Practice Love

tw , cw // airplane crash , death , one sided love

main character: Huang Renjun (30) , Na Jaemin

based on “Practice Love”, a song released by JJ Lin in 2013 (which is also based on his own story)

25 Agustus 2030

“Rapat selesai.”

Satu persatu orang dengan setelan pakaian formal mulai meninggalkan ruangan itu, menyisakan dua orang pria dewasa yang tetap duduk di tempat mereka.

Lee Haechan, manajer dari Huang Renjun, menatap teman baik sekaligus rekan kerjanya itu dengan bingung. Kakinya gatal, ia ingin segera melepaskan dirinya dari kursi yang sudah didudukinya sejak satu jam yang lalu itu dan beranjak makan siang di restoran. Namun, temannya yang satu ini sedari tadi tidak juga menunjukkan tanda-tanda ingin keluar dari ruangan. Sebaliknya, Renjun tampak hanyut dalam pikirannya sendiri.

“Jun?” Haechan menepuk pundak temannya itu. “Lo gak apa-apa, kan?”

Orang yang bahunya ditepuk itu sontak melonjak kaget. Ia diam beberapa detik, lalu menggeleng pelan. “Gak, gak apa-apa.”

“Mikirin apa, sih?” Dahi Haechan mengkerut.

“Lagu.”

“Lagu?”

“Iya, lagu. Kak Mark bilang, untuk album kali ini, gue boleh compose lagu-lagunya sendiri. Hadiah untuk ngerayain sepuluh tahun dari gue debut.”

“Ya udah, ini kan bukan pertama kalinya lo bikin lagu sendiri. Bingungin apa? Jadwal? Takut gak ada waktu? Itu mah tugasnya gue buat ngatur kali.”

Renjun menggeleng sambil tertawa kecil. “Bukan itu.” Ia menunduk, meraba saku celana kainnya dan mengeluarkan dompet miliknya dari sana. “Gue bingung sama temanya, Kenangan Rahasia.”

“Hmm, lo gak kepikiran mau nulis tentang apa?”

Pria kecil berumur tiga puluh tahun itu kembali menggeleng. “Udah, cuma gue gak yakin apa gue bisa bikin kenangan ini jadi sebuah lagu...”

“Kapan sih lo pernah gagal.” Haechan tergelak. “Emangnya lo mau tulis tentang kenangan apa?”

“Tentang foto ini.” Renjun mengeluarkan foto miliknya dari dompet usang yang baru saja ia buka. Wajah Haechan tampak semakin linglung. “Ini? Ini elo, kan? Foto lo waktu... hmm, remaja?”

Sang artis mengangguk. “Mau tau gak, kenapa gue selalu ngelarang lo sembarangan buka dompet gue?”

Pertanyaan itu disambut dengan anggukan antusias dari Haechan. Ia memang selalu penasaran dengan hal ini. Pasalnya, mereka sudah saling mengenal lebih dari sepuluh tahun, tapi Renjun tak pernah membiarkan Haechan menyentuh dompet miliknya. Pernah sekali Haechan iseng menyembunyikan dompet temannya itu, namun reaksi Renjun malah di luar dugaannya. Artis naungannya itu menangis kencang di back stage begitu sadar dirinya kehilangan dompet. Haechan sampai bertanya-tanya, apa di dalamnya ada cek seharga satu triliun?

Renjun menunduk, ia memandangi dirinya yang tersenyum manis di foto hitam putih itu. “Ini bukan hanya tentang gue, tapi tentang pemilik dari foto ini.”


25 Juni 2016

Di belakang taman sekolah, tampak dua orang remaja sedang berjongkok. Raut wajah keduanya gelisah, namun dengan alasan yang berbeda.

“Na, ngapain, sih? Aku takut ketahuan sama guru! Jam istirahat kan udah beres.”

Remaja yang satunya terengah-engah, “Bentar, Jun. Kasih aku lima menit aja, please. Ini penting banget!”

“Ya udah, kamu mau ngomong apa?” Renjun cemberut. “Cepetan, aku pegel jongkok terus, mana harus sembunyi di sini lagi.”

“Eung...” Wajah Jaemin yang memang sudah merona karena sinar matahari semakin memerah. “Aku... suka sama kamu... Injun.”

“Hah?” Kontras dengan Jaemin, wajah Renjun justru memutih pendengar pernyataan itu. Ia meneguk ludahnya gugup. “M-maksudnya?”

“Aku suka sama kamu, lebih dari temen.”

”...” Renjun menggigit bibirnya. Ia tak berani menatap Jaemin. “Tapi... kamu tahu, kan? Aku sukanya sama Kak Jaehyun...”

Jaemin terdiam sejenak sebelum mengangguk. Mata remaja berusia enam belas tahun itu spontan meredup. “Aku tau...”

“Maaf...” Renjun menunduk. Kedua maniknya mulai berair. Melihat itu, Jaemin langsung merangkak maju sambil memeluk tubuh temannya. “Kok kamu yang nangis?!”

“Aku sedih... Pasti habis ini kamu ngejauhin aku. Kita gak bisa jadi temen lagi.”

Jaemin terkekeh. “Kata siapa? Aku gak akan pernah ninggalin kamu. Tenang aja.” Ia mengusap kedua pipi Renjun yang berlinang air mata. “Jangan cengeng, nanti jadi jelek.”

“T-tapi gak apa-apa, kan? Kalau aku suka Kak Jaehyun.”

Jaemin mengangguk. “Gak apa-apa. Kakak aku hari ini ada latihan basket sama Kak Jaehyun, mau nonton nggak?”

Mendengar itu, netra yang lebih tua langsung berbinar. Ia mengangguk antusias. “Mau! Tapi Nana bakal temenin aku, kan?”

Jaemin diam sebentar. Ia memandang binar Renjun yang menatapnya penuh harap. Pemuda itu lalu menyunggingkan senyumannya, “Pasti!” Ia menggenggam tangan Renjun. “Tapi kamunya gak boleh nangis lagi.”

Deal!


10 Februari 2017

“Injun, besok kan hari Sabtu. Sibuk, nggak? Kerjain PR bareng, yuk!”

Renjun lantas membalas suara yang keluar dari handphone-nya itu. “Ayo!”

Ia tersenyum kala jawabannya itu disambut dengan kekehan rendah khas sahabatnya, Na Jaemin.

“Eh iya, empat hari lagi Kak Jaehyun ulang tahun. Sorenya boleh temenin aku cari kado, nggak, Na?”

Hening.

Renjun berdeham canggung. “Kalau misalnya kamu sibuk gak usah juga ga-”

“Gak sibuk, kok! Ayo! Berarti besok aku bawa helm dua, ya.”

Senyum Renjun semakin mengembang. “Yeay! Nana emang baik banget! Sayang Nana banyak-banyak!”

“Nana juga sayang Injun.”


22 Juni 2017

Renjun menghentak-hentakkan kakinya kesal sambil mengerucutkan bibirnya. “Aku juga mau liburan!” Ia menggoyang-goyangkan lengan Jaemin. “Mau ke Singapura juga! Aaargh!”

Mendegar ocehan sahabatnya, Jaemin tertawa sambil mengusap rambut Renjun lembut. “Hei, aku ke sana bukan buat liburan, tapi buat nengok Papa sama Mama. Kamu kan orang tuanya ada di sini, ngapain mau jauh-jauh ke Singapura?”

Renjun menunduk. “Tapi kamunya gak ada di sini!”

Jaemin semakin tergelak. Ia membawa pria yang lebih kecil masuk ke dalam pelukannya. “Aku cuma pergi selama seminggu, Renjun.”

“Seminggu itu lama!”

“Tujuh hari lama dari mananya?” Jaemin menyentil kening Renjun pelan. “Udahlah, di sini juga ada Kak Jaehyun, kan? Habisin waktu kamu sama dia aja.”

“Maunya sama Nanaaaaa!” Renjun melepas pelukan Jaemin dan kembali menggoyangkan lengan temannya.

“Sampai di sana pun aku pasti rutin kabarin kamu, kok. Gimana? Tujuh hari gak akan kerasa selama itu.”

“Hng!” Renjun melipat kedua tangannya di dada. “Terserah, ah!”


29 Juni 2017