Genre Romantik-Komedi


Si emosional hampir menangis, menendang batu kerikil yang berada disekitaran kakinya. Sudah hampir— 45 menit— lamanya ia menunggu kendaraan umum untuk pulang, sialnya, sudah lama menunggu tidak menghasilkan apapun. Akhirnya yang bisa ia lakukan hanya jongkok sambil menenggelamkan kepalanya di sela sela lutut. Berharap keajaiban datang.

Pikirannya sedang berkelana, memikirkan skenario terbaik hingga terburuk. Tapi ia tidak terlalu mementingkan skenario buruk, dirinya malah asik terlena dengan skenario-skenario indah seperti di film atau sinetron yang biasanya jika si tokoh utama sedang dilanda kebingungan tidak ada kendaraan umum maka si first lead akan muncul secara tiba-tiba entah dengan keajaiban apa untuk menolong dan mengantar pulang. Klise sekali pemikirannya, ya?

Namanya, Alindra D'Lusia panggil saja Al atau bisa juga Alin kehadirannya disini bisa dibilang untuk menuntun kisah cerita pada awal pembukaan hingga penutupan. Sebut saja dia si tokoh utama dicerita kali ini.

Si tokoh utama masih diam memeluk lutut dengan jarinya menggambar pola abstrak di atas tanah ditambah sedikit hiasan daun juga batu kerikil. Entah sudah berapa lama si tokoh utama berdiam diri disini, terlena hingga lupa langit sudah menunjukkan sisi kegelapannya.

“Kayaknya cerita hidup gue kurang menarik deh... Udah hampir sejam gue nunggu disini ngga ada tuh kejadian hal hal ajaib, misal... ada yang tiba-tiba nganter gue pulang, gitu?? Alin mendesah frustasi, miris dengan jalan ceritanya yang bisa dibilang flat tidak seperti apa yang ia bayangkan. Dengan berat hati, Alin mengarahkan kakinya menyusuri jalan diikuti langit hitam tanda sudah memasuki malam hari.

Satu hal yang menarik perhatiannya kini tertuju kepada lelaki yang mungkin sebaya dengannya yang entah darimana asalnya bisa jalan berdampingan dengannya. Panik, takut jadi satu. Pikirannya tidak melulu tertuju pada scene romantis di film film yang biasanya si cowo ini bakal nolong dia. Ngga. Alin sudah kepalang panik karna realitanya disini sudah memasuki malam hari, ia juga seorang wanita yang akan was-was jika didekati seperti ini.

Langkah kaki mereka berbarengan, Alin sudah panik setengah mati, ditambah suasana sepi disekitarnya. Akhirnya memutuskan untuk bicara karna cowo disampingnya hanya diam sembari menyesuaikan derap langkah Alin yang kini menjadi lebih cepat, “Arah sini juga?” Alin berdeham, berbicara tanpa menoleh. Yang ditanya malah menoleh, “Siapa? Gue? Iya.” Jawabnya.

Alin mengubah kecepatan derap langkahnya, menjadi sedikit melambat agar bisa leluasa mengobrol dengan cowok disebelahnya. Bisa diajak ngobrol kayaknya batin Alin. Dengan segala pemikiran klise nya, kini ia tersenyum menyungging, berlagak menjadi tokoh utama pada serial ber-genre romantis.

“Komplek sini juga? Kok gue gatau ya.. siapa namanya?”

“Baru pindah seminggu yang lalu.”

“Oh... Siapa namanya?”

Tak kunjung dapat respon, Alin menoleh, si cowo ikut menoleh. Mata keduanya bertemu.

“Ghazi.. Ghazi Albiru.” Akhirnya Ghazi yang pertama kali melepaskan kontak matanya dengan Alin setelah memperkenalkan diri singkat. Alin mengangguk, lalu berbicara antusias.

“Gue Alin D'Lusia, kalo susah panggil Alin aja gapapa. Komplek gue di blok E, jadi masih agak jauh... Ohiya sekarang gue udah kelas 11 nih, kalo lo Zi, gimana? Kali aja kita seumuran.”

Alin merasa kecewa sekaligus kesal, karna ucapan perkenalannya tidak digubris. Ghazi secara tiba-tiba mengubah arah jalannya, tanpa sepatah kata.

“GHAZIIIII RUMAH LO DI BLOK A?” Alin sedikit berteriak melihat punggung Ghazi yang kini sudah mulai pudar di telan kegelapan. Tidak dapat jawaban juga. Alih alih mengangguk, pertanyaan Alin hanya dianggap angin lalu.

Ia kira sudah saatnya ia menjadi tokoh utama dengan jalan cerita yang mulus juga romantis. Dengan knop cerita diatasnya Ditemani pulang dengan orang baru hingga sampai rumah nyatanya malah ditinggal tengah jalan. Cerita Alin kali ini cukup dilabeli Romantik(Amatir)-Komedi.

— © elationdelight