write.as

Karina's birthday party. Irene tersenyum semringah saat menyambut Wendy dan Winter di gerbang rumahnya. "Hi! Yuk masuk, acaranya sudah mau dimulai nih." "Hi Kak Ren. Ini dari mami, nasi goreng untuk eyang Bae," balas Winter sembari menyodorkan sebuah rantang berisikan nasi goreng ala mami Son. "O-oh. Bilangin makasi ya dek ke Tante." "Siap kak! Aku masuk ya!" Winter segera berlari menyusul teman-teman sekolahnya ke halaman belakang. Sementara itu, Wendy mengela napas panjang saat melihat adiknya pergi tanpa pamit. 'Si bocah, main nyelonong aja!' rutuk Wendy dalam hati. Irene terkikik saat mengamati ekspresi di wajah gadis itu. "Hi Cantik, sendirian aja? Mau ditemenin sama kakak ga?" Sapa Irene sambil tersenyum menggoda. Wendy menoleh ke belakang, ke samping, lalu menunjuk dirinya. "Maksud kamu, aku?" "Siapa lagi yang cantik di sini selain aku? Ya kamulah." Wendy menaikkan alisnya. "Kan aku dateng bareng Winter. Berarti berdua dong, ga sendirian. Jadi, kamu ga perlu nemenin aku. Bye." Setelah berkata demikian, Wendy pun pergi menyusul adiknya. "Huft!" Irene cemberut. Gagal lagi percobaan flirting-nya. ** Party pun di mulai. Setelah potong kue dan menikmati makanan prasmanan. Para tamu undangan (anak-anak SMP) langsung bermain di halaman. Sementara itu, para ayah dan ibu yang mengantar anak-anak mereka berkumpul untuk membicarakan kenaikan harga bahan bakar. Wendy yang merasa bosan lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai bermain game fruit ninja. Baru saja bermain 2 level, Irene datang menghampirinya. "Wen, aku bawa snack nih buat kamu." "Taruh aja di situ." "Di situ di mana? Di hatiku?" Wendy mendongak dan mengerjapkan matanya. 'Aku ga salah denger ya?' Batin gadis itu. 'Ni cewek dari tadi roleplay jadi fvckboy apa gimana sih?' Dia lalu melihat sekeliling untuk mencari sebuah meja kosong, tetapi meja terdekat sudah dipenuhi oleh piring kotor. "Duduk di bean bag aja yuk, yuk. Ada meja kosong di sana," ajak Irene. "Mmm ya." Masih asyik bermain game, Wendy pun mengikuti Irene dari belakang. Mereka lalu duduk di bean bag yang ada di samping deretan pohon palem mini. Beberapa saat kemudian, Wendy pun mulai merasa bosan lagi setelah mencapai level 5 sehingga dia berhenti bermain game. Dia mengamati sekeliling hingga pandangannya tertuju pada sesosok gadis. "Itu temen kamu bukan? Dikerubungin laler tuh." Wendy menunjuk ke arah si gadis yang tertidur pulas di bawah pohon rambutan di seberang mereka. Irene menyipitkan matanya. "Oh iya, itu temen aku, Seulgi. Biarin aja, nanti dia harus kerja bakti beresin taman setelah acara ini selesai." "Hah?" Irene hanya tersenyum manis sebelum mengalihkan pembicaraan. "Eh, makeup kamu cantik banget deh hari ini. Keliatan fresh di mata aku. Lip tint baru ya?" "Ngga. Ini yang biasa aku pakai tiap hari kok." "..." Irene memutar otak dan mencari pujian lainnya. "Jaket kamu bagus. Aku suka deh." "Thanks. Ini jaket favorit aku." "Oh, kamu suka yang warnanya soft dan tekstur fluffy ya?" "Iya, kata mami aku biar kesannya hangat dan cerah. Like a ball of sunshine," jawab Wendy dengan muka datar. "Wah, kepribadian aku hangat dan cerah, Wen," ucap Irene sambil tertawa. "Maybe I can be your sunshine?" "..." Wendy terdiam sejenak dan berpikir, ini saatnya untuk menjahili gadis di hadapannya. "You can," balas Wendy sambil membuka sebungkus risol. "Eh? Gimana?" Irene tidak menduga kalau Wendy akan menanggapi dirinya. Wendy menyembunyikan sebuah senyuman sembari mengunyah risol dengan nikmat. 'Enak banget. Order di mana ya?' ujar Wendy dalam hati sebelum menjawab pertanyaan Irene. "Iya Ren, you can be my sunshine." "Wendy, kamu ga lagi sakit, kan? Biasanya kamu bakal bantah ucapan aku," ucap Irene sedikit khawatir jika Wendy yang di depannya ini adalah jadi-jadian. "Kenapa harus di bantah? Kamu memang seperti sunshine, cantik menyilaukan." "Ehhh? A-aku cantik?" Irene menangkup kedua pipinya sambil tersenyum bahagia. 'OMG. Apa Wendy akhirnya sadar kalau aku Aphrodite 4.0??' seru Irene dalam hati. "Iya, cantik. Lebih cantik lagi kalau kamu diem. Gaya flirting kamu kaya om-om, nyebelin." "..." Di bawah pohon lainnya, Seulgi yang baru saja terbangun dari tidur siangnya, terkikik geli saat mendengarkan percakapan Wendy dan Irene. "Karma, haha! Nyusahin tetangga mulu sih," seloroh Seulgi. *** P.s. Risolnya buatan Irene 🤓 Makin jago masak anaknya.