Mendacious : So It Goes ...

Jinendra berniat untuk memesan ojeg online ketika ia keluar dari kelasnya. Jari-jarinya menari lincah di atas layar dengan mata yang fokus menatap layar ponselnya.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju gerbang depan ketika akhirnya ia selesai memesan ojeg online dan mendapatkan driver. Beberapa kali ia mengedrkan pandangannya ke sekitar untuk antisipasi ia akan melihat kembarannya dan Abian yang sedang ia hindari.

Setelah berjalan dari kelasnya, ia sampai di dekat gerbang menunggu driver yang akan menjemputnya.

“Di sini ternyata. Gue tungguin di depan kelas kok engga kelihatan perginya tadi?”

Kepala Jinendra seketika memutar ke sebelah kirinya, tepat dimana seseorang yang tiba-tiba menggenggam tangannya dan berbicara padanya. Ia sudah bersiap untuk menghempas genggaman itu kala matanya bertemu dengan jelaga hitam milik kakak kelasnya.

Laki-laki scorpio itu tersenyum kepadanya membuat Jinendra mengurungkan niat dan membiarkan tangan Kirino menggenggamnya.

“Ngapain nungguin gue?”

“Kan mau jalan.”

Mata Jinendra membulat, “Tadi bilangnya kalau gue bolos lo engga mau.”

Kirino menggedikan bahunya. Melihat respon itu Jinendra terkekeh, “Tapi gue udah pesen gojek loh.”

“Engga apa-apa, jangan di-cancel nanti gue yang bayar.”

Belum sempat Jinendra menanggapi perkataan Kirino, sebuah motor berhenti di hadapan mereka. Bapak berjaket hijau itu mengambil ponselnya, “Jinendra.”

Jinendra segera menghampiri motor itu, disusul Kirino di belakangnya.

“Pak, dia engga jadi naik,” ucap Kirino ketika bapak itu memberikan helm kepada Jinendra. “Tapi saya bayar, kok. Bapaknya bisa ikutin rute sesuai pesanan aja biar nambah poin bapak,” lanjutnya sebelum bapak itu menjawab apa-apa.

Kirino memberikan selembar uang limapuluh ribu kepada bapak itu sambil mengatakan tidak perlu memberikan kembalian. Setelahnya driver ojeg online itu menancap gas meninggalkan mereka.

“Jadi lo mau jalan kemana?” tanya Jinendra.

“Gojek yang lo pesen tadi mau ke mana?”

“Kelapa Gading.”

Kirino mengernyit, “Lo mau ke mall?”

Sementara Jinendra menggedikan bahu dan berjalan mendahului Kirino menuju parkiran.


Felix mengernyit kala hazel-nya menangkap laki-laki yang sekarang berstatus pacarnya itu duduk di depan perpustakaan sambil menatap ponselnya.

“Kak Abin ngapain di sini?”

Yang ditanya menyimpan ponselnya dan menatap Felixiano sambil menyunggingkan senyum pada laki-laki virgo itu.

“Hai!” ucapnya.

Felix terkekeh, ia mengambil tempat di sebelah Abian, “Ngapain di sini?”

“Nunggu pacar aku.”

Wajah Felix seketika berubah merah. Namun dengan cepat Felix segera mengehela napasnya untuk menetralisir debar yang ia rasakan, “Aku kan tadi bilang engga usah nungguin aku, lama tau.”

Abian mengusak surai Felix gemas, “Engga enak kalau pulang sendiri.”

Mendengar jawaban Abian, Felix mengernyit, “Kenapa? Bukannya enak ya? Jadi ringan jok belakangnya kosong.”

“Engga. Engga enak, engga ada yang peluk.”

Plak

“ADUH SAKIT LIXIE!”

Refleks tangan Felix memukul paha Abian, wajahnya memerah padam lebih merah dari sebelumnya. Ia memang selalu memeluk Abian di atas motor, kadang ia bahkan sengaja menyelipkan tangannya ke dalam saku jaket Abian. Hanya kebiasaan kecil, ia tidak tahu Abian akan menggodanya begini.

“Aku engga akan peluk lagi!”

Abian tertawa, “Kalau kamu engga peluk, aku engga akan jalanin motornya.”

“Ya udah aku pulang naik busway!”

“Memangnya tega?”

“Ya iya.”

“Yakin?”

“Tau ah!”

Felix mengerucutkan bibirnya, dengan wajah yang dibuat seakan merajuk. Sementara Abian terkekeh geli.

Keduanya terdiam, hingga Felix membuka ponselnya. Tidak sengaja Abian menangkap laki-laki virgo itu menatap chat room-nya dengan sang kembaran, terlihat laki-laki pecinta tupai itu sama sekali tidak membalas pesan Felix.

Laki-laki virgo itu menghela napasnya dan menyimpan kembali ponselnya dalam kantung celananya. Ia menunduk sesaat.

“Engga usah sedih gitu,” kata Abian sambil mengusak surai Felix, “Nanti kamu ngomong langsung aja sama Jiji.”

Felix tersenyum kecil sambil mengangguk. Tidak lama setelahnya pembimbing olimpiade yang Felix tunggu datang, ia segera pamit pada Abian dan masuk ke dalam perpustakaan.