dengan kedua matanya yg berkaca-kaca. “Kak Chan berbohong padaku juga pada perempuan yg menjadi istrinya, dia mengaku tidak memiliki pacar”

Jisung masih terdiam, tangannya kini mengusap lelehan air mata dari kedua mata Hyunjin. “Kenapa Kak Chan melakukan itu?” Jisung bertanya pelan, takut kata-katanya menyinggung Hyunjin.

“Orang tua. Kak Chan disuruh menikah oleh orang tuanya. Sebenarnya Kak Chan diberikan pilihan oleh orang tuanya, jika dia punya pacar dia boleh menikah dengan pilihannya tapi jika tidak maka dia harus menikah dengan pilihan orang tuanya. Kak Chan tidak mengaku kalau dia punya pacar... aku hahaha tidak diakui sebagai pacarnya”

Jisung membawa Hyunjin ke dalam pelukannya, dia mengusap punggung Hyunjin pelan. Tangan Jisung di belakang punggung Hyunjin mengepal, dia kesal dengan Chan yg telah menyakiti dan mencampakkan Hyunjin.

“Kak Chan takut hubungan kami tidak direstui makanya dia berbohong” Suara Hyunjin teredam dalam pelukan Jisung. “Tapi harusnya dia jujur padamu, setidaknya dia lepaskan kamu, Jin. Bukan membohongimu” Balas Jisung masih sambil mengusap punggung Hyunjin.

“Ya harusnya, tapi mungkin ini emang jalannya aku harus berpisah dengan Kak Chan. Setidaknya aku tau Kak Chan bukan yg terbaik untukku” Jisung mengangguk membenarkan.

“Ah maaf, Ji. aku malah menangis dihadapan kamu.” Hyunjin terkekeh dan menghapus air matanya tapi posisinya masih sama, dalam pelukan Jisung. Jisung ikut terkekeh pelan, “ Tak apa, menangislah kalau kau mau. Maaf aku tidak ada disampingmu saat itu” Hyunjin mengangguk, dia memukul pelan punggung Jisung.

“Ya benar, kau pergi. Kau membiarkanku menangis sendirian saat itu”

“Mian mian...” Jisung mendorong pelan badan Hyunjin, menghadapkan tubuhnya dan menatap kedua matanya, “aku disini sekarang, jadi kalau ada apa-apa bicaralah” Tangan Jisung yg berada pada pundak Hyunjin perlahan berpindah menjadi mengusap kedua pipi Hyunjin, menghapus sisa air mata yg masih ada disana. Mereka saling berpandangan lekat, menatap lekat satu sama lain. Lalu Hyunjin tersenyum, dia mengangguk pelan.

“Hm kau tidak boleh pergi lagi, kau tidak boleh meninggalkanku” Jisung ikut tersenyum, dia mengusak pelan rambut Hyunjin.

“Nee Tuan Putri” “Ish Jisung mah” Hyunjin merengut mendengar panggilan lama Jisung padanya. Sedangkan Jisung tertawa melihat wajah Hyunjin yg merengut lucu.

Bus berhenti di sebuah halte, halte tujuan mereka. Mereka turun bersama, setelahnya mereka berjalan pelan pada jalanan setapak. Angin berhembus menyertai perjalanan mereka. Beberapa saat kemudian Jisung dan Hyunjin sampai pada tujuan mereka, danau tempat favorit mereka dulu. Masih terlihat sama meski ada beberapa perbedaan disana, telah terdapat beberapa bangku untuk duduk menikmati indahnya danau.

Hyunjin duduk di salah satu bangku yg diikuti oleh Jisung. Hamparan air danau yg hijau terpampang di depan mata mereka.

“Kau masih sering kesini, Jin?” Tanya Jisung setelah duduk di samping Hyunjin. Hyunjin mengangguk pelan.

“Hm kadang-kadang kalau lagi penat aku selalu datang kesini. Dulu tempat ini jadi tempat favorit kita untuk menyendiri, sekarang tempat ini lumayan sering didatangi orang.”

Mereka kembali terdiam, memandang ke arah danau.

“Ji, kamu pernah jatuh cinta?” “Pernah” “Benarkah?” “Heem” “Aku kira kamu tidak pernah suka bahkan jatuh cinta pada seseorang, Ji” Celetuk Hyunjin. “Hei apaan maksudnya” Jisung tidak terima, sedangkan Hyunjin hanya tertawa menanggapinya. “Ya habisnya aku jarang melihatmu dengan orang lain, dulu saat sekolah orang yg dekat denganmu tidak banyak meski banyak yg tau kamu dan banyak yg suka sama kamu. Tapi aku tidak pernah melihatmu dekat dengan orang lain selain aku.” Jelas Hyunjin

“Itu karena mereka sungkan...” Hyunjin mengernyit mendengar ucapan Jisung. “Mereka mengira kita pacaran, mereka kira kamu itu pacarku makanya mereka engga untuk dekat-dekat denganku” Hyunjin yg mendengarnya melotot kaget, dia tidak tau kalau dulu kedekatan mereka dianggap lebih dari sahabat oleh orang lain. Namun di satu sisi entah kenapa ada perasaan senang pada hati Hyunjin, entah karena apa.

“Kok aku gak tau ya rumor itu?” Ucap Hyunjin pelan. “Ya jelas, kan kamu sibuk ngecrush-in Chan dulu. Kakak kelas dan juga Mantan ketua Osis di sekolah kita. Sampai-sampai kamu rela nungguin dia selesai rapat Osis dengan alasan '𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘴𝘶𝘯𝘨, 𝘢𝘬𝘶 𝘯𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘑𝘪𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪 𝘳𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘖𝘴𝘪𝘴'.” Jelas Jisung mengingatkan. “Ish” Hyunjin yg mendengarnya mencebik, “Ya kan dulu lagi masa-masanya” Hyunjin masih merengut sebal, Jisung terkekeh dan mengusap belakang kepala Hyunjin.

Ya dulu Chan itu ketua Osis dan Jisung adalah wakilnya, Hyunjin sering menunggu Chan dengan alasan menunggu Jisung pulang. Tidak heran kalau banyak gosip yg bilang kalau Jisung dan Hyunjin berpacaran. Padahal itu hanya modus Hyunjin agar bisa dekat dengan Chan, dan benar saja Chan kenal Hyunjin karen Jisung. Chan yg penasaran akan rumor itu bertanya pada Jisung apa benar Hyunjin pacarnya, dan ditepis oleh Jisung. Dari sanalah mereka kenal bahkan sampai Chan lulus sekolah dan akhirnya menembak Hyunjin.

“Jin” “Ya?” Hyunjin menoleh ke arah Jisung yg memanggilnya. “Jika ada seseorang yg menyukaimu ah bahkan mencintaimu dan menyatakan perasaan padamu. Bagaimana reaksimu, apa kamu akan menerimanya?” Hyunjin tidak langsung menjawab, pandangannya menatap lurus ke arah danau. “Kalau dia tulus mencintaiku, mungkin aku akan menerimanya” Jawab Hyunjin akhirnya. Pandangannya masih menatap ke depan.

“Kalau kamu, Ji? Bagaimana?” “Jawabanku sama denganmu” “Ish gak kreatif” sela Hyunjin, Jisung tertawa mendengarnya. “Ya, tapi... aku ingin mencoba satu hal sebelum itu terjadi” “Apa itu?” kali ini Hyunjin menatap Jisung. “Aku ingin mengatakan perasaanku pada seseorang yg selama ini aku sukai...” Jisung tersenyum lembut saat mengatakannya, “aku tidak ingin ada penyesalan lagi. Aku tidak peduli dia akan memiliki perasaan yg sama atau tidak, setidaknya aku sudah mengatakan perasaanku padanya” Jelasnya, Jisung berbalik menghadap Hyunjin yg masih menatap kearahnya.

“Siapa?” “Hm?” “Siapa orang itu... orang yg kamu sukai sejak lama?” Tanya Hyunjin akhirnya, dia ingin tau siapa orang itu. Siapa orang yg bisa meluluhkan hati sahabatnya. Entah kenapa ada perasaan cemas dalam diri Hyunjin saat mendengar ucapan Jisung. Dadanya berdetak, perasaan cemas dan takut menyelimutinya. Tapi Hyunjin ingin mendengarnya, ingin mengetahui siapa orang tersebut.

Jisung sepenuhnya menghadap Hyunjin, dia menatap lekat mata Hyunjin sebuah senyum lembut dan tulus terbit dari bibir Jisung. “Kamu” Jisung masih tersenyum menatap Hyunjin, sedangkan Hyunjin di depannya terdiam kaku, dia menatap Jisung tak percaya. “A-aapa?” “Ya Hwang Hyunjin, aku Han Jisung menyukai... tidak tidak, tapi aku mencintaimu, sangat” Tangan Jisung ditaruh di pundak Hyunjin, mengusapnya pelan. “Aku mencintaimu dari dulu, bahkan saat kita masih sekolah. Dari sejak tahun pertama SMA aku menyukaimu.” Hyunjin masih terdiam, tidak ada respon apapun darinya. Itu membuat Jisung tertawa dalam hatinya, dia tidak berharap lebih juga saat mengatakan ini. Lagipula tujuannya kembali ke Korea karena ini kan. Dia tidak akan menyesal kalau tidak sesuai dengan apa yg dia harapkan.

“Kenapa? Kenapa kamu baru sekarang mengatakannya?” Hyunjin lalu melayangkan tangannya untuk memukul bahu Jisung sambil masih bertanya kenapa dan kenapa. “Aku terlalu takut untuk mengatakannya, aku takut kamu menolakku, aku takut kamu akhirnya menghindariku apalagi saat tau kamu menyukai Chan. Aku menyimpannya rapat rapat, cukup aku yg tau tentang perasaanku padamu” jelas Jisung.

“Dasar tidak peka, kalau saja kamu mengatakannya dari dulu, kalau saja kamu jujur dari dulu padaku, kalau saja...” Hyunjin masih memukul Jisung, meski pukulannya tidak keras tapi tetap saja dia memukul dengan brutal. “Padahal aku juga menyukaimu” bisik Hyunjin pelan tapi masih bisa didengar jelas oleh Jisung. “Eh.. Apa?” “Ish... Aku juga menyukai Han Jisung. Aku mencintaimu” setelahnya Hyunjin buru-buru menutup wajahnya dengan kedua tangan, dia malu karena telah membocorkan rahasianya yg sudah lama dia simpan rapat-rapat. Dan Jisung masih terdiam mencerna ucapan Hyunjin barusan, lalu tak lama dia terkekeh dan langsung mendekap tubuh Hyunjin erat.

“I Love You too Hwang Hyunjin” balas Jisung sambil mendekap erat tubuh Hyunjin, kemudian mengecupi pucuk kepalanya. Jisung melepaskan dekapannya pada bahu Hyunjin, dia mendorong bahunya pelan dan menatap wajah Hyunjin yg menunduk. Jisung angkat dagunya dan mengusap pipinya lembut. Hyunjin membuka matanya, menatap Jisung yg juga tengah menatapnya. Perlahan Jisung mendekatkan kepalanya, dia memiringkan kepalanya lalu mengecup bibir Hyunjin. Perlahan bibirnya bergerak melumat bibir Hyunjin. Hyunjin terkejut dengan ciuman Jisung pada bibirnya namun perlahan dia membalas ciuman Jisung.

Lagi, matahari sore kembali menjadi saksi 2 insan di tempat yg sama namun waktu dan akhir cerita yg berbeda. Cerita kali ini tidak ada hati yg patah, namun benih benih cinta mulai tumbuh diantaranya. Semoga waktu terus mengizinkan mereka untuk bisa merasakan kebahagiaan ini.