Tempat Berpulang

!warn! bxb

Hyungu menggenggam erat tangannya, dingin. Ia menatap pintu putih yang berada di depannya dengan cemas, takut kalau yang ditunggu menolak ajakannya.

Tak lama, pintu itu terbuka. Menampilkan pemuda dengan rambut kusut dan pakaian yang berantakan. Perlu beberapa waktu sampai Harin benar-benar sadar, “Ah, ternyata kamu. Ada apa?”

“Bukannya kamu sudah membaca pesanku?”

Harin menggaruk kepalanya kebingungan. “Sepertinya itu-”

“Dia belum bangun sampai aku melihat pesan darimu. Aku segera membangunkannya karena tak mau kau menunggu lebih lama,” Celetuk adik perempuan Harin dari belakang.

Dengan berlari, Harin segera masuk ke dalam kamarnya untuk mengecek ponselnya. Dan benar, temannya itu sudah menelepon dua kali juga memberinya pesan untuk memastikan apa dia bisa menemaninya berjalan keliling kota hari ini.

Harin kembali pada Hyungu. Ia terkekeh kecil, lalu mempersilahkan Hyungu duduk di sofa. Sambil mencibir sebal, Hyungu masuk.

“Aku akan merapikan diriku terlebih dahulu. Kamu tunggu disini, aku akan bersiap kurang dari lima menit.”

Harin berlari untuk kembali ke kamarnya, lagi. Hyunggu tersenyum tipis melihat tingkah teman yang selalu ada dalam 22 tahun hidupnya, mengisi kesehariannya itu. Sambil menunggu Harin, ia mengecek ponselnya untuk melihat notifikasi yang masuk.

Yonghoon
| aku akan terlambat ㅠㅠ
| maaf membuatmu menunggu. aku akan menjemputmu setelah selesai dengan pekerjaanku

Lagi-lagi, Hyungu tersenyum tipis. Kemarin Yonghoon mengajak Hyungu untuk berkencan, tapi ia mendadak harus datang ke kantor jam 5 pagi. Saat Hyungu sudah bersiap-siap, ia baru membuka ponselnya dan menemukan pesan dari Yonghoon. Yah, Hyungu bisa apa.

Hyungu
| tidak apa apa^^
| aku akan berada di cafe101 bersama Harin nanti
| jadi kalau sudah selesai dengan pekerjaanmu, jemput aku disana

Selesai dengan Yonghoon, tiba-tiba Harin menyodorkan dua pasang sepatu di depan wajahnya. Hyungu yang terkejut menjatuhkan dirinya ke sandaran sofa, lalu memukul bahu Harin yang lagi-lagi hanya terkekeh.

“Pilihkan untukku,” Harin menunjukkan sepatu putih dengan tali hitam, dan yang sebaliknya. Hyungu memilih sepatu hitam dengan tali putih karena ia tidak terbiasa melihat Harin dengan sepatu putih.

Padahal Harin lebih sering memakai sepatu putih.

“Baiklah, terima kasih.” Ucap Harin sembari berjalan keluar dengan sepatunya. Hyungu mengekori dari belakang.

Perjalanan didominasi oleh Harin yang banyak mengoceh dan tertawa. Sesekali ditimpali oleh Hyungu, meski ia lebih banyak menertawai konyolnya Harin. Harin juga selalu menggenggam tangan Hyungu, yang bahkan makin mengerat kalau Hyungu mencoba melepasnya. Hyungu menemukan ini sebagai hal yang menyebalkan, tapi di sisi lain ia bersyukur dipertemukan dengan teman sebaik Joo Harin.

Sesampainya di cafe, Hyungu berubah pikiran. Akhirnya ia mengusulkan untuk hanya membeli minuman dan sepotong kue untuk dimakan di taman. Harin menyetujui itu dengan anggukan riang.

Setelah membeli masing-masing sepotong kue dan minuman yang dipesankan Hyungu, Hyungu duduk di pinggir trotoar dekat taman. Tak biasanya Hyungu mau duduk dipinggir trotoar seperti ini, bahkan saat hanya berlari pagi tiap hari minggu. Katanya sih selain banyak polusi, juga terlihat seperti seorang gembel. Tapi untuk kali ini Harin tidak mau menolak, ia duduk di samping kanan Hyungu.

“Apa yang membuatmu mau duduk di sini?” Tanya Harin sambil terkekeh, mengingat Hyungu tak pernah mau duduk di sini. Apa ini menjadi tempat favorit sahabatnya itu sekarang? Sudah lama sejak ia dan Hyungu tidak menghabiskan waktu bersama untuk sekedar berjalan-jalan. Mungkin sekarang pacar sekaligus mantan kakak tingkat Hyungu, Jin Yonghoon sering mengajak Hyungu ke tempat yang lebih bagus dari taman komplek ini.

Oh iya, Harin tidak tahu kenapa Hyungu mengajaknya kemari.

“Uhum- Harin,”

Harin menoleh, mendapati kanghyun yang tengah menunduk sedang mengetuk-ngetukkan sendok kecilnya diatas kotak kue. Perlakuan yang alami dari Hyungu, tapi merebut seluruh atensi Harin. Sekali lagi, sudah lama sejak Harin dan Hyungu tidak menghabiskan waktu bersama untuk sekedar berjalan-jalan. Melihat Hyungu lagi di hadapannya, hanya bersamanya. Membuat perasaan Harin yang pernah ditaruh pada Hyungu kembali meletup-letup gembira.

Bagaimanapun, sebagai teman yang baik ia harus bisa menyembunyikan ini dengan baik pula.

“Aku tidak memberi tahu mengapa aku mengajakmu berjalan-jalan. Maaf tidak memberitahumu lebih awal,”

Harin sedang mencoba untuk tersenyum. “Tidak apa-apa, setidaknya aku jadi kenyang sekarang. Memangnya untuk apa? Aku kira kau hanya ingin berjalan-jalan karena bosan,”

Hyungu tersenyum mendengarnya. Ia menarik napas dalam-dalam, “Sebenarnya aku sedang menunggu Yonghoon,”

“Oh, pantas.” Batin Harin.

“Ia dipanggil ke kantornya pagi ini. Katanya sih mendadak, jadi kami menunda- ehem, kencan kami. Aku sudah bersiap-siap, daripada menunggu di rumah lebih baik aku mengajak seseorang untuk pergi dulu.”

Ah begitu rupanya, Harin mengerti. Tapi mendengar bahwa kamu bukan tujuan utamanya mengajakmu kemari, rasanya-

agak menyebalkan.

“Kamu tidak masalah dengan ini, bukan?”

Harin tersadar dari lamunannya. Ia jadi ingat, dulu ia pernah meminta Hyungu menemaninya datang ke cafe101 hanya untuk menunggui seseorang yang amat ia cintai selesai bekerja. Iya, Harin telah memiliki pacar. Harusnya rasa ini tidak kembali, karena telah dikubur dalam-dalam dan telah diganti pula dengan cinta yang baru.

“Tidak apa-apa, lagi pula kenapa aku harus mempermasalahkan ini. Anggap aja ini sebagai balasan yang waktu itu,” Harin menggantungkan kalimatnya. Mengingat saat ia belum memberitahu Hyungu bahwa ia telah berpacaran dengan orang yang dimaksud waktu itu, membuat wajahnya memerah.

Hyungu yang menyaksikannya tertawa terpingkal-pingkal. Ia menaik-turunkan sebelah alisnya, menggoda Harin. “Ah, anak itu. Bagaimana, ada kemajuan?”

“Aku bahkan sudah menjadi pacarnya! Jangan jadi menyebalkan begitu,” Balas Harin.

“Wah? Aku tidak percaya,” Ucap Hyungu dengan wajah pura-pura terkejut.

“Kami sudah menjadi sepasang kekasih dua hari sebelum kau mendapat pacar, aku tidak pernah memberi tahu mu soal ini karena kamu sedang patah hati waktu itu. Tapi aku malah benar-benar lupa untuk memberitahumu,”

“Oh, karena Jin sialan Yonghoon itu,”

Hyungu ingat, ia pernah menangis semalaman karena Yonghoon berbohong. Ia memainkan gitarnya semalaman, menyanyikan lagu sedih karena ia memang benar-benar patah hati.

Mendengar bahwa orang kesayanganmu telah berkencan dengan orang lain sama sekali tidak menyenangkan. Tapi setelah ia menangisi Yonghoon semalaman, ternyata esok harinya Yonghoon menghampiri rumah Hyungu dan bilang kalau ini tidak sungguhan.

Dibohongi pria yang tak terlalu dikenal dengan renggang umur 4 tahun diatasmu bukanlah hal yang bagus. Tapi sekarang Yonghoon sudah menunjukkan bahwa ia adalah pria yang baik untuk Hyungu.

“Iyaa itu.” Balas Harin, lagi lagi dan lagi dengan kekehannya.

Hyungu terkekeh. “Haha, lucu kalau mengingat dulu aku sangat membencinya. Tapi sekarang rasanya aku akan mati jika tak bersamanya,”

ting!

Hyungu buru-buru membuka ponselnya karena mendengar suara notifikasi. Setelahnya ia segera berdiri, menengok ke kanan dan kiri.

Yonghoon
| aku dalam perjalanan menuju ke sana! sebentar lagi aku akan sampai
| tunggu di sana ya❤

“Sudah mau datang, ya?”

Hyunggu mengangguk kecil sebagai jawaban. Harin ikut berdiri, mencari keberadaan pacar dari temannya yang katanya hampir sampai itu. Tapi Kang Hyungu selalu, lagi dan lagi merebut atensinya. Rambut pirangnya, mata, hidung, jari-jemarinya, kaki jenjangnya. Semuanya terlihat indah.

Harin menggenggam kedua tangan Hyungu. Yang secara tidak langsung membuat Hyungu memutar tubuhnya, jadi menatap Harin. Dulu tangan indah ini banyak membantunya.

Dulu Harin diejek oleh teman-temannya karena tidak bisa menaiki sepeda. Selalu saja terjatuh. Dan Hyungu selalu ada disana, untuk menolongnya. Mengajarinya, dan menepuk pundak Harin bangga saat Harin bisa melakukannya. Karena itu Harin bersedia untuk selalu berada di samping Hyungu, selama ia bisa.

Harin mengangkat genggaman tangan itu. “Ingat ya, kalau ada apa-apa kamu bisa berlari kepadaku. Kamu bisa memelukku sampai kamu merasa cukup lelah untuk meluapkan apa yang kau rasa. Setelahnya, kita harus mengembalikan apa yang hilang darimu. Kamu harus tetap jadi Kang Hyungu yang aku kenali,”

Hyungu tersenyum perlahan. Hatinya menghangat mendengar perkataan itu. Ini pertama kali dalam seumur hidupnya Harin berkata manis. “Kembalikan kata-kata itu untuk dirimu, dariku. Dan sumpah, aku akan selalu menjadi orang yang kau kenal,”

“Aku akan selalu menyayangimu, kau tau itu.”

Saat melihat bibir Hyungu tersenyum tipis, Harin tahu sahabatnya sedang memikirkan hal yang sama. Mereka melebur dalam pelukan. Saling menghirup wangi tubuh masing-masing, sangat erat seakan tak ada hari esok. Hyungu melerai pelukan itu sebelum terjadi hal yang tidak-tidak.

Kalau Yonghoon lihat, orang itu bisa merajuk semingguan.

Mata mereka bertemu dalam tautan rindu, kasih sayang. Hampir mereka menyelam ke masing-masing tatapan lebih dalam, kalau bunyi klakson motor tidak berbunyi tiba-tiba.

“Ternyata kalian disini,”

Hyungu mengambil tote bag yang ia letakkan di dekat kakinya tadi. Ia melambaikan tangannya dengan riang kepada Harin sebelum naik ke atas motor putih milik Yonghoon.

“Aku kembalikan pacarmu,” Ucap Harin.

“Memang harusnya dikembalikan, haha. Terima kasih telah menjaganya dengan baik, ya. Nanti aku titip lagi,” Balas Yonghoon mengacungkan jempolnya.

“Aku bukan barang, apa sih.” Timpal Hyungu dengan wajah datarnya.

“Iya iya, bukan barang. Aku duluan ya, Joo!” Yonghoon melambaikan tangannya sambil melaju perlahan.

“Iya, hati-hati juga Jin,” Balas Harin yang mungkin sudah tidak bisa di dengar oleh Yonghoon.

Harin menghela napasnya lega. Ia bersyukur temannya jatuh cinta kepada orang yang tepat.

Setelah memastikan Hyungu dan Yonghoon aman sampai menghilang ditelan hiruk pikuk pagi, ia harus pulang sekarang. Namun saat ia berbalik badan, ia menemukan orang dibelakangnya. Harin menyentuh dadanya, terkejut.

“Kelihatannya bahagia sekali, ada apa?”

Mengetahui bahwa itu kekasihnya, ia tersenyum hangat dan segera memeluknya dengan sangat erat. Hal yang selalu terjadi setiap ia bertemu Dongmyeong, waiter cafe101 sekaligus pacarnya.

“Kalau mau bermesraan pulang saja, ini masih pagi.” Celetuk Hyungseob, teman sesama waiter Dongmyeong dari dalam cafe.

Dongmyeong menjulurkan lidahnya sambil memeluk pinggang Harin, “Iri ya? Oh iya, kan Woojin-nya sedang berlibur.”

Harin ikut tertawa mendengarnya. Setelah mendengar bahwa Dongmyeong kemari hanya untuk mengecek jadwal kerjanya, ia memastikan apa Dongmyeong sudah sarapan. Dongmyeong menggeleng, lalu menggenggam tangan Harin.

“Mau pulang saja, mama sudah masak banyaak sekali. Mau ikut?”

Harin mengiyakan tawaran Dongmyeong. Ia merangkul bahu kekasihnya itu selama perjalanan pulang, sembari mendengarkan celotehannya dengan senang hati.

Tolong, Harin sungguh sangat mencintai kekasihnya ini. Senyum hangatnya, tawa renyah nya. Bibir dan keningnya, yang selalu nyaman dijadikan tempat meluapkan kasih sayang. Suara indahnya yang terus berputar di kepala Harin.

Bagaimanapun, Dongmyeong lah tempat hati Harin berpulang. Sungguh Harin berjanji untuk terus bersama Dongmyeong, selamanya. Tak akan berpisah, sampai maut mendatangi.