— Am I ....?

Hazel itu terbuka perlahan setelah terasa benda dingin menyentuh dadanya. Ia mengerjab berkali-kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Pening adalah hal pernama yang Felix rasakan di kepalanya kala matanya sudah mulai bisa melihat dengan jelas.

“Oh sudah sadar?”

Suara rendah dari seseorang yang berdiri di sebelah ranjangnya mencuri seluruh perhatiannya. Jas putih, stetoskop, dan kaca mata. Jelas saja Felix tahu bahwa laki-laki yang berdiri di sebelahnya ini adalah seorang dokter.

Ia menghela napasnya, agak kesal karena lagi-lagi ia harus berakhir di rumah sakit setelah bertemu dengan 'kematian'. Terakhir kali ia bertemu dengannya, ia masuk rumah sakit karen asam lambungnya tiba-tiba naik dan mengharuskannya rawat inap selama beberapa hari kerena ia tidak bisa makan. Sekarang apa?

“Ada keluhan yang terasa?”

Lagi-lagi dokter di sebelahnya itu bertanya padanya, Felix seketika menatap wajah dokter itu. Matanya refleks menatap ke dalam mata dokter muda itu.

Felix mengernyitkan dahinya, ia sedikit bingung sebab tidak ada bayangan yang muncul di kepalanya setelah mereka saling bertatap. Dokter itu tersenyum simpul melihat wajah Felix yang kebingungan.

“Masih pusing, ya?” tanyanya sekali lagi.

Felix masih terus menatap mata dokter itu lekat-lekat. Tidak ada sekilas pun bayangan yang muncul di kepalanya. Ia menyentuh kepalanya sendiri, seakan-akan pening yang dirasanya tadi menghilang. Sebuah konklusi muncul di kepalanya, dengan yakin Felix menjerit.

“GUE NORMAL?”