Flashback Lucas (222)

Begitu Reksa masuk kembali ke dalam rumah, Lucas sudah duduk manis di sofa yang tadinya ditempati Nares.

“Kak, ada apa?” Tanya Reksa sembari duduk di hadapan Lucas. “Maaf, aku belum sempet baca pesannya. Penting, ya?”

Pemilik cafe tempatnya bekerja itu mengangguk. “Penting, tapi gak buru-buru, kok.”

“Tentang cafe?”

“Hmm... ya, bisa dibilang begitu.”

Reksa menaikkan sebelah alisnya. “Ada apa?”

“Gue gak basa-basi deh, ya. Gue kepengen buka cabang Dream's Cafe di Hongkong. Lo tertarik nggak, kalau gue ajak kerja di sana?” Tanya Lucas.

Pemuda yang mengenakan baju tidur itu spontan melongo. “Hah, eh, gimana, Kak?”

“Kerja lo di cafe selama ini memuaskan, ya walaupun cuma part time, sih. Tapi lo juga pekerja keras, gue bisa tau karena lo kelihatan banget serius kerjain skripsinya, gak kayak adek sepupu gue yang kerjaannya leha-leha.”

“Pfft, hati-hati aku aduin ke Eli.”

Lucas spontan memasang senyum tengil khasnya. “Kasih tau aja, cuma cecunguk kecil gitu mah gue gak takut.”

Reksa terbahak. Namun detik selanjutnya, ia kembali memasang wajah serius. “Ini beneran, Kak?”

Lucas mengangguk. “Seratus persen gak tipu-tipu. Denger-denger lo juga bisa mandarin, kan? Asli deh, Sa, lo udah perfect banget. Paham manajemen sama bisnis, ngerti tentang kopi dan pernah terjun ke lapangan, lancar inggris sama mandarin.” Pria itu mengacungkan jempolnya sambil memasang muka takjub yang dilebih-lebihkan.

“Boleh jelasin lebih detail, nggak?”