Paman Tua

Ia berlari dengan membawa angan di bahunya, berharap dapat mengejar bus yang 2 menit lagi akan berjalan meninggalkan Halte pertama. Untung kini Dewi Fortuna berada di sisinya, ia —Jaehyun— dapat duduk di dalam bus tua yang kini tengah melaju pelan.

Jaehyun mencoba mengontrol nafasnya, lalu ia ambil sebotol air mineral di dalam tas dan meneguknya.

Setelah itu, pikirannya mulai berkecamuk dan ia mulai melamun. Ekonomi keluarganya yang kian memburuk membuat nya tak bisa berpikir jernih. Raut wajahnya menampilkan raut gusar dan sedih, Jaehyun takut ia akan menjadi ayah yang buruk untuk suami dan kedua anaknya yang kini tengah menempuh bangku SMA.

Tiba-tiba seorang kernet bis membuyarkan lamunannya, segera ia bayar ongkos dari halte menuju perusahaan swasta yang menjadi tempat Jaehyun bekerja. Lalu ia keluar dari bis dan langkahan kaki jenjangnya menuju salah satu ruangan yang cukup besar di perusahaan tersebut.

“Jaehyun, Nanti tolong buatkan kopi untuk Pak Johnny. Seperti biasa ya!”

Ucap salah seorang staff yang dapat dibilang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari Jaehyun. Ia jawab dengan anggukan kecil & senyuman yang merekah. Mau bagaimanapun situasinya, entah sedih ataupun bahagia ia harus tetap tersenyum. Pikirnya.

Sungguh keberuntungan bagi Jaehyun karena ada Perusahaan yang menerima orang berkebutuhan khusus seperti Jaehyun. Ia Penyandang Tuna Wicara.

Kini Jaehyun tengah membawa nampan putih berisi kopi milik atasannya, ia bawa kopi tersebut menuju ruangn pribadi milik Johnny dan tak lupa ia ketuk pintu tersebut sebanyak 3 kali.

Tak lama dari itu Johnny sang atasan membukakan pintu tersebut dan mempersilahkan Jaehyun untuk masuk. Jaehyun langkahkan kakinya menuju ruangan tersebut dan menaruh secangkir kopi tersebut di meja utama milik Johnny.

Johnny ucapkan terimakasih pada Jaehyun. Sebagai balasan ia anggukan kepalanya dan bergerak keluar ruangan. Lalu ia lanjutkan perkejaan utamanya, sebagai Office Boy atau yang kerap kita panggil OB.

————————————————————

Matahari kini mulai menghilang dan Jaehyun telah di gang yang menuju ke rumah miliknya. Sampailah tubuhnya di depan pintu kayu berwarna putih, ia buka pintu dan masuk ke dalam rumahnya.

Suaminya —Taeyong— yang tengah menata meja makan malam menolehkan kepalanya menuju sumber suara. Senyum manis terpampang sempurna di wajahnya, ia peluk erat suaminya dan tak lupa memberikan kecupan selamat datang.

Ia tarik lengan Jaehyun menuju meja makan yang telah Taeyong siapkan sedari tadi. Oh ya, tak lupa ia panggil kedua anak remajanya.

“Mark, Jeno ayo makan! Papa sudah datang.”

Mark dan Jeno bergegas berjalan menuju asal suara Taeyong. Mereka tatap Papanya dengan tatapan Bahagia, sama seperti yang Taeyong lakukan tadi, lalu memeluk Papanya dengan erat.

Dan tentu saja Jaehyun balas juga dengan erat.

————————————————————

Selesai makan malam semua orang pergi menuju kamar masing masing, terkecuali Jaehyun dan Taeyong yang kini masih bersantai di depan televisi dengan piyama putih.

Saat menonton hiburan yang di siarkan oleh benda tabung tersebut, pikirannya kembali berkecamuk. Ia tatap suami kecilnya yang tengah tertawa kecil karena adegan komedi lalu ia belai pelan surai hitam legam milik suaminya menggunakan tangan kiri.

Tangan kanannya ia gunakan untuk meraih selembar kertas berisi pesan singkat yang memang ia tulis di bus saat akan pulang tadi dan memberikannya kepada Taeyong.

Taeyong tolehkan kepalanya menghadap samping saat tangan kiri Jaehyun menepuk pelan pundak kanannya.

Ia tatap selembar kertas yang tengah Jaehyun pegang untuk diserahkan kepadanya. Dengan senang hati ia ambil kertas tersebut dan mulai membacanya.

Namun beberapa saat setelah membacanya, Taeyong tunjukkan raut muka sedih. Kini ia tak bisa berkata apa apa. Ia tatap wajah Jaehyun yang kini tengah menatap ke arah kanan, ia malu menceritakan masalahnya kepada Taeyong. Ia sungguh malu.

— senyumnya perlahan pudar, digantikan dengan sesak.

Paman tua by Nadin Amizah.

#WRITTEN by abeydoc