Rumah Evelyn.

Sudah hampir 5 jam Alika dan Gama ada di kamar Eve. Ia bertiga sibuk membahas mengenai ujian-ujian selanjutnya dan juga plan liburan bareng yang akan mereka gunakan sebelum UN. Mereka sengaja menggunakan waktu sebelum UN untuk pergi bersama, karena setelah UN mereka pastinya akan sibuk mengurusi dunia pendidikan selanjutnya. Karena itu juga jadwal belajar bareng mereka semakin padat, mereka ingin berleha-leha sebelum UN agar tidak terlalu merasa stress nantinya.

Teringat kejadian kemarin, dimana Gama dan Alika melakukan deeptalk malam, Alika pun mengingat kalo sebelumnya Eve ingin bercerita, “Eve, kemarin tuh lo mau cerita apa sih, mau php-in kita doang ya?” tanya Alika sambil terkekeh.

“Engga lik, gapapa nih kalo gue cerita? sebenernya gue gak enak sih.” jawab Eve.

“Gak enak kenapa? santai aka kali” tanya Alika memastikan lagi.

Eve mengangguk, “Heem oke, gak enak aja karena harus flashback masa lalu, jadi kan kemarin itu lo berdua lagi bahas gak semua cinta harus terjawab, ya gue setuju, itu bener. Karena sebelum lo dateng lik, gue pernah suka sama Aukar, cuman emang gue bukan tipe Aukar kali ya, jadinya tertolak. Dulu awal-awal lo masuk, gue juga sempet jaga jarak, karena ya gue males aja liat lo. Bisa-bisanya anak pindahan bisa dapetin perhatian Aukar secepat itu.”

Alika membuka mulutnya menandakan dirinya kaget akan cerita tersebut, ia tak tahu kalau ada cerita antara Aukar dan Evelyn. Seperti yang Alika ceritakan sebelumnya, Aukar ataupun Evelyn tak pernah cerita sedikit pun tentang percintaannya.

“Sorry ya Eve, gue gak tau kalo dulu lo suka. Tapi kalo sekarang gimana? lo masih suka sama dia?”

Evelyn menggelengkan kepalanya, “gapapa lik, lo gak salah kok, yang salah gue karena iri sama lo. Untuk sekarang gue udah gak suka lagi kok ke Aukar, tenang aja.”

Alika menghela nafasnya, bukan karena ia takut ada wanita yang menyukai Aukar, ia takut kalau nanti ia kehilangan sahabatnya.

“Ooh oke, kalo gitu gue boleh tau ga eve sekarang lo lagi suka sama siapa?” tanyanya lagi dengan hati-hati.

“ka Mahesa. Krisna Mahesa.” jawab Evelyn yang berhasil membuat Gama dan Alika saling menoleh dan terdiam.