Cerita Reksa

Sepulang dari Braga, Chandra mengajak Reksa untuk menginap di rumahnya. Tentunya tidak ditolak.

“Lebih enak daripada di rumah sendirian, repot harus masak sendiri.” Jujur Reksa.

Nyatanya, ia diseret ke dapur untuk membantu ibunya Chandra memasak makan malam. Chandra sendiri tidak diajak, karena sudah pengetahuan umum kalau manusia yang satu ini tidak bisa memasak.

Oleh karena itu dia mendapat privilege untuk lebih dulu berbaring di kasur, menanti hidangan lezat untuk santapan malam.

Sayangnya, malam ini Chandra tidak bisa menikmati tekstur kasurnya yang lembut dengan tenang. Dia kepikiran dengan masalah temannya.

Latar belakang Reksa, hanya Chandra dan Eli yang tahu. Itu pun karena mereka berdua sudah mengenal Reksa sejak kecil.

Rasanya payah sekali, dia tahu masalah Reksa tapi tak bisa membantu apa-apa. Ingin menelepon Om Jevan pun tak mendapat izin dari sang keponakan.

Reksa selalu bilang dirinya beruntung. Dia tumbuh dengan kasih sayang mamanya. Papa? Reksa tak kenal. Keluarga Mama? Reksa tak peduli. Yang terpenting Reksa punya kasih sayang dari Mama. Itu sudah cukup.

Tiga tahun yang lalu, Mama Reksa meninggal karena kecelakaan, meninggalkan Reksa sebatang kara. Tapi tak perlu khawatir, tak lama kemudian Reksa dijemput oleh pamannya.

Namanya Faresta Jevan, adik kandung dari mamanya Reksa. Jevan bilang, Mama menitipkan Reksa padanya. Reksa percaya. Sejak saat itu, Reksa dibesarkan oleh Jevan yang masih berusia 23 tahun.

Hingga sekarang.

Meski begitu, Jevan menetap di Jakarta bersama dengan keluarga ibunya Reksa. Reksa sendiri tak mau dipindahkan dari Bandung karena ia sudah diterima di salah satu universitas di sini. Akhirnya, Jevan membiarkan Reksa tinggal di rumah peninggalan ibunya sendirian. Namun, ia tetap melaksanakan tanggung jawabnya dengan membantu Reksa secara finansial. Meski tidak tinggal bersama, hubungan mereka cukup baik. Awalnya tiap hari bertelepon, saling menanyakan keadaan. Namun, lama-lama Jevan sulit dihubungi.

Akhirnya, entah sejak kapan, Reksa pun berubah menjadi tukang galau.

“CHANDRAAA, BANTUIN GUE NATA MEJA MAKAN KEK.”

Oke.

Chandra pun menaruh segala pikirannya dan bergegas melaksanakan titah si tukang galau.