JOHIB

Malam itu, Johan melajukan motor yang sedang ia kendarai dengan kecapatan yang sangat cepat. Pikirannya beradu argumen, bagaimana bisa Ibra lolos keluar dan pergi menuju kelab malam yang jika Pak Nabil tahu pasti akan sangat marah besar. “Pasti Pak Nabil di blok, tau gue kenapa dia bisa post seenak jidatnya,” gumamnya pelan bahkan hampir tidak terdengar.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, akhirnya sang dominan sampai pada tempat tujuannya. Terdengar samar-samar musik DJ yang mengalun di tengah dinginnya malam. Ia langkahkan kaki jenjangnya menuju pintu masuk kelab tersebut dan menunjukkan tanda pengenalnya sebagai syarat utama untuk memasuki kelab. Setelah memenuhi syarat untuk masuk, ia pun langkahkan kakinya memasuki bagian dalam kelab malam itu. Hanya beberapa langkah dari pintu masuk, Johan dapat mencium bau alkohol yang begitu menyengat. Ia putar kepalanya ke kanan dan ke kiri guna mencari berandal ciliknya.

Tak butuh waktu lama, ia dapat temukan Ibra yang tengah menari di atas lantai dansa bersama lelaki yang ia ketahui bernama Nando. Ia tilik dari jauh bagaimana kedua sejoli tersebut menari mengikuti irama lagu, dan tentu saja dapat di pastikan keduanya telah di buat terbang oleh alkohol yang sedari tadi Ibra pegang di tangan kanannya.

Perlahan ia dekati yang lebih kecil. Oh ya! Tak lupa juga ia tampangkan raut muka datarnya pada khalayak ramai di sana. Dapat di pastikan semua orang yang menatap wajah Johan langsung bergidik ngeri. Johan coba tahan emosinya namun gagal.

Saat ia telah berada di belakang Ibra, segera ia raih pergelangan tangan si resesif dengan kuat lalu membawanya pergi keluar kelab tersebut dan meninggalkan Nando dengan tampang linglung khas orang mabuk.