Dear Mr. Wizard – 1

Kepada Tuan Penyihir

Kali ini pun, saya punya firasat kalau kita tidak dapat bersama dalam waktu yang lama. Kalau setelah ini saya pergi lagi, maukah anda kembali menunggu? Meskipun kembalinya diri saya, dipenuhi dengan ketidakpastian?

Sejujurnya terkadang saya ingin anda pergi, mencari seseorang yang dapat memberi anda kebahagiaan abadi. Tanpa perlu menunggu saya kembali seperti ini. Bukankah rasanya menyakitkan? Bagaimana anda selalu melihat saya pergi dengan mengenaskan.

Tapi meskipun begitu, bisakah anda memaafkan keegoisan saya karna rasa cinta yang teramat sangat ini? Maafkan saya karna selalu membuat anda menunggu. Karena mau berapa kali pun saya terlahir kembali, saya tetap mencintai anda. Di kehidupan saya yang entah keberapa kali ini pun, pada akhirnya saya tetap jatuh pada anda.

Entah saya harus mensyukuri kehidupan yang berulang ini atau tidak. Karena setiap saya berhasil melihat anda lagi, rasanya tidak ada satupun hal lain yang dapat mengalahkan kebahagiaan yang saya rasakan.

Bukankah saya teramat sangat egois karena selalu ingin memiliki anda di setiap kehidupan saya seperti itu? Ketika anda bahkan harus merasakan sakit serta lelahnya menunggu?

Tapi begitulah manusia, tuan.

Sepertinya sampai disini saja surat saya. Sejujurnya rasanya sangat aneh menulis surat seperti ini ketika kita bahkan bertemu setiap saat. Akan tetapi bila surat ini anda temukan setelah saya pergi di kehidupan yang kali ini, saya harap anda jangan membenci apapun yang menjadi penyebab saya pergi.

Karena seperti anda mencintai saya, anda begitu mencintai manusia, bukan?

Kalau begitu karena sepertinya setelah ini anda akan terbangun, saya akan menutup surat ini. Walaupun sudah sering mengatakannya, akan tetapi sepertinya saya tidak akan pernah bosan mengatakan ini.

Aku mencintaimu, Abel

Comte de Saint-Germain (Ikemen Vampire) x Hoshizora Lisa (OC)

An AbeLisa AU based on Manhwa “This Witch of Mine” !

🥖⭐️

1.9k words

Happy reading!

───────────

“Karena aku, akan selalu menunggumu”

Suara yang familier itu... ah, miliknya ya?

Membuka kedua matanya, Lisa memandangi langit-langit yang sangat dikenalnya. Mimpi itu datang kembali, tidak- lebih tepatnya ingatan itu.

Sudah berapa puluh tahun? Atau mungkin ratusan tahun? Sejak terakhir kali mereka berpisah, dan kali ini ia kembali bereinkarnasi. Meskipun telah berada di dunia yang benar-benar berbeda, nampaknya ingatannya mengenai orang yang ia cintai tersebut akan tetap kembali, ya?

Memandangi ke arah kaca di atas nakas, penampilannya kali ini... rasanya begitu familier. Seolah kembali ke saat pertama kali ia bertemu dengannya. Namun hal itu, rasanya sudah sangat lama sekali.

Memejamkan kedua matanya sejenak, sang gadis berusaha mengenang hari dimana ia memilih untuk ikut pergi dengannya- sang penyihir yang ia cintai.

✨️

“Seharusnya kau kembali ke sana. Lagipula apa untungnya bagimu mengikutiku yang merupakan seorang penyihir ini?”

Sang gadis- Lisa mengelus pelan seekor kucing hitam yang merupakan familiar dari sang penyihir.

“Manusia yang tinggal di sana tidak akan pernah berubah. Hanya butuh waktu sampai mereka mencari mainan baru untuk diperlakukan seenaknya”

“Lucu sekali bukan? Selama ini mereka memanggil anak laki-laki yang seumuran denganmu itu penyihir. Menghinanya, menyakitinya, menuduhnya melakukan segala hal buruk. Tapi hanya dalam satu malam ini- semuanya memanggilnya pahlawan karena telah mengungkapkan identitas sang penyihir yang sebenarnya, yaitu dirimu”

Menaruh telunjuknya pada kening sang gadis, “Akan tetapi tidak baik kalau kau mengikutiku. Jadi sekarang ayo kembali? Dan lupakan saja semua yang terjadi malam ini”

Namun sang gadis yang masih terdiam di tempatnya dengan wajah bingung, membuat sang penyihir merasa heran, “Loh? Jangan-jangan...” Gumamnya

Masih merasa bingung, namun helaan nafas sang gadis terdengar kemudian, “Tinggal disana, tidak cocok untukku. Lagipula pergi bersama tuan penyihir lebih menarik. Aku tidak akan menganggu, jadi-”

Memegang ujung coat sang penyihir yang terlihat berlumpur dan rusak karena kejadian “Penguburan sang penyihir” barusan, Lisa menatapnya dengan tatapan yang kalau sejujurnya sang penyihir bisa katakan, baru pertama kali ia lihat kedua manik berwarna kuning tersebut bersinar bak bintang yang kini menyinari mereka.

Terkekeh kecil, baiklah. Lagipula tidak ada salahnya bukan? Rasanya seolah menemani anak gadis tersebut bermain. Tapi tentunya, diawali dengan memberikan sedikit kejahilan tidak masalah, bukan?

“Apa kau yakin? Aku-”

Menggantungkan ucapannya sejenak, angin malam menghembus keduanya. Suasana yang mendadak mencekam membuat tubuh sang gadis terasa bergetar. Senyum masih terulas di wajah sang penyihir bersurai pirang tersebut. Namun kali ini, terasa menyeramkan. Membungkukkan diri, mendekatkan wajahnya pada sang gadis mungil.

“Aku adalah seorang penyihir. Aku bukan lagi seseorang yang menyamar menjadi anak kecil seumuranmu dan tinggal di desa tersebut”

Memperhatikan lamat-lamat raut wajah yang terlihat takut, namun masih berusaha berani tanpa mengalihkan pandangannya pada sang penyihir tersebut.

“Kau tidak takut padaku, nona kecil?”

Menarik nafas sejenak, sang gadis berusaha menenangkan dirinya, “Setidaknya tuan lebih baik daripada mereka yang ada di sana”

“Darimana kau tau? Padahal bisa saja aku punya rencana lain yang lebih jahat?”

“Anak yang sekarang menjadi pahlawan itu... penyihir juga, bukan? Tadi aku melihat kalian berbicara. Semua yang tuan penyihir lakukan adalah untuk membantunya bukan? Lagipula tuan tidak membuat kerugian apapun di desa tersebut”

Tampak semakin tertarik, sang penyihir mengangguk-angguk kecil. “Kau tau bukan, kalau tidak baik menilai orang secepat itu?”

“Intinya instingku mengatakan kalau tuan bukan orang jahat, dan lagi tuan penyihir lebih baik daripada penduduk desa tersebut. Apa tuan tau? Terkadang manusia lebih menyeramkan daripada penyihir atau hantu sekalipun”

“Menginjak yang lemah hanya untuk kepuasan diri... begitu tamak dan hanya mementingkan keuntungan diri...”

Kekehan kecil kembali terdengar, yang membuat sang gadis merasa bingung. Namun satu tepukan lembut yang terasa hangat mendarat di kepalanya.

“Bukankah mereka sangat menarik? Aku suka sekali melihat berbagai macam reaksi dan hubungan yang mereka buat satu sama lain”

“Tuan penyihir sangat aneh”

“Haha! Lagipula penyihir itu abadi, nona kecil. Melihat kalian sungguh menghiburku. Seperti misalnya dirimu, meskipun berkata begitu, bukankah kau tetap berada disini karena menyukaiku?”

Rona merah terlihat merekah di wajah sang gadis meskipun ditengah gelapnya malam, “A-aku hanya tertarik pada perjalanan tuan penyihir saja karena desa tersebut berisi orang-orang yang menyebalkan!”

Senyum diberikan- merasa puas melihat reaksi sang gadis. “Lily” Panggilnya perlahan, kemudian sang kucing hitam pun mendekat padanya dan berubah menjadi seorang anak perempuan kecil.

“K-KUCINGNYA-!!”

Dengan kedua manik yang kembali berbinar antusias, Lisa mengelus pelan kepala Lily yang kemudian dihadiahi gigitan pada tangannya- bak anak kucing yang sedang siaga.

“Hmph, aku hanya mengizinkanmu di sisiku karena master berkata demikian”

Tawa kecil sang gadis terdengar. Begitulah, awal mulanya. Bagaimana sang gadis dapat merasakan cinta, kehangatan, melihat indahnya dunia, namun juga merasakan sakitnya harus pergi, dan melepas seseorang yang teramat sangat berharga baginya

✨️

Lisa selesai memakai pakaiannya. Bersiap untuk pergi meninggalkan rumah sederhana nya. Di dunia ini, kali ini. Ia adalah seorang petualang yang ditugaskan membunuh komplotan raja iblis.

Rasanya entah sudah berapa lama sejak terakhir kali Lisa bertemu dengannya. Namun bagaimana caranya? Kali ini ia tidak terlahir di dunia tempat mereka bertemu dan berbagi perasaan.

Melirik ke arah ruangannya yang terasa sepi. Menenangkan. Namun di sisi lain, ia merindukannya. Saat-saat dimana ia tidak masalah dengan suasana ramai yang membuatnya merasa nyaman.

✨️

“Tolong satu kamar yang berukuran besar”

Sang pemilik penginapan terdiam sejenak, termenung memandang ketampanan laki-laki di hadapannya yang bersama dengan dua anak kecil dalam gandengannya.

“Tuan... keberatan kalau menikah lagi?”

“IBU?!”

Mendengar teriakan sang anak, membuat sang pemilik penginapan berdeham sejenak. “A-ah maaf kalau lancang. Tapi- hm... bagaimana kalau tuan menyewa dua kamar saja? Apa tuan tau? Anak gadis itu cepat sekali tumbuh dewasanya. Berapa umur nona kecil ini?”

”... 14 tahun”

“Oho~? Seumuran dengan putra saya rupanya! Bagaimana kalau menjodohkan kalian?”

“IBUUU?!”

“Haha! Ibu hanya bercanda nak, tapi kurang lebihnya seperti itu tuan. Dalam 4 atau 5 tahun lagi anak ini pasti akan tubuh menjadi wanita yang cantik. Sebaiknya dibiasakan saja ia tidur sendirian sejak sekarang”

Tampak berpikir, “Hm... benar juga ya” Gumam sang penyihir, yang kemudian tersenyum lembut dan menepuk pelan kepala Lisa.

“Sayang sekali, padahal papa takut Lisa merasa kesepian kalau tidur sendirian”

”?! TUAN KAN BUKAN- ... maksudku, aku sudah besar. Jadi tidak seperti itu”

Tawa sang penyihir terdengar, “Maaf, sebenarnya sejak mengetahui kalau putri saya ini diadopsi, dia mulai berhenti memanggil saya 'Papa' karena katanya merasa hal tersebut kurang sopan. Tapi kalau begitu tolong ya dua kamarnya” Ucapnya dengan nada khawatir

“Astaga... tidak apa, nona kecil ini pasti hanya sedang dalam fase puber saja. Semakin besar dia akan mengerti. Baiklah, siapa nama tuan?”

“Panggil saja aku Comte de Saint-Germain”

“Astaga! Apa tuan merupakan seorang bangsawan?!”

“Haha, kurang lebihnya seperti itu. Akan tetapi saat ini saya hanya seorang ayah yang menyayangi kedua putrinya dan ingin hidup bebas dalam kedamaian”

Kunci kamar pun diberikan. Sesampainya di kamar, Lisa menghampiri sang penyihir sejenak, “Bukankah nama tuan adalah Abel?”

“Ah, sebenarnya itu adalah nama asliku. Tapi aku akan lebih nyaman dikenal sebagai Saint Germain. Tolong bantu rahasiakan saja ya?”

✨️

Mengingat satu demi satu memori seperti yang sedang ia lakukan saat ini, selalu membuat dada Lisa terasa hangat. Namun juga terasa amat sangat menyakitkan.

Waktu berharga yang telah berlalu itu, tidak akan pernah kembali.

Dan ia memahaminya lebih dari siapapun.

Melangkahkan kakinya keluar rumah, Lisa menemui beberapa rekan perjalanannya. “Ah, Lisa! Tadi pagi ada beberapa informasi. Kami telah menemukan lokasi kastil tempat tinggal sang raja iblis”

“Benarkah?”

“Iya, di sanalah tempat sang raja iblis terakhir kali terlihat. Bersama anak perempuan kecil berambut hitam yang merupakan bawahannya”

Aneh. Ada yang aneh. Rasanya semua terlalu familiar. Bahkan ucapan barusan seolah menghantam jantungnya.

Mungkinkah...?

“Abel...?”

✨️

“Lisa, um... soal surat yang kuberikan kemarin...”

Ah, betapa rasanya sang gadis tidak ingin membahas itu. Enam tahun ia dan sang penyihir tinggal di penginapan ini, dan selama itu pula dia beberapa kali mendapat pernyataan cinta. Kali ini, dari putra sang pemilik.

“Maaf...” Hanya satu kata tersebut yang pada akhirnya dapat ia gumamkan.

Tidak bisa ia pungkiri, Lisa telah jatuh kepada seseorang. Sejauh ia ingat, sudah lebih dari satu tahun sejak pertama kali ia merasakannya. Ketika tangan yang lembut milik seseorang tersebut menyentuh kepalanya, rasanya berbeda. Membuat jantungnya terasa berdegup lebih kencang. Tentunya ia sendiri juga tidak mengerti, apa yang berbeda dari elusan yang dulu maupun sekarang?

Helaan nafas sang gadis terdengar kemudian begitu putra sang pemilik tersebut pergi. Hingga suara langkah kembali terdengar.

“Kenapa tidak diterima?”

”...” Memilih untuk tidak menjawab, Lisa mengalihkan pandangannya. Hingga akhirnya suara sang gadis memecah keheningan, “Apa menurutmu jawabannya, Tuan Penyihir?”

Tampak berpikir, “Hm... menurutku itu bukanlah pilihan buruk. Kau dapat tinggal disini nantinya, dan aku dapat menjadi ayah yang-”

Sang gadis yang memandangnya dengan manik berkaca-kaca membuat sang penyihir menghentikan kalimatnya.

“Apa seseru itu? ... berpura-pura menjadi ayahku?”

Keheningan kembali mengisi keduanya, hanya dapat terdengar suara keramaian dari luar penginapan yang saat ini tengah kosong tersebut. Puncak festival yang diadakan di perkotaan, membuat sebagian besar penghuni memilih untuk mendatanginya.

“Kalau memang itu maumu, aku akan menikah dengan seseorang. Aku akan hidup dan tinggal disini. Tuan penyihir dan Lily dapat pergi. Kulakukan semuanya sesuai keinginanmu sejak awal. Benar bukan?”

Tepukan hangat kembali Lisa rasakan pada kepalanya. Rasanya Lisa ingin melepaskannya, gestur hangat seperti itu hanya akan membuatnya semakin jatuh. Dadanya terasa semakin sakit, begitu menyadari kalau ternyata ia telah mencintai sang penyihir sedalam ini.

“Kalau begitu biar aku kabulkan satu permintaanmu. Apapun itu”

“Permintaanku? Dasar... bukankah Tuan Penyihir sudah tau jawabannya?”

Menghapus air matanya sejenak, sang gadis tersenyum pahit, “Yang kuinginkan... hanya agar kau dapat mencintaiku”

Namun tidak seperti yang ia bayangkan, hal yang detik berikutnya Lisa rasakan adalah kehangatan dari tubuh yang memeluknya erat, tangan yang perlahan terulur dan mengangkat wajahnya dengan lembut, dan sensasi dari sesuatu yang menyentuh bibirnya.

Jarak kembali diberikan oleh sang penyihir, namun Lisa masih terdiam- tidak mampu berpikir jernih.

“Apa itu... hanya bagian dari tanggung jawabmu sebagai penyihir yang akan mengabulkan apapun?”

Sentuhan lembut kembali ia rasakan, kali ini pada pipinya. Tangan yang lebih besar dari miliknya tersebut mengelus lembut wajahnya, “Bukankah kau tau kalau penyihir tidaklah sebaik itu?”

“Lantas...? Kenapa kau melakukannya?”

Senyum hangat kembali diberikan, sebelum bibir sang penyihir kembali bertemu dengan milik sang gadis. Menciumnya lembut, membagikan rasa hangat yang selama ini juga tertahan dalam dadanya.

Entah sejak kapan... gadis tersebut terlihat sangat dewasa di mata sang penyihir. Indah, dan membuatnya merasa ingin memilikinya- hanya untuk dirinya seorang.

Kecupan kecil tersebut berubah menjadi lebih dalam, membuat sang gadis bahkan kesulitan bernapas. Namun rasa manis tersebut membuat sang penyihir merasa candu- terlalu sulit melepaskannya. Dapat memberikan dan menerima afeksi sebanyak ini, bagaimana sang penyihir dapat menolak?

Di kehidupannya yang panjang, sang penyihir menyayangi dan mencintai manusia. Namun untuk pertama kalinya, ia merasakan kebahagiaan sebanyak ini.

Jarak yang kembali hadir di antara keduanya membuat sang penyihir melanjutkan kalimatnya, “Aku mencintaimu, Lisa”

“Setelah ini, Lily harus menghapus ingatan banyak orang”

“Kenapa?”

“Tentu saja karena kita harus pindah, dan meresmikan hubungan baru kita, bukan?

.

“Jangan lupa kerjakan bagian sana- Ah! Selamat datang tuan! Kalau lancar, seharusnya minggu depan rumah ini sudah dapat tuan tinggali. Oh?! Apakah ini anak dan istri anda yang sering anda banggakan itu?”

Ucapan tersebut membuat rona merah padam merekah pada wajah Lisa. Panggilan yang belum terbiasa ia dengar tersebut membuat perutnya terasa diisi banyak kupu-kupu. Apalagi ditambah dengan rangkulan lembut pada pinggangnya.

“Benar, kuharap kami dapat segera tinggal disini”

“Tentu saja tuan! Ah, apakah nyonya mau ikut saya pergi melihat-lihat?”

Anggukan kecil diberikan sebagai jawaban, namun sebelum itu satu kecupan kecil mendarat pada pipi Abel. Disertai Lily yang turun dari gendongan Lisa dan mulai memeluk kakinya.

Tawa gemasnya terdengar, kemudian mulai mengangkat Lily dan mengelus kepalanya perlahan.

Menutup mata sejenak. Ah, jadi inikah perasaan cinta dan bahagia yang sebenarnya? Tentu saja selama ini ia selalu memperhatikan para manusia mengungkapkan hal seperti ini satu sama lain. Atau saat kawannya mengatakan hal serupa. Namun untuk pertama kalinya ia dapat merasakannya.

“TUAN!!”

Suara teriakan dan kegaduhan membuat Abel kembali membuka matanya. Dan yang detik selanjutnya ia dengar membuat jantungnya terasa seolah akan berhenti seketika.

“CELAKA! ADA YANG TERTIMPA!!”

To be continue