Mendacious : Future Plan

“Jadi ... arsitektur?” tanya Felix sambil membukakan lunch box milik Abian. Tangannya mengambil potongan buah melon di dalam box dengan garpu dan menyuapi Abian.

Yang ditanya menganggukan kepala, “Melonnya manis. Kamu pinter milih buah ya?”

“Apaan itu kan Ibu yang beli bukan aku,” kata Felix, bola matanya berputar hiperbola. “Jangan ngalihin pembicaraan, Kak, jadi kamu mau ambil arsitektur?”

Abian meringis, “Sebenernya arsitektur itu plan A, aku belum punya plan B atau C, you know what i mean?

Felix mengangguk-anggukan kepala, tangannya masih sibuk dengan melon yang ia pegang. “Tapi SNMPTN bentar lagi loh, kak. Seenggaknya kak Abin harus udah mikirin back up plan.

Yang lebih tua tidak menjawab, ia malah melihat-lihat sekitarnya. “Kalau buat universitas aku kepikiran ITB atau mungkin UB, tapi jurusannya tetep arsitektur.”

“Ngebet banget arsi, ya?”

“Engga juga, aku udah bilang, aku engga punya rencana lain.”

Felix mengerti, remaja seperti mereka terkadang lupa kalau setelah masa SMA berakhir mereka harus sudah menyiapkan tujuan yang lebih serius untuk masa depan mereka. Ia juga sama seperti Abian tidak punya rencana untuk masa depannya nanti selain plan A yang sudah ia susun sejak lama.

“Kalau kamu gimana?”

Pikiran Felix buyar, ia menatap Abian, “Aku? Aku mau kejar beasiswa ke Aussie.”

Mendengar jawaban Felix, Abiandra seketika mengernyit, “Langsung ke Aussie? Engga akan coba di Indonesia?”

Felix menggelengkan kepalanya, “Engga tertarik.”

Kerutan di dahi Abian semakin tampak, ia mengerti kalau Felixiano itu jenius, tetapi kenapa ia bilang bahwa ia tidak tertarik untuk mencoba di negaranya?

Menangkap kebingungan di wajah Abian, Felix terkekeh, “Aku bukan engga mau di Indonesia, tapi kayanya udah cukup aja aku di sini. Aku mau tinggal di Aussie sama Chris.”

“Chris?” tanya Abian, ia semakin bingung dengan jawaban Felixiano.

“Iya, aku pernah cerita soal dia kan?”

“Yang kamu bilang orang penting di hidup kamu itu?”

Felix mengangguk semangat, senyumnya semakin lebar, “Aku bakalan ambil jurusan bisnis di sana, terus tinggal sama Chris dan Skylar.”

Tidak ada jawaban dari pacarnya, Felix jadi sedikit curiga, ia menolehkan kepalanya untuk memeriksa pacarnya. Yang ia lihat adalah Abian yang menundukan kepalanya dengan wajah yang tertekuk.

“Kenapa?”

Abian mendongak menatap Felixiano, “Kita LDR dong?”

“Oh iya,” jawab Felix dengan suara yang mengecil. Ia baru sadar kalau sekarang ia sudah memiliki Abian sebagai pacarnya, jika rencananya benar-benar terwujud dan Abian tetap meneruskan kuliahnya di Indonesia, mereka akan terpisah jauh.

“Tapi kan masih lama, kak.”

Hening.

“Kak?”

“Chris sepenting itu ya sampe kamu kelihatan pengen banget tinggal sama dia di Aussie.”

Ada nada yang tidak bisa Felix definisikan di kalimat yang meluncur dari mulut pacarnya itu. Ia sempat mengernyit sebentar sebelum akhirnya menyemburkan tawa.

“Iya lah kak, penting banget. Dia kan kakak aku.”