Untuk Antareksa Kesayangan Faresta Jevan

Halo, Reksa… apa kabar?

Om harap kamu baik-baik saja dan selalu bahagia. Reksa, sebelum baca ini, kalau kamu ada waktu, boleh baca buku yang ada di paket ini juga? Meskipun ada beberapa hal yang menurut Om tak perlu kamu ketahui, tapi ada hal lain yang Om rasa kamu berhak, dan harus tahu.

Pertama, kamu harus tahu kalau Om sayang sama kamu. Pertemuan pertama kita memang tidak diawali dengan hal yang baik, tapi, seperti yang Om tulis di dalam sana, kamu menjadi alasan terakhir buat Om untuk mencoba bertahan.

Iya, mencoba, meski akhirnya Om tetap gagal.

Kedua, Om harap kamu tahu kalau Om gak pernah berniat meninggalkan kamu sekali pun. Om gak mau membiarkan kamu sendirian. Maka, Om mengirimkan seorang malaikat buat kamu. Om harap, kamu gak keberatan, ya?

Gimana? Apa kalian sudah bertemu? Apa Om Nares baik sama kamu?

Om rasa iya. Dia orang yang baik dengan empati tinggi. Dia juga selalu antusias saat Om cerita tentang kamu. Om tebak, pasti kalian sekarang sudah jadi teman dekat. Bersepeda bersama, makan bubur bersama…

Ah, Om Jevan jadi iri.

Ketiga, Reksa, jujur, Om takut sekali. Om takut kalau suatu hari nanti kamu harus bertemu dengan keluarga kita, tanpa adanya Om yang bisa lindungi kamu. Om takut mereka mengatakan hal yang menyakitkan tentang mamamu dan kamu. Satu hal yang pasti, kalau hal itu terjadi, tolong ingat baik-baik, Antareksa. Semua hal negatif yang mereka bilang itu salah. Semuanya salah besar.

Ah, sekarang saja Om sudah bisa membayangkan apa yang akan mereka katakan padamu.

Reksa, kamu itu berharga. Kamu disayang banyak orang. Kak Thalia, Om Jevan, teman-temanmu, dan di kemudian hari, Om yakin kamu akan mengenal lebih banyak orang, dan orang-orang itu pun akan sayang sama Reksa.

Keempat, apa kamu sudah lihat amplop lain yang agak tebal? Iya, di dalamnya ada asuransi, informasi bank, dan… ah, pokoknya kamu bisa lihat sendiri. Itu semua milik kamu. Tolong selalu ingat untuk makan dengan benar, beli baju bagus, bermain bersama teman-teman, nikmati masa kuliahmu. Gak perlu terburu-buru mencari kerja. Kalau kamu bingung harus melakukan apa dengan dokumen-dokumen itu, tanyakan saja pada Nares. Dia akan mengurus semuanya.

Kelima… Reksa, saya tak tahu sudah berapa kali bilang ini, tapi Om harap kamu jangan benci sama Om.

Ah, tapi, kalau pun benci juga tak apa. Om mengerti, itu manusiawi. Om pun takut dan malu dengan diri sendiri. Yang terpenting, Reksa harus sehat-sehat selalu dan jalani hidup dengan baik, ya? Om tahu Reksa orang yang kuat, lebih kuat dari Om, dan dari siapa pun.

Terakhir, kalau kamu berkenan, boleh sampaikan salam Om pada Nares? Om Jevan pengecut hingga akhir. Meski begitu, ada rasa tak tahu diri yang berharap perasaan ini bisa tersampaikan. Rasanya tak akan apa-apa jika dia tahu. Tak apa-apa jika dia merasa jijik, toh Om tak akan rasakan sakitnya lagi.

Tapi kalau kamu malu, Om juga mengerti, kok! Kalau kamu enggan mengatakannya, kamu bisa serahkan diary-nya pada dia, biarkan dia mencerna sendiri kalau dia mau.

Both of you are so precious to me.

Om tahu kalian bertanya-tanya mengapa Om memilih pergi, dan kalian berdua berhak tahu. Maka dengan tidak tahu malunya Om meminta kalian baca buku itu, karena Om sendiri tak sanggup menceritakannya di sini.

Ah, menulis ini saja Om sudah merasa malu. Kata-kata Kak Hendra terngiang-ngiang di kepala, haha.

Reksa, if there’s reincarnation, I hope we can meet again. As friends, as family.

I love you, I really do.