Dateholic

Sekarang, Yonghoon sedang berkencan dengan Youngjo.

Bukan tempat yang spesial, bukan pula hari yang spesial. Juga bukan dengan makanan, pakaian atau dalam rangka yang spesial. Berkencan di meja kantor kekasihmu pada hari Senin dengan sandwich dan air putih, seragam kantor bahkan di sela jam istirahat akan menjadi sangat spesial bila ditemani orang tercinta.

Yonghoon terkekeh melihat pipi Youngjo yang terlihat lebih lucu saat mengunyah makanan. “Aku mencintaimu,”

Youngjo hanya menatap Yonghoon malas. Ikut terkekeh, lalu melanjutkan acara memakan sandwich nya.

Sejujurnya, Yonghoon mengharapkan balasan dari pengakuannya tadi. Tapi melihat senyum tipis Youngjo yang masih mengunyah saja, Yonghoon tahu kalau Youngjo sedang memikirkan hal yang sama.

Youngjo kembali bekerja setelah menghabiskan sandwich nya. Yonghoon yang membeli dua sandwich melanjutkan makan nya, sambil memantau kerja— ah tidak, lebih tepatnya memantau Youngjo.

Sudah dua hari Youngjo tidak masuk kerja, karena sakit. Akhirnya tugas Youngjo yang menumpuk, jadi makin menumpuk meski beberapa sudah dikerjakan.

Karena pandemi, Yonghoon tidak bisa pergi untuk sekedar menjenguk Youngjo ke rumahnya.

Bisa bertemu kembali dengan Yonghoon menjadi semangat tersendiri bagi Youngjo. Melihat tingkahnya, senyumnya. Sekaligus, Yonghoon yang jabatannya lebih tinggi dari Youngjo bisa jadi mentor baginya. Yonghoon memang terkenal ramah, sih.

Youngjo menoleh ke arah Yonghoon yang ia kira sedang mengawasi kerjanya. Ternyata hidungnya langsung bertabrakan dengan hidung Yonghoon saat itu juga. Yonghoon langsung mengecup ujung batang hidung Youngjo.

Youngjo mematung, masih terkejut dengan perlakuan manis Yonghoon. Tapi setelah Yonghoon menepuk lembut kepalanya dan berkata bahwa dirinya sungguh menggemaskan, tangannya langsung bereaksi untuk memukul dada kekasihnya itu.

Youngjo melanjutkan kerjanya dengan wajah yang memanas dan memerah. Rasanya seperti kepalamu akan matang terpanggang.

Yonghoon tak akan pernah bosan menemani hidup Youngjo. Youngjo tak akan pernah bosan hidup ditemani Yonghoon.

“Raaa, ayo menoleh!”

cekrek!

Satu lembar foto keluar dari kamera polaroid milik Harin yang Yonghoon pinjam. Yonghoon memberikannya kepada Youngjo. Youngjo menerimanya. Sambil tersenyum manis, ia mengambil isolasi kertas dan menempelkan foto tersebut di meja kerjanya. Juga mengambil spidol hitam lalu menuliskan 'ra sayang hoon selamanya,'

Tak lama, rekan kerja Youngjo datang menghampiri. Memberi setumpuk 200 lembar kertas sambil terus-terusan membungkuk meminta maaf, karena telah jadi perantara tugas dari bos nya. Ia merasa bersalah setelah melihat banyaknya tugas Youngjo yang belum diselesaikan.

“Bukan salahmu, ini memang seharusnya jadi tugas ku.”

Yonghoon tersenyum kecut melihat Youngjo yang terlihat senang bertukar senyum dan sapaan dengan rekan kerjanya itu. Meski memang hal kecil, kadang Yonghoon cemburu jika ia kehilangan atensi Youngjo bahkan satu detik pun.

Youngjo tetaplah Youngjo. Ia tak sengaja menjatuhkan separuh dari 200 lembar kertas tersebut hanya untuk mencoba mengecup bibir Yonghoon yang raut wajahnya menunjukkan bahwa ia cemburu.

Ah, iya. Atensi Youngjo akan selalu jadi milik Yonghoon.

Bel tanda berakhirnya jam istirahat berbunyi tepat saat Yonghoon memberi lembaran kertas terakhir dari yang tadi jatuh tercecer.

Yonghoon lekas berdiri, menyambut tangan Youngjo yang siap untuk memeluk. Tubuh mereka berbaur dalam pelukan kasih sayang, rindu. Menghirup aroma tubuh yang menjadi candu bagi masing-masing dari mereka. Saling bertukar cinta dan kehangatan dalam satu pelukan. Rasanya tak mau berpisah, meski hanya sesaat.

Youngjo mendongak menatap mata indah kekasihnya. Ah, sungguh. Youngjo merasa jadi orang paling beruntung sedunia karena telah mendapatkan Jin Yonghoon.

Hal yang akan selalu terjadi setiap mereka bertemu, berpelukan dan saling mensyukuri keberadaan masing-masing di samping mereka.

Yonghoon pergi ke ruang kerjanya sebari melambaikan tangan, sementara Youngjo masih berdiri mematung di tempat. Sampai Hwanwoong, rekan kerjanya menepuk pundak Youngjo dengan wajah kebingungan.

Yonghoon juga jadi salah tingkah. Ia menabrak beberapa orang, vending machine dan sesekali harus bertumpu pada meja kerja orang lain karenanya.

Mereka menggila karena sesama. Mereka sadar, mereka sangat mencintai satu sama lain. Selamanya akan bersama, tak boleh ada yang memisahkan selain takdir. Tidak ada.