Encounter

Hanya sebuah cerita singkat mengenai pertemuan sang gadis dengan pemuda yang merupakan cinta pertamanya tersebut

Sebuah pertemuan simpel, namun cukup untuk membuat pipi sang gadis bersemu tipis setiap mengingatnya

Vil Schoenheit (Twisted Wondeland) x Hoshizora Yuuki (OC based on Yuu [Player] )

👑🌻

────────────

Sang gadis kembali menghapus air matanya. Rasanya berapa kalipun ia berusaha menghentikan tangisnya, air tetap tidak dapat berhenti mengalir begitu ia kembali melihat buku catatannya yang biasa ia simpan serapih mungkin di dalam tasnya, kini berserakan dengan keadaan telah tercerai-berai pada tempat sampah di hadapannya.

Sesak, ia benar-benar merasa frustasi. Sebenarnya bukan baru pertama kali ia mengalami perundungan seperti ini. Bahkan saat ia berada di dunia aslinya pun, bukan berarti ia juga tidak pernah mengalaminya sama sekali. Hanya saja yang kali ini benar-benar terasa menyakitkan baginya.

Mempelajari hal baru- adalah salah satu kegiatan yang disukai sang gadis. Bisa mempelajari berbagai macam hal baru di dunia yang asing ini terasa cukup menyenangkan bagi sang gadis hingga tanpa sadar, ia menjadi cukup antusias dalam urusan pelajaran.

Lusa sebuah tes kecil akan diadakan, maka dari itu sang gadis pun mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Ia tahu bahwa dirinya sangat tertinggal, kalau tidak segera menyusul maka tentunya ia akan menjadi beban bagi Grim. Jadi sudah sewajarnya bukan bagi gadis tersebut untuk belajar sedikit lebih keras daripada murid lainnya?

Ditambah lagi sang gadis memiliki shift kerja sambilan di Mostro Lounge, ia tidak tahu akan sempat belajar atau tidak. Maka dari itu semalam- ketika sang gadis memiliki waktu luang, sang gadis pun mengisinya dengan belajar dan membuat catatan hingga tanpa sadar ia pun tidur terlalu larut.

Dan kini, sang gadis bernama lengkap Yuuki Hoshizora tersebut melihat catatan yang telah ia buat sedemikian rupa telah tercerai-berai di tempat sampah.

Ia merasa lelah. Padahal sang gadis kira di dunia ini ia dapat menghilangkan perasaan lelah yang selalu ia rasakan di dunia aslinya tersebut. Sang gadis tidak mengerti, kenapa ia harus mendapatkan perundungan hanya karna nilainya lebih bagus daripada murid-murid sebayanya yang bisa menggunakan sihir?

Yuuki menghela nafas panjang, hanya karna tidak bisa memakai sihir saja sudah seperti ini, apa ia akan mendapatkan perundungan lebih parah apabila identitas aslinya sebagai seorang perempuan terbongkar?

“Ara? Kau bisa menangis juga rupanya. Padahal dari yang kudengar Prefect dari asrama Ramshackle adalah seorang pemuda dengan sifat kuat dan tangguh di situasi apapun”

Sang gadis refleks menahan nafas nya saat mendengar sebuah suara dari belakangnya, dan yang pertama kali kedua maniknya lihat adalah kedua manik sewarna permata amethyst milik pemuda rupawan di hadapannya.

'Indah...' adalah batinnya saat itu, kedua manik tersebut benar benar indah hingga sang gadis merasa seolah tidak ingin memalingkan wajahnya sedetikpun

Sang pemuda tersenyum, “Ada apa? Baru pertama kali melihat wajah seindah ini ya? Sampai-sampai air matamu langsung berhenti seperti itu” Ucap sang pemuda terdengar percaya diri

Sang gadis segera mengumpat di dalam hatinya. Apa pemuda tersebut melihatnya menangis? Sial, padahal selama ini ia selalu menahan segala perasaannya rapat-rapat. Terlihat lemah hanya akan membuatnya semakin tertindas bukan? Maka dari itu ia selalu mempertahakan sifat tenang dan riang yang dimilikinya. Bahkan di depan Grim sekalipun, ia benar-benar belum pernah menangis di hadapan siapapun sejak tiba di dunia ini.

“Um... surai pirang dan manik berwarna ungu itu... Vil Schoenheit-senpai, ketua asrama Pomefiore ya?” Gumam Yuuki

“A-ahaha apa maksud senpai? Barusan aku hanya berkeringat saja, bukankah cuaca saat ini terasa sedikit panas?” Tambahnya kemudian disertai tawa canggung

Tangan sang pemuda terangkat, sedikit mengangkat dagu sang gadis, “Hm... boleh juga. Ternyata benar sesuai rumor, kau memiliki wajah manis dan imut. Ditambah lagi kau juga memiliki banyak potensi. Andai saja kau merupakan murid Pomefiore, aku pasti akan memolesmu agar terlihat lebih indah”

“Tapi sayangnya aktingmu benar-benar buruk. Lagipula apa salahnya kalau aku melihatmu menangis?”

Sang gadis hanya menghela nafas panjang. Ini pertama kalinya mereka bertemu, tapi entah mengapa rasanya ia tidak akan pernah bisa menipu pemuda di hadapannya.

Merasa tidak mendapat jawaban, sang pemuda memilih untuk melangkah kemudian duduk pada salah satu bangku di dekat mereka. Tangan kanannya menepuk bagian kosong di sebelahnya, “Ayo kemari, kau tidak akan mau mengobrol denganku dengan kaki pegal karna terus berdiri, bukan?”

Merasa tidak bisa menolak, sang gadis pun memilih untuk duduk di samping sang pemuda. Biarlah, toh bel pulang sekolah juga sudah berbunyi sejak ia tiba di tempat ini.

“Apa aktingku seburuk itu?” Gumam sang gadis tanpa sadar

“Tentu saja. Dengan kedua mata sedikit memerah dan sembab seperti itu, sudah terlihat jelas kalau kau habis menangis. Ditambah lagi tawa canggungmu itu sudah cukup untuk memperjelas bahwa kau tidak pandai berbohong”

Kedua manik sewarna laut dalam milik sang gadis melebar, terlihat sedikit antusias. “Padahal baru beberapa menit kita bertemu, tapi senpai sudah menyadarinya? Hebat sekali...”

Senyum merekah di wajah sang pemuda, “Bukankah wajar saja bagi seorang aktor sepertiku dapat menyadari hal sejelas itu? Kalau kau bergabung ke Film Research Club, aku tidak akan keberatan berbagi pengetahuanku padamu”

“Ah, sayang sekali. Sebenarnya aku sudah bergabung ke Light Music Club, rasanya kalau menambah satu ekstrakulikuler lagi aku tidak akan sanggup”

“Hm, begitu rupanya. Ah, kudengar beberapa hari yang lalu kau meledakkan ramuan bersama dua murid dari asrama Heartslabyul. Sebenarnya aku sedikit penasaran kenapa bisa sampai meledak seperti itu”

“Itu bukan salahku! Saat itu ramuanku dan grim hampir selesai, Ace pun berniat menuangkan cairan random ke ramuanku agar aku tidak selesai lebih dulu daripada ia dan Deuce. Awalnya ia hanya berniat iseng saja, dan tentu saja Deuce menahannya. Tapi entah awalnya bagaimana, Deuce tidak sengaja mendorongnya dan cairan itu pun tumpah semuanya ke dalam ramuanku”

“Dan kelanjutannya sesuai yang senpai tau. Ramuanku pun meledak, tapi sebenarnya tidak sebesar itu sampai bisa dikatakan meledak. Namun cukup membuat keduanya terlihat dipenuhi debu hitam di seluruh wajah dan pakaian mereka. Ditambah lagi setelah itu Crewel-sensei menghukum mereka. Ah, rasanya kalau mengingat wajah mereka di hari itu aku bisa tertawa terbahak-bahak lagi” Ucap sang gadis disertai tawa lepas

Sang pemuda pun hanya diam menyimak sang gadis disertai senyum yang masih merekah di wajah rupawannya. Sebenarnya ia hanya kebetulan saja mendengar cerita tersebut dari Epel tempo hari, dan tidak terlalu penasaran dengan detailnya. Ia bertanya hanya untuk membuat sang gadis merasa lebih baik saja.

Ia menyadarinya, kalau yang saat ini duduk di sampingnya adalah seorang perempuan. Walau ditutupi dengan pakaian berukuran besar sekalipun, pinggang sang gadis yang terlalu kecil untuk ukuran laki-laki tersebut tetap bisa terlihat. Bahkan dibandingkan Epel yang sering dikira perempuan, wajah Yuuki juga terlihat sedikit lebih manis. Katakan saja, instingnya sebagai aktor dan model sejak kecil membuatnya percaya diri terhadap kebenaran dari analisa singkatnya tersebut.

“Lalu setelah itu- Ah... U-um... maafkan aku. Tanpa sadar sepertinya aku jadi terlalu antusias bercerita...” Gumam Yuuki saat melihat Vil hanya memperhatikannya dengan seulas senyum di wajah

Sang pemuda tertawa kecil, “Tidak apa-apa, rupanya menarik sekali melihat sang Prefect asrama Ramshackle yang terkenal tenang dan pintar tersebut ternyata bisa bercerita antusias seperti ini. Jadi? Sudah lebih baik”

Kedua manik milik Yuuki kembali melebar, “Sudah! Terima kasih banyak” Ucap sang gadis dengan senyum cerahnya

Vil terdiam melihat senyuman Yuuki. Terlihat manis dan cerah, membuat dadanya seketika menghangat. Entahlah, ini bukan pertama kalinya ia melihat senyum manis dari seorang gadis, jadi kenapa mendadak ia merasa gugup hanya karna melihat satu senyuman tersebut?

Angin menghembus lembut surai Yuuki yang terlihat mulai memanjang tersebut, mungkin hanya dalam hitungan satu atau dua bulan lagi gadis tersebut benar-benar akan terlihat seperti gadis manis dengan surainya. Sebenarnya dengan surai pendek seperti saat ini saja Yuuki sudah terlihat cukup manis, bahkan sebenarnya ia tidak terlalu terlihat seperti laki-laki. Bagaimana bila saat surainya memanjang nanti?

Sang gadis terlihat sedikit memiringkan kepalanya, terlihat bingung dengan Vil yang hanya memperhatikannya, “Senpai? Ada apa?” Ucap sang gadis yang membuat sang pemuda seolah kembali menapak tanah

“Ekhem... pokoknya baguslah kalau kau sudah merasa lebih baik. Sifat kuat dan pantang menyerah yang kau miliki itu cukup bagus, sebaiknya kau pertahankan”

Kini sang gadis yang terdiam mendengar ucapan Vil. Kuat dan pantang menyerah ya? Rasanya hampir tidak pernah ada yang memujinya seperti itu.

Senyum tipis merekah di wajah Yuuki, “Sebenarnya kurasa aku tidak sekuat itu. Lagipula barusan senpai melihatnya bukan? Menangis hanya karna buku catatanku hancur seperti itu, kurasa aku sudah berada di ambang batas rasa lelahku” Ucap sang gadis seraya melirik tempat sampah yang berada tidak jauh dari mereka duduk saat ini

Vil ikut melihat ke arah lirikan Yuuki. Ah, begitu rupanya, “Menangis tidak berarti kau lemah. Terkadang kita perlu melakukannya untuk melepaskan emosi yang terlalu lama terpendam...”

Sang pemuda memangku tangannya, mengulas senyum di wajah sebelum kembali melihat ke arah sang gadis, “Menurutku kau itu kuat, kalau tidak aku tidak akan tertarik padamu”

Wajah sang gadis mendadak memerah tipis, “E-eh?” Gumamnya yang kembali mengundang tawa pemuda bermanik sewarna amethyst tersebut

“Memerah hanya karna aku berkata seperti itu, kau ini manis sekali rupanya. Maksudku tertarik untuk berbincang berdua denganmu seperti ini. Seperti yang kukatakan tadi, kau bisa bertahan di dunia yang asing bagimu saja menurutku kau sudah cukup hebat. Terlebih lagi dari rumor yang kudengar nilaimu selalu stabil, bahkan di pelajaran ramuan. Kalau kau ingin diakui, jadilah kuat dan indah dengan kekuatanmu sendiri. Dan kurasa aku percaya, kalau kau bisa melakukannya”

Yuuki dapat merasakan matanya kembali memanas mendengar ucapan tersebut, “T-terima kasih...” Gumamnya seraya menarik nafas dalam-dalam

Sang pemuda kembali tertawa kecil, “Ara? Menangis hanya karna hal seperti itu? Kutarik kembali ucapanku, sepertinya kau memang tidak cukup kuat”

“I-ini hanya keringat! Seperti yang kubilang tadi, cuaca sedang panas. Lagipula bukannya tadi senpai yang mengatakan kalau sesekali kita harus menangis untuk mengeluarkan emosi yang tertahan?!” Protes sang gadis yang mengundang tawa dari sang kakak kelas rupawan tersebut

Yuuki dapat merasakan pipinya sedikit memanas saat melihat tawa yang terlihat tulus tersebut. Sang gadis pun segera mengalihkan pandangannya ke arah langit yang perlahan mulai terlihat oranye, “A-ah, sudah sore rupanya...”

Yuuki pun segera berdiri, “Aku harus segera kembali karna hari ini ada shift kerja sambilanku di Mostro Lounge. Sampai bertemu lagi, Vil-senpai!” Ucap sang gadis kemudian segera pergi sebelum sang gadis kembali berbalik ke arah sang pemuda

“Terima kasih banyak Vil-senpai!” Ucapnya sebelum kembali berlari kecil.

Sang pemuda tertawa kecil saat melihat siluet sang gadis perlahan menghilang. Gadis tersebut segera pergi dengan terlihat bersemangat walaupun sebelumnya kedua matanya masih terlihat sedikit sembab.

Senyum cerah kembali mengembang di wajah Yuuki. Ia benar-benar berterima kasih kepada kakak kelas yang baru dikenalnya tersebut karna berhasil mengembalikan suasana hatinya. Rasanya sang gadis sangat mengagumi pemuda yang baru dikenalnya tersebut. Vil tidak bertanya apapun, hanya menemaninya dan mendengarkan ceritanya. Sebuah hal simpel namun sukses membuat perasaannya kini terasa lebih baik.

Senyum dan kedua manik indah milik sang pemuda kembali muncul di benaknya. Membuat pipinya sedikit memerah. Kakinya segera berhenti melangkah, sang gadis menggelengkan kepalanya.

Tidak, siapapun pasti akan merasa gugup saat melihat senyum di wajah rupawan kakak kelas yang ia tahu juga berprofesi sebagai aktor dan model profesional seperti itu bukan?

Tidak, ini pasti hanya karna ia baru saja berlari. Jadi wajar saja kalau saat ini dadanya berdegup sedikit lebih kencang daripada biasanya bukan?

Sadarlah Yuuki, lagipula saat ini seharusnya tidak ada yang menyadari kalau ia seorang perempuan, kecuali Grim tentunya. Sang gadis menarik nafas dalam-dalam, sebaiknya ia tidak terlalu berharap banyak, agar paling tidak bisa bersekolah dengan tenang.

.

Vil kembali memangku tangannya- terhanyut dalam pikirannya dan sepertinya belum berniat pergi dari tempat duduknya. Sama seperti ucapannya tadi. Gadis tersebut, sepertinya sudah melewati banyak hal di dunia ini. Terlempar begitu saja ke dunia yang asing, sendirian tanpa membawa apapun. Dan kini dapat bertahan bahkan dengan nilai pelajaran yang selalu stabil. Diam-diam sang pemuda memuji kerja keras dan keberanian yang dimiliki sang gadis.

Entah mengapa Vil rasanya ingin menjaga gadis tersebut. Melindungi dan memberikan sang gadis banyak pengetahuan yang ia miliki. Kemudian memoles sang gadis agar menjadi lebih indah. Epel, lalu gadis tersebut. Sepertinya adik kelasnya tahun ini banyak yang memiliki potensi.

“Fufu, kurasa aku akan menantikan perkembangannya. Gadis kecil itu...”