Hazelswrite

Perjuangan Chenji #DijodohinUniverse

Di rumah Jeno alias tempat tinggalnya Chenle juga.

Jisung datang untuk kesekian kalinya setelah tujuh hari lalu Chenle ghosting entah kenapa dia melakukan itu.

Tapi setelah bertanya pada Ka Doyoung yang lebih berpengalaman mendekati manusia tsundere semacam Renjun ia paham Chenle ini tidak ada apa-apanya.

“Chenle keluar, udah di depan ni.“Jisung menelpon singkat Chenle yang dari nadanya ia kaget.

Padahal keluarga Jeno sudah familiar dengan Jisung lagipula dia kan adik Jaemin tapi sayangnya hari ini mereka semua pergi, Chenle dirumah memegang kendali.

“Mau ngapain? Kan udah dibilang jangan ke rumah, biasanya juga ngabarin.” Balas Chenle

“Ya gimana gua gak kerumah, lu tiba-tiba menjauh lagi! Emangnya gua virus dijauhin, keluar atau gua panjat pager.” Ancam Jisung.

“Bodo amat, gua tuh masih aneh sama kelakuan lu ya perlu adaptasi. Mau lu akrobat disitu juga gua gak peduli.” Chenle mengakhiri teleponnya.

Ia berharap kalimat yang ia katakan pada Jisung cukup membuat lelaki itu pergi dari tempatnya, memangnya jisung kira ini adalah hal mudah?

Menjadi berbeda adalah hal sulit baginya yang sedari kecil hidup dari golden spoon, Chenle memilih mengabaikan panggilan lain yang datang dari Jisung.

Ia memilih kembali bermain game memakai headsetnya.

Hingga tak sadar sudah sejam ia bermain game dan hujan kini datang. Membuat dirinya mengantuk.

Namun belum saja ia sempurna tidur, telpon tak henti mengganggunya, ia siap mengomel jika itu dari Jisung tapi layarnya menampilkan nama sepupunya Jeno.

“CHENLE-YAAA!!!” Teriakan Jeno membuat Chenle langsung terjaga.

“Ngapain sih teriak-teriak, gua gak lupa matiin kompor kok, terus itu tiga kucing udah dikasih makan juga. Semuanya udah.” Chenle mengucapkan alasan-alasan yang biasanya membuat Jeno marah.

“Bukan! Itu Jisung nungguin depan rumah kehujanan! Ya ampun Chenle gua paketin pulang ke china yak kelakuannya bener2 .”

Kehujanan? Jadi sedari tadi Jisung belum pulang, lagipula bukankah ia memakai mobil kenapa dia begitu meresahkan.

Chenle membuka jendelanya untuk memastikan dan matanya membulat melihat

Jisung yang duduk di depan pagar kehujanan persis model video klip lagu galau.

ASTAGA SUDAH BERAPA LAMA? Chenle tanpa melanjutkan telepon Jeno bergegas mengambil mantel dan payungnya.

Ia bahkan tak peduli hanya memakai kaus tipis dan boxer lumba-lumba langsung menghampiri Jisung yang menunduk.

“Gua kan suruh lu pulang Jisung! Mau sakit apa gimana si lu bodoh banget.” Chenle dengan sigap berjongkok menyelimuti tubuh Jisung dengan mantel hangat.

“Sesuai apa yang di deklarasi itu bilang, tekad gua kuat le,” Jisung masih menyempatkan tersenyum sebelum tubuhnya Lele tarik dengan kemampuan yang ia punya masuk ke dalam rumahnya.

“Tapi jangan gak pake akal juga dong, berteduh di dalam mobil bisa atau gimana kek” Walaupun Chenle marah namun ia sekarang mendorong Jisung ke dalam kamar mandi menyuruhnya membasuh dengan air hangat.

“Mandi atau gua mandiin pake air mendidih!” Suruh Chenle.

Mendengar itu Jisung menutup kamar mandinya segera. Ia tidak mau mati muda, cukup melihat Chenle yang begitu khawatir sekaligus marah itu membuatnya terkejut ia padahal hanya sedang ingin hujan-hujanan barulah kalau reda Jisung pulang.

Entah pemikiran anak muda memang begitu.

“Ada baju bersih gak?” Jisung keluar hanya dengan handuk dibawahnya membuat Chenle yang melihatnya antara malu dan kesal karena apa itu kenapa tubuh Jisung lebih Bagus darinya!

Chenle melemparkan piyamanya, Jisung berniat menurunkan handuknya di hadapannya mengundang teriakan Chenle.

“Udah gila ya! Ganti di kamar mandi sana!”

“Kan lu gak suka sama gua ini jadi ngapain lah malu.”

Chenle memberi gesture mematikan, hingga Jisung menurutinya.

kenapa Jisung sangat menguji kesabarannya?

Jisung menghampiri Chenle yang duduk di ruang makan, ia telah memakai piyamanya.

“Makan dulu udah dibuatin ramen nih.” Chenle menyodorkan semangkuk hangat ramen, Indah sekali hidup Jisung setelah kehujanan ia dibuatkan masakan oleh calon kekasihnya. 😂

“Lain kali pakai akal ya, sumpah lu bener-bener gak takut sakit apa gimana.”

“Ya maaf, tadi twuh cwuma mawuh hwujan-hwujanan ajwah.” Jisung menjawab sambil memakan ramen panas.

Chenle tak menangkapnya dengan jelas, kalau ia dengar jelas pasti menyesali apa yang selanjutnya Chenle katakan.

“Jisung gua akan bilang ini sekali aja, gua mau.”

“Mau apa?” Rupanya pikiran Jisung setelah kehujanan agak lambat.

“Ya pikir aja mau apa.” Kesal Chenle padahal ia mengatakan itu mengumpulkan niat besar.

“Ramenya mau?” Jisung menawarkan makananya.

Chenle sudah siap dengan garpu di tangannya. “Coba pikir tolong jangan bilang pikiranya melempem gara-gara kehujanan kayak krupuk kena air.”

Jisung berhenti sebentar makan untuk lebih fokus berpikir, apa yang chenle mau?

Ah mau?

APA MAU JADI KEKASIHNYA?

“Jadi gua diterima sama Chenle.”

Chenle tidak menjawab malah menaruh handuk di kepala Jisung yang masih basah lalu mengeringkannya dengan mengusap-usap pelan.

“Ya gimana Jisung gak pantang menyerah, kan jadi yaudahlah.”

Jisung berhenti dari mengunyah, ia membalikkan badanya untuk memeluk Chenle yang berdiri di belakangnya.

“Terima kasih, padahal gua gak nyangka bakal diterima tau gini dari kemarin aja.”

Chenle hanya mengangguk dan menyingkirkan tangan Jisung, ya walaupun dia nyaman ingat dia masih adaptasi.

“Aku pulang atau nginep disini?” Tanya Jisung.

Sebentar? Ada yang berbeda.

“Langsung berubah begitu panggilanya ih apaan.”

“Kan statusnya berubah.” Jisung menaikkan alisnya.

Chenle menyerah, nasi sudah jadi bubur ia hanya bisa menerima itu, setelah melalui perdebatan panjang ia memutuskan Jisung boleh menginap asal…

“Gak boleh cium! Berulah kayak gitu lagi gua tusuk pake garpu.” Chenle menyiapkan garpu di nakas tempat tidurnya.

Iya sekarang mereka sudah berada di Kamar Chenle, ia berharap Mas Jeno cepat pulang walau dia sanksi sepupunya pulang apalagi kalau sudah bersama Ka Jaemin.

Jangan kira Chenle terlalu polos, ia tahu lebih banyak dari apa yang diduga.

Tapi ia takut terjadi apa-apa.

Kan khilaf tiada yang tahu, eh apa ia mengharapkan hal itu?

Tapi Jisung kini sudah berbaring di sebelahnya memegang bantal guling sambil menatapnya dengan senyum menyebalkan.

“Tidur sana! Kenapa liatin mulu sih.” Wajah Chenle memerah ia malu lah ya dilihat orang yang dicintainya ini.

“Kan ganteng makanya aku liatin terus.”

“Mau tidur aja ngalus, udah balik ke arah sana!” Chenle mendorong paksa tubuh Jisung berbalik, yang didorong sepertinya juga sudah lelah makanya menurut.

Baru beberapa menit ia mendengar Jisung terlelap, Chenle mengambil sebotol minyak telon di laci kamarnya kemudian membalurinya ke perut Jisung, hingga leher.

Tiada nafsu atau apa yang ada hanyalah rasa peduli Chenle takut lelaki yang lebih muda itu masuk angin.

Setelahnya Chenle memandangi wajah Jisung yang tertidur, ah jadi begini nyata rasanya melihat orang yang biasanya ia hanya bisa pikirkan sebelum tidur.

Jisung tidak jelek-jelek amat dijadikan pacar, ganteng kok tapi tidak lebih ganteng darinya tentu.

Sebuah ide terbersit di pikirannya, Chenle mendekati wajah Jisung.

CUP!

Ia cium rambut Jisung yang Wangi shampo Johnson top to toe miliknya yang tidak pedih dimata.

Satu sama pikir Chenle walau ia belum berani mencium pipi seperti kelakuan Jisung kala itu tapi ia senang setidaknya sudah terbalaskan.

Oke waktunya tidur.

Chenle tak tahu Jisung belum sepenuhnya tidur apalagi ketika bagian perutnya disentuh ia sempurna terjaga tapi memaksakan dirinya terpejam berakhir tidur dengan senyuman selebar-lebarnya.

*****

Paginya.

Chenle tidak menemukan Jisung di sampingnya seperti waktu itu ia menginap di rumah ekhem pacarnya itu yah ia tidak bisa lihat pemandangan Jisung bangun tidur lagi.

Atau jangan-jangan semalam hanya mimpi Chenle mulai delusi

Ia meraba-raba kasur di sebelahnya bahkan rapih.

Chenle kebingungan hingga pintu kamar terbuka memperlihatkan Jisung membawa nampan berisi waffle yang ia ragukan rasanya…

“Pagi tuan muda Chenle, saya Jisung pelayan tuan hari ini.”

Demi mendengar itu Chenle tertawa yang terdengar persis seperti lumba-lumba.

“Kenapa Sih?” Ia masih tertawa.

“Biar berbeda tuan, ini sudah disiapkan.” Jisung menaruh nampan sarapan di kasur Chenle.

“Oke pelayan wafflenya dicoba ya.” Chenle merasakan waffle yang mungkin terlalu banyak minyak dan selai coklat yang membuat rasanya jadi ya buruk.

Ia tidak tega mengatakannya tapi Jisung melihatnya penuh harap itu membuatnya…

“Gak enak, kebanyakan minyak terus isian coklatnya juga mending gua yang masak aja ya gantian.”

Mengerjai Jisung itu memang seru tapi membuatnya senang lebih seru.

Chenle dengan cekatan membuatkan mereka Nasi Hainan, itu sarapan paling enak bagi Jisung ya maklumi dia bucin stadium 2 semoga tidak sampai 4 bahkan bulol.

“Kamu kapan balik ke China?” Tanya Jisung.

Ini sudah hampir dua bulan waktu libur semester, cepat atau lambat pertanyaan ini juga pasti ditanyakan.

Raut wajah Chenle berubah begitu mendengarnya.

“Aku tinggal nunggu lulus aja kan jadi sebenarnya masih bisa liburan santai tapi ya perusahaan banyak ga bisa nunggu.” Chenle mengatakannya dengan nada datar tapi bagi Jisung…

Sultan sekali pacarnya ini ya ampun apakah sanggup dirinya.

“Oke berarti kita manfaatkan waktu ini ya buat quality time.”

“Ya terserah.” Kata Chenle senang sebenarnya tapi gengsinya ituloh.

“Chenle kalau misalnya aku ajak jalan ke tempat yang gak terlalu mewah gapapa atau diajak makan pecel ayam pinggir jalan?”

“Hei, tenang gua gak jaim yang penting bersih bisa dimakan aja cukup. Jangan karena gua kaya lu minder.” Ia sungguh-sungguh mengatakannya tak mau Jisung terbebani.

“Oke thanks pacar.” Jisung menggodanya.

“Sama-sama Pacar.” Kali ini Chenle membalasnya

Membuat Jisung bergidik geli ternyata itu cringe sungguh ia butuh banyak arahan bukan dari Ka Nomin itu masih jauh, mungkin dari Markhyuck.

oh andai Jisung tahu mereka lebih dari nomin

“Cringe ih jangan lagi.” Ucap Chenle

“Iya gak lagi, kalau baby gimana?”

“Sama-sama bayi jangan.” ingat Chenle membuat keduanya tertawa, receh sekali memang humor mereka

Padahal itu ulah indahnya jatuh Cinta.

Seaworld, Jakarta.

Sudah hampir setengah Jam mereka mengelilingi akuarium raksasa itu. Hanya berjalan berdua persis seperti dua anak ayam kehilangan induknya.

Bedanya Chenle terlihat senang, ia memutar badannya atau berjingkat jika melihat sesuatu yang menarik. Sontak membuat Jisung tersenyum lebar melihat kelucuanya.

“Di China emang gak pernah ke seaworld?” Tanya Jisung.

“Pernahlah tapi ga pernah yang kecil dan bisa dikelilingi setengah jam, di China itu luas seaworldnya.”

Jisung agak bingung berarti seaworld disini bagus atau buruk? Chenle tiba-tiba tertawa melihat wajah Jisung yang kebingungan dengan jawabanya.

“Maksudnya Bagus, soalnya kalau disana gua cape jalan disini engga.” Jelasnya.

“Oke-oke tapi jangan terlalu norak please malu sama anak TK yang liatin lu dari tadi le.” Goda Jisung.

Chenle langsung menatapnya galak.

“Lu tuh ya-...” Baru saja Chenle ingin mengomel, Jisung mengingatkan sebentar lagi pertunjukkan yang ia tunggu-tunggu.

Ya apalagi kalau bukan lumba-lumba masa ikan mujair. Garing? Hahaha emang

Ia tak jadi marah, malah mengikuti Jisung yang berjalan ke tempat pertunjukan.

Jisung sengaja memilih barisan kedua dari depan ia Ingin Chenle nantinya mendapatkan kesempatan dicium lumba-lumba.

“Selamat siang semua…” Acara pertunjukkan sudah dimulai.

Raut wajah Chenle berbinar, dan Jisung sangat senang, sebab ia yakin di tempat asalnya Chenle, mungkin pertunjukkan lumba-lumbanya lebih bagus tapi ia menghargai usaha Jisung yang rela uang bulanan nya dipakai membeli tiket seaworld beserta snack yang Chenle makan sedari tadi.

Memangnya dikira murah snack di Ancol ?

Chenle ikut bertepuk tangan ketika lumba-lumbanya atraksi hingga tiba saatnya memilih penonton yang akan dicium lumba-lumba.

Jisung dengan semangat meneriakkan nama Chenle yang tentunya berhasil menarik perhatian.

Terima Kasih untuk wajah tampan Jisung yang membantunya.

“Jisung foto aku!” Suruh Chenle.

Ia dengan sukarela mengambil kamera dan memfoto Chenle yang gembira bukan main ketika pipinya di cium lumba-lumba.

Persis seperti anak lima tahun.

Ketika pulang, tak disangka hujan. Jisung tahu ini musim hujan cuma ia lupa membawa payung dan itu ada di mobilnya.

Iya hari ini ia diizinkan membawa mobil oleh Jaemin, yang biasanya mobil tak boleh dibawa entah kenapa dengan mudah kakaknya mengizinkan.

Padahal Jisung tak tahu dia dijodohkan sedari awal dengan Chenle.

Hujan semakin lama semakin deras. Chenle sudah kedinginan karena seaworld ini dilengkapi pendingin ruangan.

Jisung akhirnya membuka kemeja luarnya yang panjang memakaikannya di tubuh Chenle yang terlihat lebih kecil.

“Kapan ya reda?”

“Gatau, Jakarta kalau hujan lama.” Jawab Jisung.

“Udahlah terobos aja.” Saran Chenle.

“Yaudah.”

Jangan harap ada adegan hujan-hujanan romantis ala drakor ya, disini tidak ada sebab dua remaja itu malah bermain cipratan air.

Berakhir keduanya membasahi jok mobil Jisung, tinggal ia berharap ka Jaemin tidak marah akan hal ini.

“Terimakasih atas jalan-jalannya Icung.” Kata Chenle sesampainya mereka di depan rumahnya.

“Sama-sama thanks juga buat steaknya.”

“Eh ini sabuknya macet,” Keluh Chenle yang sabuk pengaman mobil jisung macet karena tadi mereka membasahinya mungkin.

Jisung dengan sigap membantunya dimana membuat jarak diantara mereka tak ada ia berusaha membuka dan Chenle menatapnya intens.

Entah apa ini tapi degup jantungnya meningkat, hingga Chenle coba menahan nafasnya agar tak terlalu deg-degan.

“Maklum mobil tua jadi sabuknya ma-... nis.” Jisung kini berhadapan langsung dengan Chenle.

Ia menatap langsung wajah putih porselen di hadapanya, jisung tidak tahu bagaimana prosesnya tapi yang jelas,

Cup! Ia mencium pipi Chenle tanpa permisi yang selanjutnya ia mendapatkan balasan tinju di pipinya.

“SINTING LU YA JISUNG!” Maki Chenle.

Ia menutup kasar pintu mobil Jisung, matanya sudah berair dan Jisung yakin Chenle pasti mau menangis.

Jisung merasa amat menyesal kenapa dia melakukan itu tanpa sadar. Astaga kenapa dengan dirinya?

Pertama Kali 🔞 – Nomin

Underage do not read. I warn you take it or leave it.

Jaemin terduduk di ujung ranjang berukuran king size di kamar yang memang familiar baginya.

Nantinya kamar ini akan jadi saksi bisu hal yang pertama kali ia lakukan dengan Jeno, calon pasangan hidupnya. Sejauh ini yang mereka lakukan hanyalah kissing atau sampai handjob jika kelepasan.

Tak lebih, tapi hari ini ya semesta tahu apa yang mereka ingin lakukan.

Jaemin melirik di lantai terdapat hiasan berupa kelopak mawar merah, ia tersipu malu karena Mas Jeno nya memang sungguh romantis bukan main.

Tubuh Jaemin terasa kaku begitu mendengar bunyi shower berhenti dan pintu kamar mandi terbuka.

Ia menoleh ke arah kamar mandi dimana Jeno yang hanya memakai handuk putih menutupi bagian bawahnya sedang berdiri. Tetesan air dari rambut Jeno mengaliri dada bidang dan perutnya yang sixpack. Jaemin menahan nafas pemandangan ini terlalu panas.

Jeno perlahan menuju ke arah Jaemin. Sekarang ia sudah berada di depan Jaemin dengan kedua tangannya berada di kedua sisinya mengurung semua gerakan Jaemin.

Jaemin meneguk ludahnya menatap langsung ke sepasang mata coklat itu.

“Jeno...– ” Belum sempat Jaemin bicara, bibir Jeno telah mengunci perkataannya. Ciuman Jeno begitu lembut namun sedikit memaksa, hingga Jaemin mesti memukul dada Jeno meminta berhenti.

“Mas...ah.. Jeno,” Jaemin mencoba mengatur nafasnya ketika bibir Jeno berpindah ke lehernya, menikmati setiap inci dari leher milik Jaemin.

“Hmm?” tanya Jeno di sela-sela memberi tanda ke leher Jaemin.

“Jeno!” Jaemin mendorong Jeno untuk memberi jarak pada mereka. Ia menggigit bibir bawahnya. Jeno bisa melihat kalau Jaemin terlihat gemetaran.

Tubuh Jaemin yang mungil otomatis menjadi semakin mungil dalam dekapan Jeno. Posisi mereka kini duduk di atas ranjang dengan Jaemin duduk di atas kedua pahanya dan berada dalam pelukannya. Ia menikmati pemandangan lengan berotot Jeno.

Jeno mengusap rambut Jaemin dan mengecupnya, “Kenapa?” tanyanya dengan lembut mencoba menenangkan.

“Aku takut, ini yang pertama.” ujar Jaemin lirih. Rasanya malu mengatakan ini ke Jeno, seharusnya ia lebih berani.

“Kita lakuin bareng kan, tenang ada aku.” Balas Jeno lembut. Ia mengecup pangkal rambut Jaemin.

Namun sepertinya ada yang kurang. Jaemin belum mengganti baju dengan apa yang ia salah kirim kemarin.

Jeno segera memintanya dengan sedikit menggelitik tubuh submissivenya ia memohon untuk melihat maha karya itu.

Tak lupa Jeno menyuruh Jaemin untuk douching berdasarkan apa yang ia lihat di web jika ingin berhubungan mesti begitu.

NB : nanti kapan2 bagian douche nya dijabarin, kalo sekarang takut shocked terlalu eksplisit. Dah lanjut lagi bacanya.

Hanya tiga menit, pintu kamar mandi terbuka lagi tetapi Jaemin masih malu menampakkan diri.

“Jangan malu ay, nanti aku lihat semua juga.” Jeno malah menambah rona di pipinya.

“Iya sebentar.” Kata Jaemin yang sekarang berdiri dengan menyilangkan kakinya.

Ia merasa sudah telanjang karena Jeno seperti tak berkedip menatapnya. Pakaian ini terlalu transparan.

“Mas jeno-yaa!” Jaemin menyadarkan Jeno.

“Sini.” Suruh Jeno yang hatinya kini bagai ingin meledak melihat kekasihnya begitu Indah, sempurna dan seks tentunya dalam balutan lingerie putih yang entah ia beli dimana.

Jaemin mendekat kembali, dan Jeno langsung menariknya ke pangkuannya.

Ia memegang erat pinggul ramping kekasihnya. “Dapat darimana kostum begini?” Heran Jeno.

“Haechan. Dia banyak koleksi begini.”

“Berarti dia sama Mark? Mereka penuh kejutan.”

“Fokus ke aku sekarang? Gimana?” Keluh Jaemin yang menangkup wajah Jeno menghadapnya.

Too pretty to be real, aku bahkan tadi mesti cubit paha karena takut ini mimpi lihat kamu begitu menakjubkan.”

“You deserve me.”

“Yes baby, I deserve you.”

Untuk kedua kalinya mereka berciuman. Kali ini kedua tangan Jaemin melingkar di leher Jeno untuk memperdalam ciuman mereka.

Tangan kanan Jeno melingkar pada pinggul Jaemin untuk mempererat dekapannya. Tangan kirinya menjelajahi tubuh Jaemin yang memakai kostum nan Indah itu.

“Ahh...urmm...” Jaemin mendesah ketika tangan kiri Jeno meraba nipple kanannya dengan pelan. Rasanya ada sesuatu yang ingin meledak dalam dirinya. Sentuhan Jeno begitu memabukkan.

“Hah...hmm...” Sesekali tautan mereka berhenti untuk mendapat pasokan oksigen dan melanjutkannya lagi ketika oksigen yang dihirup sudah cukup.

Jeno mengangkat Jaemin dan melingkarkanya di pinggang Jeno lalu ia berdiri tanpa berhenti menciumnya, posisi koala ini tidak bertahan lama.

Ia mendorong Jaemin ke atas ranjang dengan dirinya berada di atas. Bibirnya masih melumat bibir Jaemin sementara sekarang kedua tangannya memilin nipple Jaemin. Membuat erangan pelan dari Jaemin di sela-sela ciuman mereka.

“Ermm...ahh...” Badan Jaemin sesekali menggeliat, Kedua tangannya masih setia melingkar di leher Jeno yang sekarang kembali menjelajahi leher putih polosnya.

Jaemin bisa merasakan sesuatu di selangkangan Jeno mulai membesar dan bersentuhan dengan miliknya yang bahkan sudah sedari tadi turn on.

Tangan Jeno perlahan turun ke bawah, menyelinap ke celana dalam renda kostum Jaemin menyentuh bagian privatenya.

Tangan Jaemin berusaha menahan desahan, ini terlampau nikmat.

“Jangan ditahan sayang, kamarnya kedap suara kok and I love your Moan.” Kata Jeno menatapnya.

“Ahh...hmm uhm Mas Jenoh-hh...” Jaemin meracau tak jelas ketika dirasakannya lidah Jeno menjilati miliknya. Begitu nikmat hingga membuat dirinya tak bisa berpikir dengan jernih.

“Aku akan mempersiapkan kamu, ready babe?”

Jaemin mengangguk, ia melihat Jeno menarik perlahan kaos kaki panjang beserta celana dalam membuatnya sempurna telanjang di bawah sana.

Jeno kemudian menuangkan lube dan menekuk kedua kakinya, hingga terbuka lebar. Sungguh memalukan tapi tatapan Jeno meyakinkan.

Satu jari Jeno mulai masuk satu persatu ke dalam lubang miliknya.

Dengan hati-hati Jeno menggerakkan jarinya, Rasanya? Tak bisa dideskripsikan tentu Jaemin menggigit bibirnya apalagi ditambah satu jari Jeno dengan gerakan menggunting.

Jeno melumat bibir Jaemin mengalihkan dari menggigit bibirnya sendiri. Ia takut kekasihnya melukai bibir yang ranum itu.

Jeno sendiri bisa merasa Jaemin kesakitan karena kedua tangan yang berada di punggungnya sekarang mulai meremas.

“Tenang sayang I'm gonna soft aku janji.” bisiknya lembut, sambil menggigit kuping Jaemin.

Jaemin mendengar bagaimana sakitnya ketika pertama kali melakukan itu dengan pria dan ia menjadi pihak yang dimasuki.

Tetapi, dia percaya, percaya pada tangan hangat yang membelai pipinya dengan lembut, percaya pada pria yang mengecup dirinya untuk menenangkan ketakutan dalam hatinya.

Jeno mengeluarkan jari-jarinya dari lubang Jaemin, Ia meraih tangan kanan Jaemin mengarahkan pada dadanya yang berdegup kencang.

“Can you feels it? kalau dilakuin sama orang yang dicinta memang gugup sayang.”

Jaemin bisa merasakan bagaimana jantung Jeno juga berdetak kencang seperti dirinya sekarang.

“Love you, my nana, my love. Aku sumpah akan main lembut .” Kata Jeno menghapuskan semua kekhawatiran Jaemin.

“Ini akan sedikit sakit Jaemin.” bisiknya pada telinga Jaemin yang segera dibalas anggukan.

Jeno melepas handuk yang menutupi bagian bawahnya membuat nafas Jaemin tercekat menyaksikan betapa sempurnanya tubuh Jeno, otot-otot kekar yang selalu memberinya kehangatan, wajahnya yang tampan namun terlihat tegas, dan matanya kemudian tertuju pada kejantanan Jeno yang menegang. Tidak perlu dijelaskan sebesar apa cukup Jaemin yang tahu.

Jeno tak lupa memakai pengaman, ia menaruh bantal di pinggang Jaemin, mengangkat kedua kaki Jaemin ke pinggulnya.

“Gigit atau cakar aku ya kalau sakit.” Suruh Jeno padanya.

Jaemin mencakar pundak Jeno begitu ia memasukkan semua kejantanannya ke lubang miliknya. sakit rasanya terbelah, panas, dan sesak menjadi satu.

Jaemin bisa merasakan bagaimana milik Jeno berdenyut di dalamnya, milik Jaemin bahkan mengeluarkan cairan precumnya.

Jeno juga merasa sakit di pundaknya namun ia menahannya karena Jeno tahu ini tak sesakit yang dirasakan oleh Jaemin sekarang. Kedua tangannya melingkar pada pinggang Jaemin, memeluknya lebih erat, yang otomatis kejantannya menjadi lebih dalam.

“Ahhh iya disana Jeno!” Tubuh Jaemin melengkung dan cakarannya pada pundak kekasihnya terlepas seketika kejantanan Jeno menyentuh sesuatu asing yang sangat nikmat di dalam dirinya.

Jeno mengetahui G-spotnya ia mengenai itu dengan cepat. Jeno bisa merasakan rektum Jaemin menyempit atau miliknya yang semakin membesar? Bahkan Jaemin keluar lebih dahulu kemudian tegang lagi.

Sesekali dirinya memberi kecupan ringan pada wajah Jaemin untuk memberikan kenyamanan.

Keduanya menatap satu sama lain benar kata Haechan bahwa hal ini takkan terjabarkan. Apalagi dilakukan dengan orang yang kau cinta.

“Jeno, aku mau keluarngh… Ah nghh please.”

“Do it together with me baby!”

Setelah beberapa hujaman terakhir yang sengaja ia percepat temponya namun masih bergerak lembut.

Jeno akhirnya mengeluarkan miliknya dan cum di perut Jaemin ia nakal melakukan itu, Jaemin menggeleng melihatnya.

Jaemin lelah sekali, bagian bawahnya terasa sakit, Jeno bahkan menyadari lubang kekasihnya menjadi memerah walau tak berdarah ini pasti karenai yang pertama.

Ia merasa salah, tapi Jaemin membawanya ke ciuman seolah mengatakan ia baik-baik saja.

“Lagi?” Itu bukan suara Jeno, secara mengejutkan tawaran dari Jaemin.

“Gak boleh ini baru pertama kali! Besok-besok baru lagi nanti ga bisa jalan.” Jeno menolak, Jaemin bersyukur karena tadinya hanya ingin tahu dan sekedar test.

Membayangkan itu ngeri jika lagi, sekali saja rasanya remuk begini.

Jeno menyelimutinya, memakaikan Jaemin kemeja miliknya tanpa celana dalam ia memeluk Jaemin, menyuruhnya terlelap.

Andai Jaemin tahu betapa Jeno sekuat tenaga menahan hormon yang meletup dalam dirinya agar tak kalah oleh nafsu, karena rasa cintanya lebih besar.

“Tidur ya sayang.” Jeno tak lupa mengecup kening, hidung hingga bibir nya sekali tanpa nafsu hanya afeksi.

Hingga ketika Jaemin nyaris terlelap ia merasa pelukan Jeno mengendur terlepas, ia mengintip dari ujung mata, Jeno menyiapkan sesuatu.

Tapi ia terlalu lelah untuk mencari tahu apa itu.

••••••• • • •

Hayoo siapin apa tuh lanjut nanti ya jika ada kesempatan sebenernya bisa buat yang lebih eksplisit tapi ini first time buat mereka jadi ga mungkin terlalu rough dan kalau eksplisit banget kayaknya bakal di privaterr

Iya ini spin off dari AU Chenji yang judulnya dijodohin bisa liat one tweet lainnya di hastag #DijodohinUniverse

Kritik dan saran boleh qrt and comment.

Thanks and with Love,

Azula

Kali kedua bertemu – Chenji

Di Supermarket.

Baru kemarin rasanya Chenle berharap takkan bertemu lagi dengan lelaki rese ini.

Masalahnya ya dia dianggap cuek, jangan kira ia tidak tahu Jisung terus-terusan memandang sinis dirinya ketika main pubg di cafe.

Chenle cuma socially awkward dengan orang yang belum ia kenal dekat.

Kini di hadapanya Jisung sedang memilih barang dari rak peralatan bayi.

“Lu stalker ya.” Tanpa malu itu Chenle ucapkan ke Jisung.

Sontak Jisung menengok kaget kepada yg lebih pendek, “Shit! Gua kira siapa! Heh turis ada juga lu yang stalker!”

“Ini tempat deket rumah gua, lu yang aneh! dari bintaro ke Jakarta pusat mau tawaf apa belanja?” Jisung menekankan. Ia kesal, sekarang mood belanjanya hancur.

“Ya kirain ngikutin.” Jawab Chenle santai masa bodo Jisung marah dituduh stalker.

Chenle seolah tak menganggap keberadaan Jisung lagi, ia lantas memasukkan beberapa benda dari bagian johnson baby.

“Lu suka Johnson baby juga?” Heran Jisung.

Chenle mengangguk. “Kenapa?”

“Gua kira cuma gua doang.”

“Penduduk bumi ada milyaran jadi ga mungkin cuma lu doang.” Lagi-lagi Chenle menguji kesabaran seorang Jisung.

Jisung lebih baik bersifat acuh, namun entah perasaannya atau Chenle sekarang mengikutinya kemanapun ia mau berbelanja.

“Ini supermarket lu gak bakalan nyasar Lele.”

“Iya sih, tapi gua bingung mau beli apa, kesini cuma mau habisin uang yang dikirim Ma soalnya mesti abis baru dikirim lagi.”

Anjir? Jawaban macam apa itu.

Jisung melirik troli belanjaan Chenle yang mana isinya berbagai macam daging wagyu beserta bumbu mahal dan wine yang seharga uang bulanan Jisung.

“Lu mau masak?” Tanya Jisung.

“Yaps soalnya orang rumah pada keluar kota, ada Mas Jeno ga bisa masak. Terus ART masaknya paling makanan Indo.”

Ini sebuah kesempatan emas yang tak boleh Jisung lewatkan, karena jujur sudah lama terakhir Jisung makan daging wagyu premium yang harganya 700rb itu.

“Chenle, pulang kan jauh tuh, mending masak dirumah gua aja gimana yang dekat?” Tawar Jisung.

“Udah laper pasti? Dirumah lengkap kok peralatanya.” Lanjutnya.

“Iya juga sih udah laper banget, oke deh.”

See? Semudah itu guys mendapatkan daging wagyu gratis. Jisung tertawa dalam hatinya. Plus wine mahal jangan lupa.

Gantian kini ia yang memanfaatkan Chenle.

Jisung tak tahu saja, setelah hari ini dirinya takkan sama lagi.

Pertemuan Settingan – Chenji

Cafe kemang.

Waktu senja di Jakarta, tinggal dikasih lagunya pamungkas atau fiersa aja nih semakin melengkapi pertemuan dua manusia yang dari tadi saling menatap aja gak berani.

“Kayaknya kita ditinggal disini ya?” Jisung yang pertama kali angkat bicara.

“Mungkin namanya juga orang pacaran suka lupa dunia.” Jawab Chenle acuh ia memainkan gadgetnya.

Jisung males banget nih disuruh nunggu Jaemin dan Jeno yang pergi entah kemana. Nunggunya gapapa tapi bareng Chenle yang apa-apa.

Lihat dari tadi dia dicuekin, lelaki di depannya asik main game online. Ia mau diperhatiin maksudnya mau ada temen ngobrol.

Jisung tak tahan lagi, akhirnya ia mengambil tasnya dan siap mau ke tempat lain.

Tangannya dipegang seketika, mirip FTV kan jadinya, Jisung risih sampe ke ubun-ubun.

“Mau kemana?” Tanya Chenle yang sekarang fokus ke Jisung.

“Kalau gua pergi lu baru peduli ya?” Jisung balik bertanya.

“Eh… Maaf tadi lagi push rank, jangan ditinggalin dong gua gatau Jakarta, nanti nyasar.” Mohon lelaki yang tadinya cuek itu dengan tatapan memelas.

Ia sungguhan memohon, sampai cengkraman tangan nya menguat.

Jisung menghela nafasnya. “Yaudah, daripada kayak nunggu bareng patung mending lu pulang gue pesenin ojol ya.”

“Ojol apa tuh?”

“Ojek online pake motor ya saldo gua ga banyak.”

“Aduh ga pernah naik motor, ada taksi ga? Atau apa gitu.”

Jisung mengernyitkan dahi, kayak ni orang demi apa gak pernah naik motor seumur hidup. Ya padahal jangan aneh seorang Chenle aja gak pernah merasakan masuk angin dikerok koin.

“Yaudah taksi tapi isi saldo gue ya.” Pinta Jisung.

“Oke sini scan.” Chenle seketika tanpa penolakan berarti langsung mentransfer uang.

“Bentar ya gua pese- HAH! ini satu juta isi saldo buat naik taksi apa buroq?

“Udah hitung-hitung beramal ke yang membutuhkan.” Kata Lele tersenyum manis yang sial membuat Jisung sebal.

Emangnya Jisung fakir miskin, tapi yaudahlah ya terima aja kapan lagi di-isiin satu juta kalau gak jadi simpenan tante2.

“Udah dipesenin tuh gold bird.”

“Oke, thank you dan semoga kita ga terjebak di situasi kayak gini lagi.” Salam perpisahan Chenle.

“AMIIN!” Jisung mengaminkan sama seperti Jeno amiin nya namun dengan makna yang berbeda ia enggan terjebak di situasi It's Awkward But It's Okay lagi.

Markgun- Fetish (18+)

Underage PLS DO NOT READ! . . . . only fictions read by ur own risk.

Mark tanpa berpikir lebih lama langsung menarik Gun ke dalam kamar besarnya, ia mendudukan Gun terlebih dahulu di sofa kamar itu. Kekasihnya cukup heran kenapa Mark tidak langsung merebahkan dirinya di ranjang, supaya mereka segera mulai.

Namun ternyata…

“Karena ini hukuman, jadi P’Gun harus striptease.” Mark mengerlingkan matanya.

“Hah striptease?”

“Iya kan di akun NSFW itu sering upload yang seksi, sekarang show me ur sexy things baby.”

Gun menuruti apa kata Mark, ia lantas berdiri dan menggunakan tangan yang terborgol untuk menurunkan celana jeansnya, berganti posisi menjadi duduk kemudian melebarkan kedua kakinya, membuat pemandangan itu langsung mengarah ke hadapan Mark.

Paha putih itu benar-benar menggoda iman, tadinya ia tak tahan tapi ingin tahu sejauh mana Gun bisa menggodanya,

Kini tinggal bajunya, Gun mendekat kepada Mark sekarang dan mendudukan dirinya di hadapan kekasihnya itu, Ia menatap intens kepada Mark sambil menatapnya menggoda.

Mark mengambil kesempatan ini untuk meraih dagu kekasihnya dan menjilat bibirnya lalu meraup bibir ranum itu, ia selalu menyukai rasa bibir Gun, manis, kenyal bahkan Mark terkadang sengaja berlama-lama melumat bahkan menggigit kecil belah bibir hingga Gun memukul dadanya karena kehabisan nafas.

“Ngh… Mark!”

Tautan saliva tercipta berkat ciuman itu, Mark merasa kurang, ia meraih tubuh Gun dan merebahkan dirinya di ranjang,tenang ini belum ke inti permainan, kini Mark bukan lagi sekedar mencium tapi ia memberi tanda.

Iya menandai kanvas putih tubuh manusia di hadapannya dengan hisapan kuat yang membuat Gun meneriakkan namanya,

“Mark..Ah jangan di leher besok aku kerj-ahhh!” Peringatan terlambat dari Gun.

Mark semakin dilarang malah menghisap kuat hingga keunguan.

“Tidak boleh memerintah, ingat ini hukuman.” Ucap Mark,

Mark berlalu ketika Gun sudah mulai terangsang, ia mengambil sebuah kotak di dalam laci kamarnya, yang Gun tidak tahu apa isinya.

Tapi firasat Gun mengatakan itu bukan hadiah, karena ia sedang dihukum sekarang. Benar saja benda yang Mark keluarkan pertama kali dari sana itu gunting.

“Gunting?” Gun mendelik.

“Calm down baby, ini baru permulaan.” Mark menggunting perlahan bajunya perlahan, dan itu jujur sungguh pemandangan paling erotis yang pernah Gun lihat dari seorang Mark Siwat.

Selain pemandangan ketika Siwat selesai mandi memakai bathrobe dengan rambut yang menetes itu juga seksi kata Gun tapi ini dia melakukan sama dengan yang barusan Gun lakukan ya striptease.

“Menikmatinya sayang?” Tanya Mark sambil menaruh kembali gunting itu, Gun kira celana dalam calvin klein miliknya akan di gunting oleh Mark.

“Ya, kamu ganteng banget.” Jawab Gun malu, wajahnya yang memerah semakin matang dan melihat kembali tubuh Siwat yang sekarang sempurna telanjang.

“Oke now it’s the time!” Mark dengan sigap menutup mata Gun dengan blindfolded, kekasihnya itu memberontak namun dengan tangan yang diborgol ia tak bisa berbuat banyak.

Gun seketika berada di kegelapan hanya instingnya yang berperan merasakan kini Mark berada di antara kedua kakinya.

Plak! Plak! Plak!

10 Kali cambukan mengenai paha dalamnya.

“Mark hiks~” Keluh Gun.

Rasa perih dan sakit perlahan menjalari paha bagian dalam Gun, Ia tak menduga Mark akan tega melakukan hal ini padanya, namun selanjutnya sentuhan sesuatu yang kenyal menggantikan rasa sakit itu, instingnya mengatakan itu sebuah bibir.

Mark dengan gentle memberikan kissmark di paha Gun juga meremasnya seolah memberikan obat atas apa yang ia lakukan barusan.

Baru saja Gun merasakan gentlenya Mark, ia berkata.

“Tahan sebentar sayang.”

Clap! sebuah nipple clip dipasang Mark, Ia sungguhan menjadikan tubuh Gun kelinci percobaan alat-alat yang ada di dalam box.

“P’Gun tahu kaki ini lebih indah dari kaki wanita manapun jadi Mark merasa beruntung sekali bisa memilikinya.” Kata Mark sambil menggoda milik Gun yang masih terbalut celana dalam.

“Mark jangan angh-... Main main ya.” Mark pasti sekarang tengah tersenyum jail,

Gun berusaha menggerakan tangan. Namun panik ketika sadar bahwa tangannya terikat di kedua sisi bukan lagi di borgol.

“Mark apa lagi?” Gun agak ketakutan tapi Mark tampaknya menenangkan kembali dengan mengusap kepalanya dan membisikkan kata-kata.

“Aku masih menahan diri ini P’Gun jadi tahan ya sebentar lagi.”

Gun berkeringat mengalir dari pelipis hingga jatuh ke leher. Nafasnya berubah cepat ketika instingnya merasakan Mark berpindah ke area dadanya, nipple clip itu ia mainkan dan tak butuh lama ia menjilati benda tersebut yang sukses membuat Gun mengerang kenikmatan bercampur rasa perih.

“Fuck Mark, jangan digigit nanti berdarahhhh~~~”

Aduh jika Gun bisa menggerakkan badannya ia sudah menjewer Mark karena sekarang ia menggodanya dengan menggigit nipple miliknya seolah tiada akhlak sekali kelakuannya.

Mark menyentuh perpotongan pinggangnya yang telanjang. Gun merasa bulu kuduknya meremang walaupun matanya tertutup dan tanganya tertaut tapi Gun merasa aura Mark menggelap.

“Kita masuk ke inti sayang!” Kata Mark.

Tangannya mencengkeram kuat tali yang mengikat pergelangannya. Gun merasakan tangan Mark belakang bahunya dan menariknya ke posisi duduk.

“P'Gun janji gak akan buat akun NSFW itu lagi?”

“Janji.” Gun sungguh kapok jika harus begini akibatnya.

Selanjutnya Mark menarik paksa celana calvin klein menimbulkan bunyi sobekan kain. Gun merasakan miliknya kini bergesekan dengan kulit Mark dan ia sadar telah bertelanjang total.

Mulut Gun kembali merasakan lidah panas menerobos ke dalam dengan dominasi yang kuat

Ia mengerang dan menggeliat. Tapi wajahnya kembali dicengkeram oleh Mark. Tangan lainnya merambat ke paha kirinya menimbulkan sensasi kejut listrik bagi tubuhnya yang memang rindu akan sentuhan kekasihnya.

Semakin lama di rasanya semakin kasar.

“Ngh. Stop Mark wait!”

“Kita kan belum pernah mencoba ini baby, sekarang waktunya kita coba awalnya mungkin sakit it will be pleasure baby.,” Suara berat Mark meyakinkan lagi.

Gun pasrah.

Ia diberi pelukan. Tubuhnya diperangkap lengan Mark. Ia kembali menjilati semuanya. Bibir basah dan tebal yang mendominasinya turun ke dada, perut, paha. Kecupan mendarat berulang-ulang di spot tersebut hingga berubah menjadi hisapan seduktif lagi.

“Ngh Mark!”

Gun merasakan sesuatu yang lengket menempel di bagian bawahnya. Ia hafal rasa lengket ini jelas Mark tengah mempersiapkan dirinya.

“I'm starting with fingering baby.”

“Yesh.” Erang Gun.

Sesuatu yang tipis dan panjang menerobos manholenya, jari Mark adalah salah satu yang terpanjang setelah kesejatian Mark.

Anehnya Gun kadang masih tersentak karena itu terus bertambah satu persatu hingga tiga.

“Tung— Markh pelan pelan uh”

Kalimat Gun tertahan. Matanya membelalak saat tiga jari kekasihnya bermain maju mundur di dalamnya. Apalagi manholenya sudah jarang terjamah semenjak Mark sibuk.

Maka kini perihnya terasa hingga ke ubun. Sesak juga. Jari panjang itu terus masuk sampai dirasa menyentuh spot nikmat di dalam sana. Gun tak tahan untuk menggelinjang.

“Ah iya Mark disana ah Mark!!!”

“Baby easy, ini baru jari aku.”

Pandangan Gun yang gelap semakin gelap.. Otaknya kosong, ia telah menyerahkan segalanya pada nafsu yang menguasainya.

“Ahn ...”

“Moan my name baby.” Mark semakin kencang melakukan fingering.

“Mark againhh.” Suara Gun yang mendesah nikmat melingkupi apartment mereka sekarang.

Sekian menit setelahnya, tiga jari itu lepas dari manholenya. Gun masih tak bernapas normal.

Kemudian ia merasakan sesuatu yang lebih besar menggantikan jari itu. Mark memasukinya tanpa aba-aba.

“Mark ngh~ slowly kita udah lama ga begini!”

“Oke tapi rileks P'Gun jangan di ketatin begini, Ngh fuck!” Mark dirty talk setelah merasakan miliknya di dalam sana diremas kuat oleh rektum kekasihnya.

Begitu panas dan sempit hingga ia merasa seperti pertama kali melakukanya. Dahi Gun yang berkeringat diusap oleh Mark.

“Aku akan bergerak perlahan sekarang.”

“Argh!”

“T-Tahan.”

“Mark! katanya pelanh ah !“awalnya memang perlahan dan gentle selanjutnya Mark malah meningkatkan intensitasnya.

Manholenya terus menerus dikerjai, kini ia melakukannya lebih ke arah kasar. Gun bisa merasakan dinding rektumnya tergesek hingga ia menggelinjang kesakitan. Rasa nikmat, sakit dan perih menyatu dalam setiap pergerakannya.

Gun ingin menangis bukan sakit tapi bahagia menikmati making love yang nikmat ini sebab dirinya sempat berpikir Mark tak nafsu lagi.

Ia heran mungkin dirinya sudah jadi masochist tanpa disadari..

“Slowly pls Marknghh-.. ” kesekian kalinya Gun memperingati karena Mark seolah semakin menumbukkan badannya kencang.

Hingga menimbulkan suara akibat tumbukan itu. Tanpa disangka Mark menarik pinggul Gun lebih dalam dan mengganti gaya mereka dari missionary menjadi Gun mesti bertumpu di lutut supaya Mark bisa lebih dalam memasukinya dari belakang.

Dimana hal ini membuat Mark mudah memberikan tanda kissmark pada bahunya hingga liur miliknya itu tercecer di punggung Gun.

Berkali-kali Gun ingin mendesah lebih keras, tapi Mark lebih suka membungkamnya dengan ciuman dan memegang lehernya. or what we called it choke it

“Markngh… Ngh...I'm gonna cum!” Gun mengatakan itu gemetar nikmat. Sejujurnya ia sudah dua kali klimaks tapi Mark belum sama sekali jadi yang lain Gun coba tutupi.

Apa karena lebih muda jadi lebih kuat ah Gun malas berpikir.

“Aku juga.” Kata Mark singkat.

Saat itu pula, cairan hangat yang mengisi manholenya, Mark sengaja menumbukkan lebih dalam seolah ia bisa membuahi Gun saja.

Padahal percuma mereka kan sama-sama lelaki.

Mark mengeluarkan miliknya secara perlahan dan mengelap sisa-sisa sperma di tubuh kekasihnya yang selalu menjadi kesayangannya ini.

Sedangkan bagi Gun Tubuhnya tak tahan untuk tak berhenti gemetar.

Mark jadi khawatir Ia buru-buru melepaskan ikatan juga membuka penutup mata Gun yang disuguhi langsung jejak air mata.

“Sayang, itu terlalu kasar ya? Mark minta maaf.” Mark menangkup wajah Gun mengatakannya tulus.

Namun Gun malah memeluknya dan menangis lebih keras.

“Nggak, justru seneng banget udah lama kita gak begitu kan, jarang ketemu kamu sibuk sampai akhirnya aku buat NSFW.”

“Tapi emang ga sakit?” Mark memastikan.

“Sakit banget apalagi paha aku!” Gun memukul manja Mark.

“Ronde kedua?”

Pertanyaan itu di hadiahi jitakan di kepala Mark. Gun memilih menaikkan selimut lalu berbaring di samping Mark. Ia langsung tertidur kelelahan seperti bayi menggemaskan.

Umur boleh lebih tua tapi kelakuan P'Gun sungguh kebalikannya.

Mark tak tahan untuk tak mencium pundak kekasihnya yang sekarang penuh kissmark.

“P'Gun sejujurnya Mark marah banget tapi sadar aku juga salah selalu ninggalin, so sekarang seminggu 4 kali pasti.”

Monolog Mark sebelum tangannya melingkari pinggang Gun dan tertidur dengan wangi percintaan mereka. ...........................................................................

Masih newbie ya jadi maklumi dan maaciw semua yang sudah membaca.

With Love,

Azula.