write.as

Pantai Dan Tiara

Selagi menunggu Tiara yang sibuk dengan pakaian nya, Tara memandangi anak kecil disebrang taman.

“Udah kamu jangan nangis lagi ya, ini ambil aja balon aku. Gapapa kok.” Ucap anak kecil cowok yang berusaha menenangkan gadis kecil yang terlihat sedang menangis akibat balon unicorn nya terbang

Sontak Tara mengingat bagaimana ia dan Tiara bertemu untuk pertama kali. Pertemuan yang menjadi awal mula mereka mengenal satu sama lain.


FLASHBACK

Komplek perumahan Tara dan Tiara sangatlah jauh dari kota namun dekat dengan pantai.

Tara sedang berjalan menyusuri pantai sore itu, entahlah rasanya menyenangkan ketika melihat laut dibandingkan ia kena pukulan ayahnya setiap saat.

Dalam jarak yang tidak begitu jauh, ia melihat ada seorang anak perempuan yang sedang terduduk dengan raut wajah sendu. Entah keberanian darimana, Tara menghampiri perempuan itu dan duduk disebelahnya. Iya, perempuan itu adalah Tiara Estherlina.

Tiara kaget saat Tara duduk disampingnya, karena mereka belum kenal satu sama lain. Lalu Tara berbisik pelan “maaf, kaget ya?”

Tiara menatap Tara dengan tatapan yang sangat ketakutan. Karena mungkin umur Tara dan Tiara lumayan berbeda jauh, jelas Tiara takut akan bertemu orang baru. Perempuan ini mengalihkan pemandangannya lagi ke langit sore dengan ombak yang begitu tenang.

Tara tau bahwa perempuan ini sedang ketakutan dengan kehadirannya. Masa bodoh perasaan malu ini. Lalu Tara membuka pembicaraan diantara mereka berdua.

“Indah sekali ya langit sore ini?”

Tiara tidak menjawab nya melainkan hanya mengangguk sebagai jawaban “iya.”

“Namanya siapa?”

Tiba tiba Tara mengulurkan tangannya kepada Tiara “kenalin aku Meghantara, kamu bisa panggil aku Tara”

Tiara yang sedang menangis lalu mengusap air matanya dan menjabat uluran tangan Tara dengan rasa ragu “T-tiara”

“Hehe gausah takut. Aku bukan orang jahat”

“Nama kamu bagus, seperti Mutiara”

Tiara hanya mengangguk.

“Kamu Gpp? Kenapa nangis?”

Perempuan itu menatap mata Tara seolah olah dia tidak ingin keberadaan Tara disekitarnya.

“Jangan nangis dong. Nanti langit ikutan nangis loh”

“Emang iya?”

Suara kecil Tiara menjawab pertanyaan Tara kali ini. Mungkin karena rasa penasaran dengan apa yang diucapkan Tara kepadanya.

“Iya, nanti langitnya ikutan nangis kalau bidadari nya disini nangis.”

Tiara mencubit Tara “ihh, apa sih kk! Siapa bidadarinya?”

“Kamu. Siapa lagi? Ibu ibu yang jualan nasi uduk disana?”

Tiara tersenyum dan membuat Tara terkekeh karena senyum Tiara sangat indah dimatanya.

“Jangan sedih lagi. Aku dan langit gasuka liat perempuan nangis. Kamu harus senyum terus kaya gini nih” Tara menunjukan caranya bagaimana tersenyum.

“Walaupun aku gakenal kk, tapi makasih ya” ucap Tiara

Tara mengangguk pelan “Tiara mau jalan kesana? Ada pemandangan bagus loh disana. Abis lihat pemandangan disana, Tiara pulang. Nanti diomelin mamahnya loh kalau pulang menuju gelap gini.”

Tara sangat suka dengan bagaimana Tiara tersenyum. Sangat lucu baginya. Walaupun sebenarnya Tara juga sedang mengalami hari yang berat, tapi senyum di wajah Tiara mengalihkan itu semua.

Tara semakin yakin bahwa, seberat apapun masalah yang ia hadapi, ia tidak sendirian. Tuhan sudah memberikan porsinya masing masing kepada umatnya untuk senang & sedih.

Setelah mengajak Tiara jalan melihat pantai yang penuh kerang yang sudah mati, ia mengantar Tiara ke tempat pertama mereka duduk.

Disana sudah ada mamah Tiara yang menunggu Tiara. Dari sini lah mamah Tiara mengenal Tara dan menjadikannya guru private untuk Tiara di beberapa tahun kemudian.


Tara tersenyum tipis akibat kenangan yang tidak bisa lepas dari pikirannya itu lalu

“Woy, Kesambet setan bangku taman sini tau rasa Lo kak”

Tiara datang dengan menggunakan baju putih miliknya dan tas kecil yang mungkin saja isinya kodok untuk pelajaran sains kali ini.

“Lama banget Lo. Ngapain aja deh? Dandan?”

“Dih, galiat? Muka gua gaada make up nya?”

“Bagus. Lebih cantik kaya gitu.”

“Yeyeye, yaudah ayo berangkat ih, mau makan apa sih?”

“Makan nasi uduk Deket pantai mau?”

“Yang waktu itu kita pertama kali ketemu ga sih ka?”

Tara kaget karena ternyata Tiara mengingat kejadian yang baru saja terlintas dipikirannya.

“Iya. Mumpung jam segini, udah jarang orang beli. Kalau telat, ibunya baru jualan lagi sore.”

“Yaudah ayo!! Mau banget!!”

“Ntar dulu, itu di tas Lo ada kodoknya atau engga?” Ucap Tara ketakutan

“Hahahahaha gaada kok tenang bos, kodoknya disini.” Tiara menunjukan botol plastik yang sudah diberi lubang untuk kodok tersebut bernafas.

“Wah anjir. Lo gila ya!? Itu hewan masih hidup Lo mau bunuh perlahan lagi!?” Tara kaget karena melihat pemandangan kodok dalam botol plastik milik Tiara

“Siapa yang mau bunuh deh? Kodok kemarin aja mati karena kegencet pantat Lo kak. Masa gue yang dituduh ngebunuh?”

“Itukan gue gatau! Pokoknya Lo jangan naro dibelakang gue lagi ok!?”

“Terus naro dimana dong?”

“Gapeduli”

“Dih!?”

Tara meninggalkan Tiara dibangku taman dan mengarah ke motornya.

“Cepet naik.”

“Iyaa ihhhh”

Tara dan Tiara menuju pantai untuk sarapan nasi uduk ditempat mereka bertemu pertama kali.