— Is He Immortal?

“Hai Lix!”

Felix menyimpan ponselnya lalu menegakan badannya menatap pelanggan yang baru saja masuk dan menyapanyanya. Dapat ia lihat Minho masih dengan baju dinasnya yang tertutup jaket masuk ke dalam swalayan bersama dengan seseorang mengikuti di belakangnya. Pupil mata Felix melebar sejenak barang melihat teman yang Minho maksud adalah Dokter Seo.

“Hai kak!” balas Felix, ia melirik Dokter Seo sekilas dan memberikan senyum tipis.

Minho segera masuk dan berjalan menuju etalase mie instan yang ada di dekat kasir, sementara Dokter Seo melihat-lihat permen yang ada di etalase kasir.

“Halo, Felix, sehat?” tanya Dokter Seo ramah.

Felix terkekeh, ia menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal, “Sehat kok, Dok.”

Dokter Seo ikut terkekeh pelan menemukan gelagat canggung dari laki-laki di depannya. Ia kemudian mengambil beberapa macam permen dengan variant rasa yang berbeda.

“Udah lama kerja di sini?” tanya Dokter Seo sambil menyimpan permen yang dia pilih ke atas meja kasir.

Felix menganggukan kepalanya, “Dari lulus SMA, sih.”

“Gue kan udah bilang dia yang punya Swalayan, lo pake nanya udah lama kerja di sini segala,” kata Minho yang tiba-tiba kembali dengan empat cup mie instan dan dua botol air mineral yang ia simpan di atas meja kasir.

Felix tertawa mendengar perkataan Minho, sementara Dokter Seo terlihat bingung dengan wajah yang bersemu merah. Detik berikutnya Felix mulai melakukan scan pada makanan yang mereka beli, setelahnya Dokter Seo merogoh saku untuk mengeluarkan kartu debit miliknya.

Selesai membayar Dokter Seo segera membawa mie instan yang ia beli ke meja yang disediakan dan mulai memasak mie instan miliknya di sana. Sementara Minho masih berdiri di meja kasir sambil menatap Felix, “Lo belum makan kan?”

“Udah,” jawab Felix sambil kembali memainkan ponselnya.

Mata Minho menyipit curiga, ia tahu kalau Felix berbohong sebab laki-laki itu sama sekali tidak menatap wajahnya saat menjawab. “Bohong lo! Ayok makan bareng gue!”

“Engga ih!”

“Cepetan makan!” katanya sambil masuk ke dalam tempat kasir dan menarik Felix keluar dari sana.


Uap yang semerbak mengepul di tengah-tengah mereka bertiga. Sudah sekitar lima menit sejak mie instan mereka matang, mereka bertiga mulai mengobrol.

Minho membuka percakapan mengenai film yang baru saja rilis di layar lebar, ia sengaja mengangkat topik ringan karena Felix bergabung bersama mereka, ia tidak mau adiknya itu jadi terasing karena tidak mengerti mengenai dunia kedokteran.

Sebenarnya Felix juga tidak terlalu mendengarkan obrolan mereka. Ia lebih tertarik untuk menatap mata Dokter Seo sambil menunggu bayangan mengenai kematian laki-laki itu muncul di kepalanya. Sambil sesekali memuji wajah Dokter Seo yang terlihat menarik di matanya.

Berkali-kali mata mereka bertemu, berkali-kali pula Felix mengernyit sebab benar-benar tidak ada bayangan yang mucul di kepalanya. Ia menggigit bibirnya ada rasa kesal yang menggelung sedikit di dadanya, sebab ini adalah hal yang aneh. Apa mungkin pemikirannya di rumah sakit dulu benar?

Is he immortal?”

Tapi makhluk apa dia kalau dia benar-benar abadi?

“Lo ada rencana mau nonton, Lix?”

Yang ditanya masih sibuk bergelung dengan pemikirannya sendiri, wajahnya tampak tidak santai dengan jari jempol yang ia gigit pelan.

“Woi!”

Minho menggerakan tangannya di depan wajah Felix, yang langsung membawa Felix ke dunia nyata. Laki-laki paling muda itu mengerjab kemudian tersenyum lebar menampilkan gigi-giginya yang rapih. “Kenapa kak?”

Minho memutar bola matanya seraya menghela napas malas. Sementara Dokter Seo terkekeh. “Itu Lix, tadi Minho tanya lo mau ada rencana nonton Spiderman engga?”

“Oh...” Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Tadi sih anak-anak sama part-timer bilang mau nonton bareng, mungkin kalau engga sibuk gue ikut.”

Minho mengangguk-anggukan kepala sambil membuka botol mineral miliknya dan menegaknya. “Eh, Bin, yuk berangkat, kasian anak koas yang jaga kalau kita lama.”

Dokter Seo mengangguk dan membereskan meja mereka kemudian berpamitan pada Felix dan segera meninggalkan Swalayan. Sementara Felix memperhatikan mereka hingga keduanya hilang dari parkiran swalayan.

Felix kembali ke meja kasir menunggu pelanggan lagi sembari membuka ponselnya. Sesekali ia memijit kepalanya yang sedikit pening, kepalanya masih penuh dengan pertanyaan mengenai Dokter Seo.

Kenapa kematiannya tidak terlihat?

Apakah ia abadi?

Makhluk apa dia sebenarnya?

Dan kenapa mereka harus bertemu?

Sebab jika benar Dokter Seo itu abadi, kenapa dari sekian banyaknya populasi makhluk abadi di bumi hanya Dokter Seo yang pernah ia temui?

Felix menggelengkan kepala mengenyahkan segala pemikiran yang membuatnya mual. Ia menghela napas dan memutuskan untuk kembali fokus menjaga swalayannya.