write.as

EXTRA XIII

Nafas terasa berat tatkala tungkainya berdiri di depan pintu putih yang tertutup rapat. Tidak tahu sudah percobaan keberapa selama lebih dari satu minggu ini untuk melakukan tatap muka dengan sosok di dalam sana, namun sia-sia, niatnya tidak kunjung berhasil, malam ini Atra mencoba kembali peruntungannya.

“Sen?” Atra mengetuk pelan daun pintu kamar kembarannya, biasanya knop itu akan terkunci tapi kali ini cklek, terbuka.

Gelap, hanya ada pantulan cahaya dari lampu jalan yang menembus jendela kamar milik Sena, Atra masih terpaku di depan pintu sampai suara isak tangis terdengar.

“Sen?” mendengar suara yang masuk membuat Sena terlonjak dari tempat tidurnya berdiri diambang kasur.

Samar-samar Atra melihat siluet kembarannya, ia tahu, Sena menghapus air mata yang membasahi pipinya di dalam gelap.

“Pintunya gak dikunci.” Atra enggan mendekat, ia tidak ingin membuat kembarannya merasa tidak nyaman.

“Mau apa lagi, Tra?” suara parau Sena membuat lidah Atra terasa kelu, rasa bersalah kembali menyelimuti.

“Maaf.” rentetan kalimat yang sudah ia siapkan seketika hilang, hanya tersisa kata ‘maaf’ yang berhasil terucap.

Sena diam, menunggu Atra bicara.

“Maaf, gua udah bohong,” kepalanya menunduk, “Maaf,” kalimatnya menggantung, tenggorokannya tercekat, “Gua udah jatuh cinta sama Marcel.”

“Lo tau, Tra? Gue udah berusaha untuk lupain semua, hubungan lo sama Marcel,” bulir itu kembali jatuh membasahi pipi, ”Gue tau lo bakalan selalu dapet apa yang lo mau, lo selalu dapet apa yang gue mau.”

“Tapi yang kali ini, kenapa lo lagi, Tra?” isaknya menjadi, “Gue benci diri gue sendiri, gue gak pernah bisa jadi kaya lo, gue selalu kalah, kenapa harus lo yang sama Marcel?! Kenapa harus lo yang dapet semuanya?!”

“Gue usahain semuanya, gue udah kasih semuanya,” Sena memejamkan mata, “Gue kasih diri gue, Tra. Lo tau kan? Tapi kenapa lo tetep deketin dia?!”

“Sen, maaf. Gua bisa-”

“BISA APA?! Apa lagi yang mau lo lakuin?!” nadanya naik, “Gue benci Tra, gue kembaran lo, gue bukan bayangan lo. Can you please, for once, give me a space. Hargain gue.”

“Sorry Tra, bayangan lo sama Marcel ngebuat gue benci diri gue sendiri.”

“Tolong pergi.”