#Melepas penat
.
.
.
.
.
.
Setelah menerima pesan bahwa Rindou sedang menuju kost Sanzu, ia segera berganti pakaian yang lebih layak. ‘Cukup’ begitu pikirnya setelah memandang cermin yang memantulkan sosok dengan hoodie hitam membalut tubuh atasnya, joger pants hitam membungkus tungkainya serta sepasang sepatu putih ia pilih sebagai alas kakinya kali ini.
Sanzu bergegas mengantongi handphone dan dompet miliknya sesaat setelah telinganya mendengar deru suara knalpot Kawasaki w175 milik Rindou. Buru-buru ia turun kebawah setelah mengambil helm di atas almari miliknya.
Begitu pintu utama ia buka, ia bisa melihat sosok Rindou dengan balutan kaos putih dan jaket bomber navy duduk diatas motornya.
“Gue naik ya kak.” Ujar Sanzu berniat menaiki jok belakang motor Rindou setelah mengunci pintu utama dan juga pagar tentunya.
Rindou mengangguk sebagai balasan. Rindou menyalakan starter motornya setelah Sanzu duduk dibelakangnya, dan setelahnya Kawasaki w175 miliknya melesat membelah jalanan kota di malam hari.
.
.
.
.
.
.
Rindou dan Sanzu memutari jalanan kota secara acak yang juga diiringibdengan percakapan random dari keduanya, entah sudah sejauh mana Kawasaki w175 itu membelah jalanan.
“Pusing banget ya, kak?”mendengar Sanzu berbicara yang kedengarannya cukup serius, Rindou pun memelankan laju motornya.
“Hah? Apa? Ulang coba hehe gak kedengeran jelas barusan” balas Rindou disertai kekehan kecil.
“Pusing banget ya ngerjain tugasnya, kak?” Sanzu sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan bermaksud agar suaranya terdengar jelas.
“Hhh, iyaa. Gue kesel banget sama dosennya. Proposal rencana usaha kelompok gue gak diacc sama dia. Kewirausahaan ngapa ribet banget si elahh, lagian gue anak sejarah dikasi kewirausahaan tu biar apa, dagang fosil gitu gue nanti?” Rindou menggerutu sebal.
Sanzu terkekeh mendengar ocehan Rindou yang menurutnya lucu. “Berguna banget sih kak sebenernya matkul itu, basic dasar aja gitu biar semua paham lah dasar-dasar usaha itu gimana. Toh masa depan gaada yang tau kan. Misalkan gue deh, lulus kuliah kan belum pasti juga gue kerja di BMKG, siapa tau gue buka petshop gitu.”
“Aduh kak, sorry banget gue gak bermaksud menggurui” Sanzu refleks menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Rindou terkekeh geli setelah melirik ke spion motor melihat ekspresi lucu yang Sanzu ciptakan.
“Santai aja kali, gue berterimakasih malah. Makasih ya udah balikin kewarasan gue, tadi gue saking keselnya jadi ngomong gitu. Mana yang dipermasalahin itu produknya lagi, yakali ganti hhhh.”
“Emang rencana usaha lo tentang apa Kak?” Tanya Sanzu.
“Karena di kelas gue untuk matku kewirausahaan ini ada anak prodi kimia yang nyasar dan kebetulan masuk ke kelompok gue, jadinya kita bikin sabun organik dari susu kambing. Ide dari dia juga sih itu soalnya gue sama temen yang lain gaada ide sama sekali.”
“Cuma susu kambing aja,kak?” Tanya Sanzu lagi memastikan.
“Iya cuma gitu doang”
“Kak gue boleh ngasi saran gak sih? Saran doang loh ini mau lo pake atau engga ya terserah. Gimana kalau sabunnya itu dicampur essential oil gitu biar ada aroma-aromanya jadi orang lebih tertarik juga. Terus kemasannya juga yang organik gitu, misalnya kayak dikasi wadah kotak kecil dari anyaman bambu gitu. Siapa tau bisa menarik banyak konsumen jadi dosen lo bisa mikir ini produk menjanjikan.” Ujar Sanzu menawarkan idenya.
“Sumpah ya, gue gak pernah nyesel deketin lo atau ngajak lo jalan sekarang ini. CHIYOO GUE PENGEN CIUM LOO IH SUMPAH ENCER BANGET OTAKNYA. INI BAKALAN GUE PAKAI SI, YAKIN GUE TEMEN-TEMEN GUE BAKALAN SETUJU. MAKASIH BANYAK YAAA.” Balas Rindou bersemangat karena mendapat bantuan ide dari Sanzu.
“Hehehehehe sama-sama kak, syukur kalau bisa membantu. Gue doain abis ini diacc dosennya.” Sanzu tersenyum menyemangati Rindou.
“Chiyo, maaf banget ya kesannya gue seenaknya banget, tapi kalau balik sekarang gapapa kah? Gue mau nemuin kelompok gue kali ke kampus ngomongin ide ini, ntar keburu ilang lagi.” Rindou bertanda dengan tak enak hati.
“Loh ya gapapa dong kak, lebih cepet dikerjain itu lebih baik. Udah ada sejam juga gak si kita muterin kota tanpa arah hahaha.”
“Maaf ya, nanti kalau free gue bakal ajak lo ngedate atau night drive yang beneran.” Ucap Rindou merasa tak enak.
Sanzu menepuk punggung Rindou dengan kedua tangannya sebanyak dua kali, memberi semangat katanya. “Gapapa tau kak, ini juga udah termasuk lama.” Ujar Sanzu meyakinkan Rindou kembali.
Rindou tersenyum mendengarnya. “Chiyo, maaf ya gue lancang.” Setelah berucap demikian tangannya melepas stang kiri motornya dan terulur kebelakang mengambil satu tangan Sanzu dan ia lingkarkan diperutnya.
Sanzu? Tentu saja kaget, mukanya sudah semerah tomat sekarang.
Tangan kirinya kembali memegang stang motor. “ Kalau gak mau, lepas aja gapapa. Tapi kalau mau tangan satunya ikut meluk juga dong.” Rindou tersenyum jahil.
Posisinya sekarang tangan kiri Sanzu melingkari perut Rindou dan Rindou menjalankan motornya dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.
Hening sejenak. Namun, tanpa disangka tangan kanan Sanzu terulur kedepan bergabung dengan tangan kirinya melingkari perut Rindou. Sanzu pejamkan matanya dan ia senderkan kepalanya pada punggung lebar milik Rindou, memeluknya lebih erat.
‘Nyaman’ batin keduanya.
“Anget hehehe, pelan-pelan aja ya gue bawa motornya biar agak lama sampe kostnya.” Tidak ada balasan, namun bisa Rindou rasakan kepala Sanzu mengangguk dua kali di punggungnya.
“Gue ambil jalan memutar ya, chiyo?” Tanya Rindou yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Sanzu. .
.
.
.
.
.
.
“Biarin gini dulu sampe kost ya, Chiyo.”