Halu

Senyumanmu, Yang indah bagaikan candu. Ingin trus ku lihat, walau.

Youngjo berdiri di hadapan kekasihnya dengan begitu bahagia. Mengenakan setelan rapi berwarna putih, menggenggam kedua tangan kukuh kekasihnya dengan senyum indah yang terus merekah. Ia menarik napas lebih dalam, meyakinkan dirinya bahwa ini adalah pilihan yang tepat.

Ia dan kekasihnya, Geonhak akan menikah hari ini. Geonhak dan Youngjo sudah merencanakan ini lebih dari 10 tahun, dan mereka yakin akan pilihannya. Youngjo tidak boleh tiba-tiba meragukan pilihannya sendiri.

Bulan kemarin merupakan tanggal dimana Youngjo mendapat gelar Magister dibelakang namanya. Awalnya Youngjo ragu untuk mengambil tahap ini. Namun saat itu, Geonhak berada disana. Mengusap pipi indah Youngjo dengan lembut dan mengatakan, bahwa semua akan baik-baik saja.

Lalu berjanji untuk menikahinya setelah lulus.

Dirasa Geonhak mulai menggenggam erat kedua tangannya, Youngjo refleks menatap wajah tunangannya yang sangat, sangat indah. Ia terlalu bahagia, sampai hampir menangis kalau tak ingat riasan wajahnya akan luntur. Dilihatnya Geonhak yang sedang merapikan rambutnya, lalu menepuk kepalanya perlahan.

Akhirnya perjuangan dari masing-masing mereka bisa berakhir semanis ini. Dalam ruangan dengan cinta yang mengudara di setiap penjurunya. Berdiri berhadapan dengan kekasihnya tercinta, dan akan berjanji untuk selalu mencintai, selalu bersama.

Sekarang, aku pun sadari. Semua hanya mimpiku yang berkhayalah, Kan bisa bersamamu.

Saatnya mengucap janji pernikahan. Jantung Youngjo berdegup sangat keras. Ia rasa suaranya akan terdengar ke seluruh sudut ruangan. Jiwa dan raganya sangat menantikan hal ini. Ia tak bisa mendeskripsikan betapa bahagia perasaannya hari ini.

Sekitarnya penuh dengan bunga-bunga segar, kupu-kupu beterbangan, pelangi yang indah melukisi langit, dengan gemericik air mancur yang menenangkan. Bersama dengan Geonhak, ini jadi tambah membahagiakan.

Tapi, kenapa?

Geonhak pergi. Berlalu dengan acuh. Melepas genggam tangan Youngjo dengan asanya.

Youngjo cemas. Tubuhnya lemas, bergetar hebat lalu terhempas dengan pasrah ke atas tanah. Ia benar-benar telah menangis sekarang. Rasa sesak, sakit, dingin, dan basah langsung menyerbunya tiada ampun.

Youngjo meraung kencang. Emosinya meledak. Air matanya tak berhenti berjatuhan. Dunia indahnya telah berganti suram. Pilunya ditemani hujan deras dan petir yang ikut merutuki hidupnya. Ia merasa menjadi manusia paling menyedihkan di dunia.

Tangis dan sengguknya tak berhenti. Bahagianya adalah Geonhak. Ia tak tahu apa yang lebih buruk daripada hidupnya. Semua hancur saat Geonhak pergi meninggalkannya sewaktu hendak menghadiri acara kelulusan Youngjo, satu bulan yang lalu.

Sehancur itu, sampai Youngjo pikir ia tak akan pernah mendapat lagi kebahagiaannya.

Youngjo dapat merasakan cahaya terang mulai menyorotnya dari arah kanan. Saat itu juga, ia merasa tuhan telah memberkati hidupnya.

Katakanlah Youngjo sudah gila. Tapi memang begitu kan, nyatanya?

Dihampiri seribu ragu, Hanya membisu.

Masa bodoh dengan sayup-sayup suara orang yang mencegah tindakannya.

Masa bodoh! Ia ingin mengejar bahagianya. Apa alasan ia bertahan hidup? Sudah tidak ada. Tak tersisa sedikitpun. Geonhak membawanya tanpa menyisakan sedikitpun untuk dinikmati.

Sedikitpun.

Saat bising klakson mengiringi sorotan cahaya yang makin lama makin terang, Youngjo tahu bahagianya sedang menunggu, jauh di sana.

Sekarang Youngjo adalah orang yang paling bahagia di dunia. Ia akan segera menyusul bahagianya. Ia akan kembali bahagia. Ia harus kembali bahagia.

Kan?

Youngjo mulai berdiri dengan tertatih. Pilunya membekas begitu dalam di hati, sampai ia tak bisa merasakan sakit yang lain.

Ku berharap.


“Kembali lagi di stasiun televisi 9. Sebuah peristiwa tabrak lari membuat penderita Skizofrenia dengan inisial KYJ yang sebelumnya dikabarkan kabur dari rumah sakit jiwa setempat meninggal dunia. Mayat ditemukan basah kuyup terguyur hujan deras semalaman. Tentang pelaku penabrakan sedang dalam penyelidikan. Kami akan-”

“Hei- hei, Yeo Hwanwoong! Kenapa televisinya dimatikan?”

“Tak ada yang suka mendengar kabar tragis dari orang terkasihnya, Son Dongju.”