About our date

Jade Leech (Twisted Wonderland) x Violly Schoenheit (OC) oneshot fanfiction

For: @Meowshroom_ ! :3

🐬🍦

2.7K Words

───────────

Violly menyesap minuman di hadapannya, membiarkan rasa dari soda mengenai indra perasanya. Seperti biasanya, sang gadis tengah terduduk di Mostro Lounge- memperhatikan sahabatnya yang tengah melakukan pekerjaan sebagai salah satu pelayan di Café yang berada di asrama Octavinelle tersebut.

Namun tanpa sang gadis sadari, sejak tadi kedua maniknya hanya terfokus kepada salah satu dari pemuda bermarga Leech yang juga sedang melakukan pekerjaannya. Tidak, lebih tepatnya sang gadis menyadarinya- itulah sebabnya moodnya terasa bertambah buruk.

Atau justru bertambah baik?

“Bagaimana menu baru kami, Vio-san?”

Wajah sang gadis terlihat bersemu tipis. Dalam hatinya mengumpat, apa sang pemuda menyadari kalau sejak tadi ia memperhatikannya?

“K-kau mengagetkanku!”

“Oya oya, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengangetkan Vio-san”

“Hmph! Kau kira aku akan begitu saja percaya kata-kata yang keluar dari mulutmu?”

Violly mengaduk pelan soda dengan rasa buah di hadapannya, “Yah... tidak buruk. Kurasa ini akan menjadi salah satu menu yang laris. Soda dan rasa buahnya benar-benar tercampur secara alami sehingga terasa sangat segar”

“Senang mendengarnya kalau itu cocok dengan selera Vio-san...”

“Fufu~”

“A-apa?!”

“Ah tidak, sejujurnya itu adalah hal yang ingin kutanyakan. Bukankah sejak tadi Vio-san memperhatikanku? Jadi kukira ada yang ingin Vio-san tanyakan padaku”

Rona merah kembali mengisi wajah sang gadis yang secara refleks memalingkan wajahnya tersebut, “A-apa maksudmu... tidak ada yang memperhatikanmu! Aku datang untuk menjaga Yuuchi, jadi sejak tadi aku hanya memperhatikannya!”

“Oya? Benarkah? Hm... kalau begitu maafkan aku Vio-san, sepertinya aku telah salah paham”

Sang gadis terdiam sejenak, tumben sekali? Mengalah semudah itu, rasanya ada yang tidak beres. Dan benar saja, firasat sang gadis terbukti saat senyum menyebalkan mengembang di wajah pemuda bernama lengkap Jade Leech tersebut.

“Tapi sayang sekali, bukankah sejak tadi Yuu-san sedang berada di dapur?”

“K-kau... kau sengaja ya?! Kalau kau sudah tahu untuk apa bertanya?!”

Violly segera mengatur nafasnya. Sungguh, setiap berada di sekitar Jade, gadis tersebut selalu kehilangan kontrol terhadap emosinya sendiri. Aneh, biasanya ia tidak pernah gagal mempertahankan sifat tenang yang dimilikinya. Jadi kenapa sulit sekali saat sedang berada di sekitar pemuda tersebut?

“Wah, sungguh tuduhan yang terasa kejam. Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu”

“Vio-chan! Aku sudah selesai! Eh? Jade-san?”

Keduanya refleks segera menengok ke arah Yuuki yang telah berganti kembali ke seragam sekolahnya

“Yuuki... apa sebelumnya kau berada di dapur?”

“Hm? Tidak, barusan aku sedang berada di ruang ganti baju. Memangnya ada apa?”

Violly melirik sinis ke arah Jade, “Lihat, sampai berbohong seperti itu. Bukankah sudah jelas kalau kau sengaja melakukannya?”

“Ah, maafkan aku. Habisnya aku juga tidak menyangka kalau Violly-san benar-benar memperhatikanku sejak tadi”

“Ukh... Yuuchi, ayo kita segera kembali ke asrama”

Sang gadis segera menggenggam tangan Yuuki, menariknya pelan menuju ke arah pintu Mostro Lounge.

“Tunggu sebentar!”

Violly tidak mengerti. Kenapa kedua kakinya dengan mudahnya berhenti melangkah hanya karna sang pemuda memintanya?

Tidak terlihat berminat untuk berbalik membuat sang pemuda kembali membuka mulutnya.

“Violly ojou-sama”

Sang gadis dapat merasakan dadanya perlahan kembali berdegup kencang. Dalam hatinya kembali mengumpat- panggilan itu, merupakan salah satu kelemahannya.

“Apa?”

“Apa hari Minggu nanti Violly ojou-sama mau pergi berkencan denganku?”

“HAH? JANGAN BERCANDA! SIAPA JUGA YANG MAU PERGI BERKENCAN DENGAN BELUT MENYEBALKAN SEPERTIMU?!”

🐬

“Vio-chan”

Vio membuka kedua maniknya serta bergumam sebagai respon, “Hm?”

“Vio-chan menyukai Jade-san 'kan?”

“H-HAH?!”

Sebuah cengiran lebar terlihat merekah di wajah Yuuki, “Lihat, bahkan hanya kukatakan seperti ini saja wajah Vio-chan sudah memerah seperti itu. Vio-chan manis sekali~”

Vio berdeham pelan- berusaha menetralkan rasa gugup yang menjalari tubuhnya.

Gugup? Kenapa ia merasakannya? Hanya karna mendengar kalimat seperti itu... Ia membencinya- pemuda yang menurutnya selalu menyebalkan itu.

“I-itu hanya salah paham Yuuchi, mana mungkin aku menyukai seseorang yang menyebalkan seperti itu”

“Jadi kenapa wajah Vio-chan memerah hanya karna aku mengatakan kalau Vio-chan menyukai Jade-san?”

Entahlah, Violly pun juga tidak terlalu mengerti alasannya. Alasannya selalu merasa gugup dan berdebar di dekat pemuda bermarga Leech itu. Kalau dikatakan secara jujur, memang Violly mengakui kalau baginya Jade terlihat cukup rupawan. Bahkan dengan senyuman menyebalkannya itu. Pasti hanya karena itu bukan? Ia seharusnya tidak menyukainya.

“Vio-chan”

Tidak- sejak awal, bagaimana bisa-bisanya Yuuki menganggap ia menyukai pemuda yang seharusnya tidak disukai nya itu? Yuuki hanya salah paham.

Jadi kenapa tadi ia merasa ragu untuk mengelak? Kenapa ia malah merasa gugup dan wajahnya terasa memanas?

“Violly-chan!”

“I-iya?!”

“Wajahmu memerah padam loh, memikirkan Jade-san ya?”

“YUUCHI! JANGAN SEBUT NAMANYA LAGI!”

“Hehe, menurutku terkadang tidak apa untuk sedikit lebih jujur dengan sendiri loh, Vio-chan”

Yuuki berdiri dari atas kasur gadis bermarga Schoenheit tersebut, “Kalau begitu aku kembali ke kamarku dulu, selamat malam Vio-chan~”

Violly menghela nafas panjang. Kakinya melangkah untuk mematikan lampu kamar, kemudian menyalakan lampu tidur yang berada di sebelah kasurnya.

Merasa tidak bisa tertidur, tangannya bergerak meraba handphone. Hingga sebuah notifikasi membuatnya refleks terduduk.

Jade: Vio-san? Sudah tertidur?

Violly menaruh handphone miliknya, kemudian segera menyembunyikan wajahnya ke atas bantal. Dalam benaknya mempertanyakan kenapa saat ini ia merasa sangat senang dan gugup hanya karna satu notifikasi chat tersebut.

“Ah benar! A-aku harus membalasnya...” Gumamnya sebelum segera kembali meraih handphone miliknya

Violly: Ada apa?

“Ukh... bodoh, seharusnya aku membalasnya dengan kata-kata yang lebih lembut...”

Jade: Wah cepat sekali, aku tidak menyangka kalau Vio-san masih terbangun dan akan membalasku secepat ini ^^

Violly: I-ini hanya karena aku tidak bisa tidur saja! Cepat katakan saja yang mau katakan, atau aku akan segera tertidur!

“Ukh... menyebalkan”

Bahkan saat ini saja, Vio dapat membayangkan senyum menyebalkan tengah merekah di wajah pemuda tersebut. Namun anehnya, senyum kini tengah merekah di wajah sang gadis. Bersamaan dengan perasaan antusias yang terasa menggebu-gebu.

Jade: Mengenai ucapanku tadi siang. Sebenarnya aku memang serius ingin mengajak Vio-san untuk pergi bersama.

“E-eh?!”

Jade: Azul memintaku untuk pergi ke kota dan mendatangi beberapa cafe. Tentunya seorang model terkenal seperti Vio-san tau apa saja yang sedang menjadi trending bukan?

Violly: Huh, kalau memang seperti itu seharusnya katakan saja sejak awal. Untuk apa kau mengatakan ingin mengajakku berkencan.

Jade: Oya? Apa Vio-san merasa kecewa?”

Keheningan malam seolah merasuki diri Violly. Kecewa? Entahlah. Apa perasaannya saat ini bisa dikatakan sebagai perasaan kecewa?

Tanda notifikasi kembali muncul, membuat rasa gugup beserta antusias kembali mengisi dirinya.

Jade: Kalau Vio-san mau, maka aku akan dengan senang hati menganggap ini adalah kencan ^^

Violly: Diam kau! Tapi baiklah aku akan membantumu

Violly menjerit secara tertahan. Oh astaga, apa yang baru saja ia ketik dan kirim? Tangannya kembali mengetik pesan lain dengan cepat

Violly: Aku hanya akan membantumu pergi ke beberapa cafe, oke? Ini tidak berarti aku menerima ajakanmu untuk berkencan atau apapun itu. Jadi jangan salah paham!

Pipi kembali bersemu, dan dada terasa berdegup antusias. Sang gadis menantikan kedatangan hari Minggu.

🍦

“Bagaimana?”

Kedua manik Yuuki terlihat berbinar. Dress putih dengan motif buah cherry, sling bag berbentuk hati, sepatu pantofel berwarna coklat lengkap dengan kaus kaki berwarna senada dengan dressnya. Ditambah dengan wajah yang telah dipoles sedemikian rupa.

“Cantik! Vio-chan cantik sekali!” Ucapnya terdengar antusias

“Fufu, tentu saja. Memangnya kau pikir siapa aku? Seorang Violly Schoenheit sudah seharusnya tampil sempurna di kondisi apapun 'kan?”

“Terutama saat berkencan ya?”

“U-UHUK!!!!”

“VIO-CHAN?! KAU BAIK BAIK SAJA?!”

“MEMANGNYA KAU KIRA KARNA SIAPA AKU SAMPAI TERSEDAK BARUSAN?!”

Violly mengatur nafasnya, rasanya kegugupan yang barusan sudah hilang, datang kembali lagi hanya karna satu kalimat yang Yuuki ucapkan. Rona merah tipis mengisi wajah begitu Violly memalingkan wajahnya, “I-ini... bukan kencan...”

Tawa kecil Yuuki terdengar, “Baiklah~ Fufu, Vio-chan manis sekali”

“K-kalau begitu, aku pergi dulu”

“Ah, Vio-chan!”

Violly menghentikan langkahnya, kemudian berbalik, “Hm?”

“Aku menyukai senyuman Vio-chan, terlebih lagi saat Vio-chan sedang merasa bahagia...”

Senyum mengembang di wajah Yuuki, “Jadi jangan terlalu memaksakan diri ya? Kalau Vio-chan tidak ingin atau tidak menyukai sesuatu maka Vio-chan bisa mengatakannya. Dan sebaiknya, seperti yang kukatakan beberapa hari yang lalu. Terkadang aku ingin Vio-chan lebih jujur terhadap diri sendiri, seperti saat menyukai sesuatu misalnya. Intinya selalu utamakan kebahagiaan Vio-chan, ya?”

Sebuah pelukan membuat Yuuki hampir saja terjatuh bila tidak sempat menyeimbangkan dirinya.

“Mou, Nii-sama terlalu beruntung untuk bisa mendapatkanmu” Ucap Violly kepada sahabatnya tersebut

Tawa Yuuki terdengar, “Apa-apaan itu Vio-chan, tentu saja aku yang seharusnya berkata seperti itu. Akulah yang merasa sangat beruntung karna bisa mendapatkannya”

“Pokoknya kalau Nii-sama sampai menyakitimu katakan saja padaku, ya? Akan aku balas Nii-sama berkali-kali lipat”

“Hei~ Tentu saja itu tidak akan terjadi. Hati-hati di jalan ya”

“Kalau begitu, kali ini aku benar-benar berangkat ya~!”

. . .

“Apa ada masalah, Vio-san?”

“T-tidak... hanya saja kau... terlihat bagus dengan pakaian bebas”

Jade terdiam sejenak, tidak menyangka kalau gadis di hadapannya akan berbicara jujur seperti itu.

“Fufu~”

“A-apa?! Kau ini... selalu saja tertawa menyebalkan seperti itu”

“Aku hanya merasa kalau Vio-san sangat cantik hari ini. Ah, atau haruskah khusus hari ini aku memaggilmu Vio ojou-sama?”

“Hmph, hal seperti itu bukankah sudah pasti? Aku selalu memastikan untuk terlihat sempurna setiap harinya”

Violly menggantungkan ucapannya sejenak, kemudian memalingkan wajahnya

”... soal panggilan itu, kalau kau mau boleh saja. Aku tidak membencinya”

“Fufufu, aku tidak menyangka kalau Vio ojou-sama bahkan bisa terlihat lebih manis daripada biasanya seperti ini”

“D-diam! Aku sudah bilang 'kan kalau kau mau saja, bukan berarti aku menyukainya!”

“Oya? Tapi saya tidak berkata seperti itu?”

“Ck, menyebalkan. Sudah, ayo kita pergi”

🐬🍦

Ini adalah cafe kedua yang mereka datangi, dan sudah membuat mood Violly terlihat cukup memburuk. Bagaimana bisa Jade hanya mengajaknya menghampiri cafe tersebut sebentar untuk menemui pemiliknya kemudian mereka segera pergi ke cafe yang lain? Padahal Violly kira mereka paling tidak akan mencicipi satu atau dua menu untuk menghabiskan waktu bersama.

Sang gadis melirik sekilas pemuda yang kini berada di sampingnya, senyum tipis terulas di wajahnya. Baiklah, paling tidak bisa bersama seperti ini juga tidak buruk.

Namun sedetik kemudian sang gadis segera menggeleng pelan. Tunggu, apa yang baru saja ia pikirkan?

“Vio ojou-sama?”

“I-iya?!”

“Bisakah ojou-sama menunggu di sini sebentar? Sama seperti pada cafe sebelumnya, aku hanya akan berbicara sebentar dengan pemiliknya dan kita akan segera pergi lagi”

“Eh? Ah... baiklah”

Kali ini bahkan ia tidak diajak masuk ke dalam? Sungguh, date macam apa ini...

“Kalau begitu aku akan segera kembali”

Helaan nafasnya terdengar, kedua maniknya memandang ke arah langit yang mulai dipenuhi awan gelap.

Merasa bosan, akhirnya sang gadis pun memelih untuk memasuki cafe. Pintu terbuka perlahan. Sang gadis mengedarkan pandangan. Merasa tidak menemukan Jade, Violly pun kembali melangkah- menaiki tangga menuju lantai kedua cafe tersebut.

Kedua manik melebar ketika mendapati sang pemuda tengah mengobrol antusias dengan seorang gadis yang terlihat dua atau tiga tahun lebih tua darinya tersebut. Wajah yang cantik, dan lekuk tubuh yang bagus.

Ah, apakah mungkin yang seperti itu adalah tipe yang disukai sang pemuda? Jadi apakah Jade membiarkannya menunggu di luar cafe agar bisa mengobrol antusias seperti itu dengan gadis lain? Pada kencan mereka?

Tentu kalau dipikir dengan akal jernih maka akan terdapat banyak jawaban lain. Namun mood sang gadis sudah terbilang buruk. Yang ia inginkan sederhana- menghabiskan waktu berdua dengan sang pemuda. Namun jangankan seperti itu, sejak tadi mereka hanya berjalan dan mampir sebentar ke berbagai cafe- yang sebagian besar waktunya dihabiskan Jade dengan mengobrol dan memberi pertanyaan kepada sang pemilik cafe.

Kaki Violly kembali melangkah ke luar cafe. Terus seperti itu, hingga tanpa sadar ia telah berlari jauh. Entah ke mana kedua kakinya membawanya, ia hanya ingin segera pergi jauh. Perasaan kesal dan kecewa perlahan mengisi dadanya.

Kenapa ia merasa kecewa? Bukankah sejak awal Jade sudah mengatakan kalau ia hanya meminta Violly untuk menemaninya? Apakah sejak awal... hanya ia yang menganggap ini adalah kencan?

. . .

Jade menarik nafas dalam-dalam. Peluh terlihat jatuh perlahan di keningnya. Sudah lebih dari satu jam ia mencari keberadaan sang gadis. Ia tahu, bahwa Violly adalah tipe gadis yang tidak mudah dalam bersabar, namun ia tidak menyangka begitu ia keluar cafe- gadis tersebut sudah menghilang.

Hujan mulai jatuh perlahan. Tangannya meraih handphone yang terletak di saku, sore telah tiba. Apakah sebaiknya ia kembali? Lagipula bukankah kemungkinan sang gadis memang telah kembali ke asrama Ramshackle?

Tangannya dengan cepat mengirim pesan kepada kontak bertuliskan “Yuu” tersebut. Dan balasan yang di dapat membuat helaan nafasnya kembali terdengar.

Yuu: Tidak, Vio-chan belum kembali ke rumah sejak tadi. Bukankah kalian sedang bersama? Apa ada sesuatu?

Kaki kembali melangkah, hingga tanpa sadar ia sampai ke tepi pantai. Ia sungguh mengkhawatirkan keadaan sang gadis. Bagaimanapun ia adalah makhluk laut, terkena hujan tidak akan membuatnya demam atau terkena pilek. Namun lain halnya dengan Violly.

Hingga kedua maniknya akhirnya mendapati keberadaan sang gadis yang tengah berteduh di bawah atap salah satu kedai yang berada di pinggir pantai yang terlihat telah tutup. Kedua kakinya segera mempercepat langkah.

Sebuah pelukan yang terasa hangat, adalah hal yang membuat Violly kembali tersadar dari lamunannya.

“Aku mencarimu” Ucap Jade di tengah suara gemerisik hujan, namun masih cukup untuk di dengar oleh Violly

”... untuk apa?”

“Aku kehilangan dirimu, tentu saja aku mengkhawatirkanmu”

“Hm... sudah selesai bersenang-senang?”

Mendengar ucapan sang gadis membuat Jade refleks melepas pelukannya, “Apa?”

Violly tanpa sadar mengepalkan tangannya. Ah, ia benci. Ia benci perasaan ini. Di saat dalam dadanya berbagai perasaan terasa bercampur aduk.

”... gadis di cafe tadi. Apa kau menyukainya? Ah, atau mungkin kau memang memiliki hubungan dengannya? Berani sekali kau meninggalkanku kemudian kau malah asik mengobrol dengan gadis lain. Dengarkan ini baik-baik belut menyebalkan, aku tidak akan pernah mau berkencan denganmu lagi!”

Jade terdiam sejenak, berusaha mencerna kata demi kata yang diucapkan sang gadis. Tawa pelan mulai terdengar, hingga berubah menjadi tawa lepas yang sudah pemuda tersebut tidak bisa tahan lagi.

“A-apa?! Apa kau sedang mentertawakanku?! Aku serius dengan ucapanku!”

“Violly ojou-sama”

“Hmph, panggilan itu sudah tidak berefek apapun lagi padaku”

“Apa kau melihatnya baik-baik? Perempuan yang mengobrol denganku tadi sudah memakai cincin di jari nya”

”...hah?”

“Walau terlihat masih muda, tapi ia sebenarnya sudah cukup umur dan sudah menikah. Kami, maksudku aku, Floyd, dan Azul sudah beberapa kali mampir ke cafe tersebut. Perempuan tersebut beserta suaminya adalah pemiliknya, mereka sangat ramah dan sudah beberapa kali membantu kami”

Violly terdiam kaku mendengar penjelasan sang pemuda, pikirannya terasa kosong seketika begitu mendengar kata demi kata yang dikeluarkan Jade

“Ah iya, dan alasanku menyuruhmu menunggu di luar adalah karena tidak seperti cafe cafe sebelumnya, aku tidak akan memakan banyak waktu karena bertanya. Di cafe yang kita terakhir datangi tadi aku hanya berniat memberi salam kepada pemiliknya, lalu rencananya setelah itu aku akan membiarkanmu yang membuat keputusan kemana selanjutnya kita pergi”

Rona merah perlahan mengisi wajah sang gadis. Rasa malu mulai mengisi tubuhnya, rasanya saat ini ia ingin segera berlari jauh, ke mana saja asal tidak melihat pemuda bermarga Leech tersebut. Namun sayang, hujan yang masih terbilang deras membuatnya terjebak.

Sang gadis memalingkan wajahnya, “A-ah... begitu rupanya...”

“Jadi kau pergi menghilang seperti tadi karena merasa cemburu? Fufu~ Ojou-sama ku ini memang manis sekali~”

“A-APA KATAMU TADI?”

“Hm? Ojou-sama ku?”

“S-SIAPA KAU SEENAKNYA MEMUTUSKAN KALAU AKU ADALAH MILIKMU?”

“Oya? Bukankah sudah jelas? Dengan rasa cemburu itu sepertinya sudah cukup menegaskan bahwa perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan”

“H-Hah?!”

Sang pemuda kembali memeluk sang gadis, “Paling tidak, aku lega karna sudah menemukanmu. Dan ternyata kau pergi bukan karena membenciku”

Sang gadis dapat merasakan dadanya berdegup kencang. Ah, gawat. Dengan posisi seperti ini, Jade pasti bisa merasakan betapa kencangnya dadanya berdebar.

Tangan sang gadis terulur- membalas pelukan tersebut. “Aku memang membencimu”

“Iya, aku juga mencintaimu. Tuan putriku”

🐬🍦

“KALIAN BASAH KUYUP SEKALI?!”

Yuuki segera berlari ke dalam asrama, untuk mengambil dua buah handuk bersih.

“Hmph, salahkan belut menyebalkan ini”

“Fufu~ Tidak apa. Kalau begitu bagaimana kalau kita kembali pergi berkencan minggu depan sebagai bentuk tanggung jawabku?”

“H-Hah?! Memangnya siapa juga yang mau pergi berkencan denganmu lagi?!”

“Baiklah, kalau begitu kita bertemu di waktu yang sama hari minggu depan”

“T-tunggu! Apa kau mendengar ucapanku?!”

“Yuu-san maaf telah merepotkan banyak hal hari ini, dan terima kasih banyak untuk handuknya, akan kukembalikan setelah ku cuci bersih”

“Ah, tidak apa-apa. Santai saja, Jade-san bisa kembalikan kapan saja”

“Terima kasih banyak Yuu-san”

Senyum sejak tadi tidak berhenti mengembang di wajah Jade. Membuat sang gadis justru bertambah kesal. Lebih tepatnya kesal karna hal tersebut membuat debaran jantungnya tidak kunjung berhenti.

“Apa? Cepat sana pergi” Tanyanya saat Jade masih berdiri di depan pintu asrama Ramshackle

Sang pemuda maju selangkah, sebelum memberi kecupan singkat di kening sang gadis.

“Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi”

Yuuki tertawa kecil melihat Violly yang masih mematung, “Fufu~ Vio-chan, wajahmu memerah padam, loh”

“JADE LEECH, KAU BENAR-BENAR BELUT MENYEBALKAN”

“Jadi? Apa kalian sudah berpacaran?”

“M-MANA MUNGKIN. Sudah cepat ayo kita masuk, aku ingin minuman hangat”

Tawa kecil Yuuki kembali terdengar. Bagaimana tidak? Padahal jelas-jelas keduanya tadi memasuki asrama Ramshackle dengan berpegangan tangan.

Sepertinya masih butuh waktu bagi sahabatnya yang terkadang berperilaku bak tuan putri itu untuk mengakui perasaannya secara jujur.