⩩ 𖥨 🏀

Dhug! Dhug! Bola basket yang dimainkan Chio dilempar dengan sangat kasar, sepertinya sang pemain sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Tentu saja. Ia baru saja ditolak jalan-jalan oleh pacarnya untuk kesekian kalinya. Kini ia harus bermain bersama sahabat kecilnya, Hazel. Lagi.

“Daritadi ngelempar gak ada yang masuk, main yang bener dong, sayang koinnya.” Tegur Hazel yang membuat Chio makin emosi.

“Lu main punya lu, gue main punya gue.”

“Terus ngapain lu ngajak gue tadi?”

Chio memilih diam tidak menjawab, daripada perdebatan makin alot terjadi di antara mereka. Hazel membuka kaleng minuman sodanya dengan ketus. Ia tahu Chio sedang tidak dalam suasana hati yang baik tapi kenapa seolah-olah apapun yang dilakukan Hazel juga jadi salah di matanya? Kenapa jadi melampiaskan padanya?

Namun rasa kesal Hazel tidak bertahan lama, karena Chio terlihat muram setelahnya. Ia meletakkan bola basket itu dan tertunduk lesu di sebelah Hazel. Hatinya jadi ikut sedih.

Tidak tega, Hazel melakukan trik untuk menghibur temannya itu. Teman sekaligus mantan sekaligus orang yang masih ia cintai sampai sekarang.

“Siniin tangan lu,” Hazel menarik jari jemari lentik Chio. Yang ditarik hanya diam saja.

“Ikutin tangan gue ya..” Tambahnya lagi.

Walau acuh tak acuh namun Chio tetap mengikuti intruksi dari Hazel. Hazel memposisikan tangannya hormat, Chio mengikutinya. Selanjutnya ia memegang kedua pipinya, Chio masih mengikutinya. Selanjutnya menepuk pipi dan mencubit hidung, yang terakhir Hazel memencet hidungnya dan menariknya ke atas, mereka berdua melakukan hal itu dan Chio masih belum sadar.

“Hehehe kita jadi babi berdua!” Seru Hazel usil.

Chio yang menyadari itu langsung melepas tangannya dari hidungnya dan memukul bahu Hazel, yang dipukul hanya cekikan.

“Apa sih, lu gak jelas banget!” Nada Chio kesal tapi seolah sedang menahan tawa karena ia baru menyadari ia ikut melakukan hal konyol barusan.

“Pfft- ngapain lu ngikutin gue, hahaha!”

“Nyebelin lu!”

“Ciee, ketawa! Barusan aja muka cemberut kayak kelipet,”

“HAHAHAHA, apa sih lu, gue gebuk ya?!”

Akhirnya mereka kejar-kejaran di tempat bermain itu sambil tertawa terpingkal-pingkal bersama. Bahkan saking serunya Chio sampai mengeluarkan air mata, air mata bahagia tentunya. Ia melupakan sejenak kesedihannya tentang Azura. Sekarang ini, ia cuma ingin tertawa bersama Hazel.

Entah kenapa saat bersama Hazel, rasanya suasana hatinya kembali baik. Anak itu selalu punya hal untuk dilakukan dengan menyenangkan. Membawa hati Chio kembali berpetualang ke tahun dimana mereka masih menjadi sepasang kekasih.

Pikiran yang salah tapi entah kenapa, ini- menyenangkan?