Setelah mendapati pesan dari Hanu, Justin pun langsung buru-buru keluar dari rumah nya membawa kunci mobil dan langsung menuju rumah pak Imran.
Dilihatnya di depan rumah pak Imran sudah ramai orang dan juga beberapa mobil, diantaranya mobil pickup yang mengangkut peralatan rumah tangga besar seperti lemari dan yang lainnya. Justin segera berlari ke arah mobil nya sembari tersenyum kepada beberapa orang yang berada disana. Lalu, ia melihat ada seorang pria paruh baya yang mendekat ke arahnya.
“Mobil nya ya dek?” tanya pria itu ramah,
Justin sambil tersenyum pun menjawab “Iya pak, maaf ya ngalangin. Kebetulan orang rumah lagi pada pergi, saya juga lagi di toilet tadi. Jadi gak kedengeran ada yang ngetok pintu.”
Pria paruh baya itu hanya tertawa kecil mendengar penjelasan Justin.
“Haha iya gapapa dek. Mobil adek gak ngalangin sepenuhnya kok cuma pas mau masuk mobil pickup aja gak bisa. Kalo barang yang lain mah dari tadi udah masuk rumah” jelas pria itu.
“Iya pak, maaf nih sekali lagi. Kalau gitu biar saya pindahin mobil nya dulu ya pak. Biar mobil pickup nya bisa masuk.” ucap Justin sambil merogoh kunci mobil yang ada di saku nya.
“Oh iya silahkan” balas pria itu.
Justin pun segera memindahkan mobil ke depan rumah nya. Ia agak kesal karena kalau ia ingat-ingat ini pasti ulah kakaknya yang selalu saja memarkirkan mobil di sebrang rumah mereka alias rumah kosong pak Imram sebelumnya, padahal di depan rumah mereka pun luas dan cukup untuk memarkirkan mobil mereka.
Setelah selesai memarkirkan mobil nya, Justin berniat untuk berpamitan kepada pria paruh baya tadi. Karena beliau pasti adalah penghuni baru rumah pak Imran yang dimana akan menjadi tetangga Justin nantinya. Ia segera menuju rumah tetangga nya kembali. Namun suasana yang pertama kali Justin lihat disana adalah semua orang sangat sibuk, ya itu pasti karena sedang pindah rumah kan?
Ia pun mencari pria yang mengobrol dengan nya tadi, namun ia tak melihat pria itu sama sekali. Justin pun berinisiatif mengelilingi halaman rumah untuk mencari pria tersebut. Tidak enak kan, kalau ia tidak berpamitan sama sekali karena pertemuan pertama mereka pun dikarenakan kesalahan nya. Walaupun banyak yang bilang Justin ini adalah orang yang bar-bar dan seenaknya, namun ia masih memiliki rasa sopan santun terhadap orang yang lebih tua.
Masih dalam pencariannya Justin menongok ke kanan dan ke kiri di halaman rumah tetangganya ini. Dan begitu terkejutnya ia karena yang ia temui bukan lah seorang pria, melainkan seorang gadis muda cantik yang tengah menikmati hembusan angin.
Namun, saat Justin melihatnya ia merasa tak asing dengan wajah gadis itu. Ia berusaha berpikir kembali, dimana kira-kira ia pernah bertemu dengan gadis tersebut?.
Tak lama, ia pun mengingat bahwa gadis itu adalah gadis yang ia temui di Mall saat itu yang mana gadis tersebut adalah love at first sight-nya. Sungguh saat ini hati Justin benar-benar merasa senang tak terbendung. Akhirnya gadis yang selama ini hanya selalu berada dalam mimpinya, kini ia temui secara langsung.
Tak butuh waktu lama, ia segera memfoto gadis itu untuk ia buktikan ke teman-temannya bahwa kali ini ia benar-benar bertemu jodohnya. Saat akan mengirimkan foto gadis itu ke grup whatsapp, seseorang menepuk pundak Justin sehingga ia belum sempat mengirimkan foto tersebut.
“Dek, masih disini?” ucap sang empunya tangan yang memengang pundak Justin.
Justin pun menoleh dan mendapati orang yang dicari-carinya sejak tadi, yaitu sang pria pemilik rumah baru ini.
“Eh iya pak, mau pamitan aja. Juga mau kenalan, saya Justin tetangga sebrang. Mungkin kalau butuh bantuan apa-apa bisa ke saya aja pak, saya stand by dirumah 24 jam kalo lagi libur. Hehe” kata Justin yang mencoba melucu sedikit diikuti dengan cekikikan garingnya.
Pria itu tertawa mendengar perkataan Justin, “Ah, kamu ini bisa aja. Kenalkan saya Bimo, pemilik baru rumah ini.”
Lalu, pak Bimo menengok ke arah depan dimana ia melihat gadis yang dari tadi Justin perhatikan.
“Nah kalau itu anak saya, namanya Zuri. Sepertinya seumuran dengan kamu ya?” tanya pak Bimo sambil menunjuk ke arah Zuri, anaknya.
Justin sedikit terkejut, dalam hati nya makin bergembira saat tau bahwa pujaan hatinya kini adalah tetangganya.
Justin pun segera menjawab pertanyaan dari pak Bimo tadi. “Mungkin iya pak. Emang anak bapak kelas berapa?” tanya nya.
“Kelas 2 SMA. Kalau kamu?” tanya pak Bimo yang masih penasaran dengan Justin.
“Oh, sama pak. Saya juga kelas 2 di SMA ANGKASA JAYA” jawab Justin yang berharap bahwa anak pak Bimo juga bersekolah di sekolahan yang sama dengannya.
Pak Bimo memancarkan raut wajah kecewa, “Yah beda sekolah, anak saya baru pindah di BINA BUANA HIGHSCHOOL”
Sama hal nya dengan pak Bimo, Justin pun juga merasakan kekecewaan. Namun tak begitu kecewa karena kalau ia pikir-pikir sekolahnya dengan sekolah Zuri itu tak terlalu jauh.
“Oh, BINA BUANA masih deket pak sama sekolahan saya.” kata Justin.
Pak Bimo agak tersenyum ketika mendengar perkataan Justin,
“Iya kah?” tanya nya.
“Iya pak, gak jauh kok. Kalau anak bapak butuh tumpangan bisa sama saya aja. Gratis pak, gak perlu ngongkos. Hehe” ucap Justin sambil cengengesan.
“Haha, bisa aja kamu Justin” balas pak Bimo tetawa lepas.
Dalam hati Justin lebih bergembira, pasalnya baru pertama bertemu saja sudah akrab dengan orang tua dari gadis yang disukainya. Pasti kedepannya lebih mudah untuk mendapatkan hati sang pujaannya tersebut.