Rumit.
Luke sudah berdiri dua puluh menit diambang pintu kos sahabatnya, Azra. Mencecar dengan puluhan pesan singkat meminta segera dibukakan pintu.
Tak berselang lama pintu tersebut terbuka. Dua pasang manik itu bertemu sama-sama tak ingin mendahului siapa yang mengungkapkan perasaan.
Luke maju dua langkah mendekatkan tubuhnya ke Azra. Tangan satunya menutup kembali pintu kamar kos tersebut. Azra hanya terpaku dan takut-takut melangkah mundur. Pandangannya seperti dikunci oleh dua manik hitam sahabatnya. Tak berkutik ditambah setelah pembicaraan panjang mereka dalam pesan singkat tadi.
Azra memang mengenal Luke sejak lama, sahabat yang telah empat tahun mengenal awalnya tanpa rasa berjalan sewajarnya. Lama-lama Azra menaruh hati dengan Luke atas segala perlakuannya ke dirinya. Penuh tawa, hangat, bersahabat, serta emergency call bagi Azra yang jauh dari keluarga.
Luke masih menatap Azra lamat dengan senyum yang semakin mengembang. Ia sadar Azra ketakutan atau lebih tepatnya tak tahu harus bersikap bagaimana. Sejujurnya ia tak sanggup menahan tawanya, namun ia tak mungkin merusaknya.
Dipeluknya Azra secara tiba-tiba sebenarnya ia tahu kalau sahabatnya menaruh hati begitupun ia sendiri. Namun, ia takut akan merusak segalanya dan terjebak hubungan tak jelas pada akhirnya.
Azra berdiri kaku terkejut atas perlakuan Luke yang tiba-tiba, walaupun respon Luke dalam pesan singkat tadi sudah sangat jelas bahwa ia merespon baik. Pandangan Luke kepadanya seolah mengunci pergerakan dan akal sehatnya. Pelukan hangat yang lelaki ini berikan tak sanggup ia balas atau respon.
Luke kini mengecup lembut puncak kepala Azra tanpa ada sepatah kata yang keluar. Kini Azra turut tenggelam dalam suasana yang ada. Dipeluknya sahabat yang ia cintai dengan erat. Ia pejamkan pandangannya menikmati segala hal yang Luke lakukan kepadanya.
Kecupannya kini sudah memenuhi seluruh wajah Azra mulai mata, hidung hingga pipinya namun ia melewatkan bibir Azra yang sudah sangat canggung.
“Ra, kalo lo izinin gue lanjut, tapi kalo lo gak nyaman gue berhenti disini.”
Luke membisikan kalimat ini bersamaan dengan tiupan lembut ke telinga Azra. Wanita ini hanya mengangguk resah atas perlakuan yang ia terima. Luke tersenyum nakal. Kini pandangannya beralih ke bibir Azra. Dikecup tipis bibir hangat milik Azra perlahan hingga ia mulai mengulumnya perlahan.
Diawali dari hisapan bibir bawah dan atas secara bergantian kini lidah mereka sudah beradu saling mengabsen barisan gigi masing-masing. Sama-sama dimabuk kepayang, tangan Azra kini sudah mengalung dileher jenjang Luke. Kakinya ia jinjitkan untuk semakin memperdalam ciuman yang ada.
Tangan Luke kini sudah mulai meraba-raba bagian dalam pakaian yang Azra kenakan. Dibalik kaos tipis itu ternyata Azra tak mengenakan bra, semakin memudahkan Luke untuk merabanya dan meremas perlahan. Tangannya usil menyentil puting Azra yang sudah menegang.
'Hmmphhhmmm..'
Desah Azra tertahan pangutan mereka. Didorongnya perlahan Azra menuju single bed yang ada didalam kamar. Mereka jatuh perlahan tanpa melepas pangutan panas keduanya. Tangan Luke semakin liar meremas dada Azra dan menyingkap kaos tersebut melepasnya dari pergelangan tangan dan membiarkan menggantung dilehernya. Tangannya semakin liar meremas ditambah dengan pangutan yang semakin panas.
Azra yang berada dibawah cukup resah dengan menggerakkan kakinya kesegala arah. Vaginanya sudah gatal dan basah.
Luke melepas pangutan mereka dan memandang wajah Azra lamat.
“Ra, ini kalo mau berhenti masih bisa.”
Azra menggeleng, tangannya liar mengusap penis Luke dari luar jeansnya.
“Kalo mau distop pastikan dulu dia gak bangun dan bawah gue gak basah.”
Seperti menerima lampu hijau untuk melanjutkan kegiatan, Luke kini mengeksplore area leher Azra mulai menjilati dan memberikan bekas yang samar. Antisipasi kissmarknya akan bertahan lama. Tangan kirinya mulai memasuki celana piama Azra, mengusap vagina itu dari luar menekan-nekan klitorisnya. Tangan kanannya masih sibuk dengan squishy kegemarannya kini.
Desahan tanpa henti keluar dari bibir Azra yang kini sudah membengkak. Tangan Luke semakin usil dengan menyibak celana dalam dan memainkan klitoris dari depan. Ditambah jari-jarinya hanya dipermainkan tanpa ada niat untuk dimasukkan. Nafsu Azra sudah diubun-ubun karena payudara sintalnya dihisap kuat-kuat dan putingnya dimainkan gigi-gigi Luke.
“Kalo lo terusan gak ada niat masukin, beneran gue gampar lo!.”
Azra sudah semakin resah sedang Luke masih asik bermain-main. Tangannya sudah sibuk menjambaki rambut Luke kesal.
'Jleb!'
Tanpa aba-aba Luke memasukan dua jarinya sekaligus kedalam liang vagina. Azra langsung menjambak keras rambut Luke hingga beberapa helainya rontok. Tidak sempat berteriak karena tangan kanan Luke tiba-tiba sudah membungkam mulut Azra. Luke tersenyum usil memandang wajah kesal Azra.
“LUKE ANJ—”
Bibir Azra kini dibungkam lagi kali ini dengan bibir Luke. Tanpa ampun dilumat habis-habisan. Dua jari yang ada didalam liang dibiarkan hingga Azra menunjukkan sinyal tanda siap.
Saat Azra sudah mulai resah dengan jari-jari yang ada dalam lubangnya, Luke kembali mengeluar masukkan dua jari tersebut. Kaki Azra semakin mengangkang lebar menikmati sentuhan yang ada. Mabuk kepayang.
Ciuman panas dan jari-jari sudah terlepas, kini Luke melepaskan kaos bagian atasnya dan jeansnya dengan cepat. Menyisakan boxer yang masih terpasang menutupi kejantanannya.
Azra pun turut melepas kaos dan celana yang ia kenakan. Sempurna telanjang. Wajahnya memerah malu karena Luke memandanginya seksama dari atas tubuhnya. Meneliti setiap inci ukiran ciptaan Tuhan.
“Ra, lo gila selama ini nyimpen hal indah sendirian.”
Azra hanya tersipu malu menghindari tatapan nakal Luke dan menutupi kedua dadanya waluapun juga percuma. Sedang Luke kini sudah sibuk didepan vagina yang sudah terbuka lebar. Meniup-niup perlahan dengan satu jari ia gunakan untuk memainkan klitoris. Sedang wanita itu sudah tak henti mendesah dan semakin menekan kepala Luke untuk segera mendekat kearah liangnya.
Dimulai dengan kecupan singkat didepan vagina dihadapannya hingga akhirnya lidahnya turut memainkan liang dibawahnya. Dihisapnya vagina Azra kencang kemudian ia aduk-aduk kembali dengan lidah panjangnya. Paha Azra tanpa sadar menghimpit kepala Luke untuk semakin masuk ke liangnya.
“SHIT LUKE! Berhentilah bermain dan lakukan yang seharusnya!”
Azra merancau tanpa henti menyumpahi Luke tanpa henti.
“You know juniorku belum basah, sayang. Hisap dia dulu.” Pinta Luke. Kini ia merubah posisi berbaring diatas kasur.
Azra merangkak kearah kejantanan Luke yang masih tertutup boxer. Ditariknya dalam sekali hentak dan kini kejantananyang besar dan padat terpampang dihadapannya. Pandangannya takjub, tangannya mengusap pelan ditambah dengan kecupan ringan diujung penis yang sudah sedikit basah oleh cum.
Perlahan ia masukkan kedalam mulut kecilnya. Ia tak pernah mencoba, hanya tau dari beberapa konten porno yang sengaja ia tonton. Menghisap, memutar hingga mengeluar masukkan penis Luke dengan lihai. Tangan Luke semakin menekan kepala wanita yang tengah mengulum penisnya ditambah dengan jambakan dirambutnya.
“FUCK YOU, RA!“
Luke langsung menarik Azra kembali berbaring dan memposisikan pahanya untuk terbuka lebar.
Azra hanya tersenyum nakal. Sahabatnya sudah penuh akan nafsu. Ia juga sudah tak sabar. Dikalungkan kedua tangannya ke leher Luke dan ia mulai mengulum kasar.
“Ra, ini bakal sakit. Jadi lo bisa cakar gue atau jambak gue.”
Azra hanya mengangguk tak sabar.
Luke mengarahkan penisnya perlahan masuk ke liang vagina Azra. Dalam sekali sentak. Kuku-kuku jari Azra menancap dipunggung Luke menahan rasa sakit.
'AAAHHHHH'
Lengguhan panjang keluar dari mulutnya. Sakit, pengalaman pertamanya. Lambat laun vaginanya berkedut meminta dipuaskan. Kakinya kini melingkar dipinggang Luke.
Luke yang panik takut akan reaksi Azra kini sudah meraup bibirnya mengulum kasar dengan satu tangan sebagai tumpuan dan tangan lain untuk meremas payudara Azra. Dikeluar masukkan penis besarnya dari liang vagina Azra. Perlahan dengan tempo sedang. Masih sempit.
“Aahh ... Ra, sumpah sempit banget lo.”
“Cepe–ttt ... gue gak ta—ha—n. Tusuk yang da—lem.”
Luke memompa kejantanannya dengan brutal meski sempit. Vagina Azra sudah menjadi candu baginya. Tanpa ampun melahap kejantannya yang besar. Ia juga tak luput menghisap dada sahabatnya seolah bayi yang kehausan.
“Vagina lo lapar banget seneng banget ditusuk gini, Ra.”
Azra tak menyahuti hanya merancau tiada henti. Vaginanya sudah candu dengan penis besar Luke, menumbuk sempurna g-spotnya. Membuat ia mabuk kepayang.
“Lukkkkk—aaahhhhh... jangan lo gihgiit puting—nyhaaaa ntar le—pas goblok... gue mau keluar in-i.”
“Puting lo kaga-k bisa copot bego ... dada lo candu, Ra. Nikmat. Lu-bang lo aaah... mantap jangan keluar du-lu gue belum ..”
Semakin brutal Luke memompa tubuhnya, menumbuk semakin keras. Pecapainnya sudah dekat.
“Luuukkkeee .. jangan keluar dal—Arghh”
Luke menyentak liangnya dan kemudian melepas tiba-tiba cairannya menyemprot ke perut hingga dada Azra. Sensual. Tak hanya itu sahabatnya juga menyemprot cairannya keluar squirt.
“Haaah haaah haaah...”
Luke jatuh memeluk Azra erat.
“Ra, sumpah lo seksi banget gue mau makan lo tiap detik tanpa henti.”
Azra tak mampu menjawab lelah sudah akibat pergumulan tanpa henti ini. Tangannya mengusap surai hitam sahabatnya yang berantakan.
Luke terguling ke sisi kanan Azra. Memeluk pinggang rampingnya. Terlelap dengan dengkuran halus.
Azra berusaha bangkit namun tak mampu memilih turut terlelap sebelum suara notifikasi handphone mengganggunya. Milik Luke.
Whatsapp. 23.15
Renata : sudah tahukan besok kita bahas pertunangan?
Pergumulan panas dengan desah yang saling sahut antara keduanya. Ditutup dengan tanda tanya besar dikepala Azra. Pertunangan apa?