Some Things Never Change

Dua orang laki-laki sedang berlari dengan sangat tergesa-gesa di koridor kelas IPS. Yang satu sedang menarik tangan temannya agar mau menemani, yang satu lagi hanya mengikuti kemana temannya menuntun sambil terus bicara dan mengeluh.

Yeo Hwanwoong, namanya. Seusai jam pembelajaran ketiga selesai, ia lekas menarik tangan Keonhee, sahabatnya menuju lapangan utama sekolah mereka.

“Woong!”

“Ah, kak Ra!”

Tujuannya, untuk memastikan kalau kakak kelasnya ini memenangi pertandingan sepak bola yang dia ikuti.

Dilihatnya Youngjo sedang mengangkat piala yang cukup berat sambil melambaikan tangan, Hwanwoong langsung menghampirinya dengan sangat bahagia. Mereka lekas berpelukan erat, sangat erat hingga tubuh Hwanwoong yang mungil dapat Youngjo angkat.

Keonhee hanya berdecak malas, lagi-lagi ia harus terjebak dalam situasi ini.

| lee keonhee!
| kamu dimana??????
| sedang apa?
| kenapa kamu tidak ada berada di kelas mu, hah?

Namun pesan singkat dari orang yang spesial di hatinya itu merubah segalanya.

“Yeo Hwanwoong, aku ke kelas dulu ya!”

Hwanwoong menoleh dan tidak dapat menemukan Keonhee di belakangnya. Hwanwoong mendengus malas mengetahui ia ditinggal sendirian.

Kepala Hwanwoong yang masih tertoleh ke belakang langsung menghadap depan ketika dirasa ada jari yang menyentuh ujung hidungnya.

Hwanwoong tersenyum malu, sedangkan Youngjo terkekeh pelan. Lalu kembali memeluk dan mengusak rambut adik kelasnya itu sampai berantakan. Menghirup wangi rambutnya yang menenangkan hati Youngjo.

Sedangkan Hwanwoong sudah menangis di dalam pelukan Youngjo. Ia memang tak berpengaruh besar dalam pertandingan ini. Malah ia jadi terlihat merepotkan.

Sungguh Hwanwoong sangat tersentuh mengetahui Youngjo si anak yang dikenal keras kepala, kini mau mendengarkan perkataannya. Menggantikannya dalam lomba ini, dan berjanji akan memenangkan lomba ini demi Hwanwoong.

Sekarang, terlihat dua orang penyiar radio berlari tergesa-gesa menuju hall sebuah gedung. Yang satu sedang menarik tangan temannya agar mau menemani, yang satu lagi hanya mengikuti kemana temannya menuntun sambil terus bicara dan mengeluh.

Namanya Kim Hwanwoong, sejak dua bulan yang lalu. Ia bukan lagi anak kelas 10 yang menghampiri kakak kelasnya menuju lapangan utama seusai jam pelajaran ketiga.

Segera setelah jadwal siaran terakhir hari ini berakhir dengan baik, ia langsung menarik tangan Keonhee untuk berlari menghampiri suaminya yang tengah membuka cabang baru dari perusahaannya.

“Woong!”

“Ah, Ra!”

Tujuannya, untuk memastikan apa pembukaan cabang baru dari perusahaan suaminya ini berjalan dengan lancar seperti kerjanya.

Mereka langsung menghambur dalam pelukan, menyalurkan kehangatan dan kasih sayang. Youngjo mengecup pucuk kepala Hwanwoong tanpa henti, menyatakan cinta tak terbatas pada Hwanwoong.

Sedangkan Hwanwoong, sudah menangis terisak di dalam pelukan Youngjo. Ia bahagia. Ia senang, sangat senang hingga air matanya ikut turun untuk turut berbahagia.

Setelah 10 tahun penantian Hwanwoong dan usaha Youngjo, akhirnya mereka dapat berbahagia dalam satu ikatan penuh makna. Berjanji untuk akan saling melindungi, selamanya.

Tak banyak hal yang berubah. Bagaimana Youngjo merentangkan tangannya untuk merengkuh tubuh mungil Hwanwoong, bagaimana Hwanwoong berlari ke arah Youngjo dan menghambur dalam pelukannya. Masih sama.

Saat mata mereka saling bertemu, mereka tahu bahwa masing-masing sedang mengisyaratkan cinta dan kasih sayang. Dan itu tak akan pernah berubah.

Youngjo memegang tengkuk dan mengangkat dagu Hwanwoong. Memperhatikan binar mata Hwanwoong yang indah. Youngjo mengusapnya pelan. Menghapus jejak air mata disana, lalu mengecup matanya yang terpejam dengan indah satu persatu. Hwanwoong terkekeh lalu tersenyum manis.

Seakan pikiran mereka menyatu, mereka segera menyatukan bibir mereka bersamaan. Menautkan rasa cinta lebih erat dalam setiap kecupan, membuat mereka seakan berada dalam dunianya sendiri.

Youngjo melepas tautan itu setelah mengecup bibir indah Hwanwoong, sekali lagi.

Hwanwoong melihat wajah bahagia setiap orang. Ah, ini indah.

Matanya menangkap Keonhee sedang mengalungkan sebuah kalung dengan bandul bulan berhias berlian kepada Seoho, sekretaris Youngjo sekaligus tunangan Keonhee. Membuat hati Hwanwoong menghangat mengingat betapa kerasnya Keonhee berjuang demi membeli kalung indah tersebut.

Meski hanya seorang penyiar radio, Keonhee selalu menjanjikan hidup yang lebih baik untuk Seoho.

Keonhee masih Keonhee, yang seluruh jiwa dan raganya sangat mencintai Seoho.

Youngjo menyenggol bahu Hwanwoong. Mata mereka kembali bertemu. Mereka menggenggam tangan masing-masing lebih erat. Saling menguatkan untuk menjalani hidup dengan lebih baik, bersama.

Some things never change, Like how i'm holding on tight to you.