Mates to Eternity

Getou Suguru x Gojo Satoru

Content Warning: nsfw, explicit sexual scene, omegaverse and m-preg theme Tags: male pregnancy, dirty talk, nipple play, mention of male lactation.


Perasaan itu kembali lagi. Terasa menyenangkan, tapi buat Gojo gelisah sampai ke perutnya.

Rasanya sama seperti saat berbelanja bersama Getou beberapa waktu lalu.

Sekelebat angan-angan tergambar di kepala, buat tubuhnya meremang karena kebahagiaan yang terasa tak dapat ditampung tubuhnya; Getou yang menggendong anaknya, Getou yang tertidur dengan darah dagingnya di pelukannya, Getou yang mencurahkan kasih sayangnya bukan hanya padanya tapi juga keturunannya.

Getou juga akan menjadi seorang ayah yang baik. Asal keahliannya dalam mengendalikan anak kecil masih misteri, tetapi tak dapat diragukan. Lelaki itu akan berisik soal nutrisi keseharian anaknya, akan mendandani anaknya dengan baju dan aksesori berwarna monokromatik yang jadi kesukaannya juga akan dengan mudah mengangkat tinggi-tinggi anaknya ke udara.

Tanda kepemilikan di belakang lehernya terasa menggigit kulitnya. Tubuhnya menghangat, mulai mengikuti perintah otaknya. Siklus biologinya sebagai omega dan nalurinya untuk dibuahi secara otomatis berkembang karena ikatan pernikahan dengan sang alpha secara fisik dan batin.

Suara pintu depan terbuka dan Gojo mengabaikannya. Tubuhnya mulai terasa lemas karena omega di dalam dirinya gembira dengan gambaran angan-angan soal Getou dan calon anaknya yang bahkan belum ada.

“Sato— kamu kenapa?” Getou dengan terburu-buru menghampirinya.

Kasur berderik dengan beban yang baru. Keningnya diusap halus oleh suaminya dan Gojo refleks menutup matanya, menikmati perhatian sang alpha.

Heat kamu udah mulai kerasa? Tadi masih gak apa-apa?”

Gojo mengangguk dengan mata sayu menatap lurus serius lelaki yang masih dengan kemeja kerjanya.

“Aku— ada yang mau aku omongin sama kamu.”

Getou mengedip bingung, “boleh, sekarang? Kamu udah mulai lemes begini.”

“Hm, ada alasannya aku begini.”

“Oke,” lelaki di depannya menggangguk, tangannya bergerak mengikat rambutnya, “aku mandi sebentar ya?”

“J-jangan, aku mau ngomong sekarang. Sekalian— kayanya kamu harus temenin heat aku sekarang juga.”

Getou yang langsung mengerti membantu Gojo membetulkan posisi tubuhnya yang memakan spasi di ranjangnya.

Sang alpha menempatkan omeganya di pangkuannya saat Gojo meminta berhadapan wajah.

Melihat Gojo yang serius dengan topik yang akan diangkat buat Getou berikan perhatiannya, terlihat siap mendengarkan apapun yang ingin dikatakan suaminya.

Tangan satu saling menggenggam dan yang satu mengusap pinggang yang juga sebagai penyokong Gojo untuk tetap tegap.

“Aku belum mandi gak apa-apa?”

Gojo mengangguk tak masalah. Getou selalu tercium menarik untuk hidungnya dan omega di dalamnya terlalu menyukainya.

“Jadi... apa?”

Akhirnya. Saat yang paling dikhawatirkannya. Obrolan soal kehamilan tak pernah dibicarakan selama ini setelah terbiasa lebih dari enam tahun bergantung dengan pil dan pengendalian diri di saat mating.

Sudah lima bulan status di antara mereka menapak selangkah; bukan lagi pacar, mereka adalah sepasang suami. Legal di atas kertas dan resmi dengan sepasang bite mark merah di leher. Memiliki anak adalah langkah besar dalam sebuah hubungan dan banyak perhitungan yang harus dipikirkan mengingat Gojo adalah male omega.

“Satoru?”

Gojo menarik nafas, “aku mau punya anak.”

Lelaki yang memangkunya mengedip, terlihat kaget dengan topik yang diangkat Gojo barusan.

“Oh—oh ya?”

Gojo mendengung. Tangannya menggenggam balik tangan alpha yang melingkarinya.

“Aku mau punya anak dari kamu,” ulangnya lagi, “gimana menurut kamu?”

“Satoru,” Getou mendekatkan Gojo ke tubuhnya, buat tubuh bagian depan mereka lebih dekat, “apa yang buat kamu mutusin hal ini?”

“I saw you,” mulai Gojo, “aku suka lihat kamu sama anak-anak, Suguru. You handle them good, you are good at humoring them dan aku suka— suka lihat kamu, tapi aku cemburu.”

“Karena yang kamu gendong, yang kamu ajak ketawa bukan anak kita.”

“Dan— dan ini bukan soal kamu aja. Aku— aku suka mereka. Aku asing sama anak kecil tapi perasaan pas gendong manusia berukuran kecil gitu— i— i love it more than i thought i would.

“Kamu inget anak yang hilang di mall waktu itu? Itu pertama kalinya aku mikir soal anak. Pas dia aku gendong dan aku ngeliat dia nyaman di tangan aku, aku ngerasa— ngerasa dibutuhin? Aku tau ini juga karena insting omega aku tapi— tapi aku suka, Suguru.”

Usapan Getou di punggung memotivasinya untuk terus berbicara. Lemas tubuhnya dan wangi Getou yang makin menjadi-jadi berusaha diabaikan.

“Bayangin, kita punya power untuk punya kebahagiaan itu, Suguru. Kamu dan aku, bisa punya anak. Seorang anak manusia yang mirip sama kamu atau aku atau campuran dari kita berdua.”

Dua detik dan Gojo menghembuskan nafasnya, sedikit berbisik di bagian ini, ”—and the thought of bearing your children in my body just excites me.”

Getou tersenyum, tangannya naik ke rambutnya, “Satoru?”

“Y-ya?”

“Kamu pikir aku bakal nolak?”

Gojo hampir tergagap, hampir bilang ya, tetapi lihat senyum terbit di wajah suaminya buat senyumnya sendiri muncul.

“Is that a yes?”

Getou menggeleng tak habis pikir, “iya lah? Aku mau.”

Mata biru membulat, genggaman tangannya dengan Getou dibawanya mendekat pada bibirnya untuk dikecupi asal.

“Serius?”

Getou mengangguk, mendekap pinggang lelaki dipangkuannya lebih dekat dan akhirnya Gojo menyandarkan kepalanya di pundaknya.

“Memang ada alpha yang nolak pas omeganya minta hamil?”

Pinggang sang alpha dicubit buat Getou mengaduh dan kemudian tertawa.

“Bercanda. Aku sebagai Getou Suguru juga mau, Satoru—” pelipis sang omega dikecup sayang, tubuh hangat dipangkuannya diusap, ”—I love you, satoru and you know how i like children. Having my own children with you? That's... insane. I really love the thought of it.”

Tubuh Gojo menegak, ingin melihat ekspresi Getou saat mengatakan itu semua, saat suara Getou terdengar bergetar karena bersemangat dengan pembicaraan ini.

Sang alpha menangkup wajahnya, mempelajari wajahnya seakan itu pertama kalinya berjumpa dengan sang omega.

“Aku mau anak kita nanti punya mata sebiru kamu, Satoru—” Getou mengusap tulang pipinya, menatap pada dalamnya retina Gojo yang selalu menjadi favoritnya, “They are the prettiest things and I want my children to experience that.”

Gojo terkekeh, tak bisa menutupi bahwa kalimat tersebut membuatnya tersipu walau sudah mendengarnya beratus-ratus kali selama hidupnya mengenal Getou.

“Aku juga suka mata kamu, Suguru. It's okay if our children took after yours.”

Menggeleng, “Gak ada yang spesial sama mataku...”

“But i fell for them anyway.”

Getou menegak, mengejar bibir Gojo yang tak siap dengan serangan tiba-tiba.

“Hmmh—”

Ciuman mesra dibagi di antara keduanya. Gojo dikulum bibir yang lebih tipis. Isi mulutnya berhasil dijajah oleh lidah sang alpha dan sang omega menyambutnya untuk bergulat.

Tangan Getou naik dan turun. Mengendurkan celana pendeknya yang ketat di bagian tubuh paling sekalnya dan menyingkap kaus yang kendor di tubuh bagian atasnya.

Getou melebarkan jarinya untuk menangkap dan meremas lebih banyak bagian tubuh Gojo. Disentuh begitu buat lelaki berambut terang merintih.

“Satoru?” panggil Getou yang kedua tangannya kini menangkup bagian dada suaminya. Jempolnya menekan di bagian putingnya.

“Nanti anak kita minum asi?”

Pertanyaan itu buat bulu kuduk sang omega berdiri. Bukannya menjauh dari pijatan di dadanya, Gojo makin menyerahkan tubuhnya, menggesekkannya ke kedua belah tangan Getou yang kini meremasnya.

“Satoru? Aku nanya, loh.”

Gojo menggeleng, “gak- gak bisa. Male omega gak punya asi.”

“Masa? Belum dicoba aja kali?”

“Su-suguru—”

“Aku coba buat keluar ya?”

“Hnn— Su-suguru—”

Gojo dipaksa menopang tubuhnya dengan lututnya sendiri untuk memudahkan Getou. Ia kesulitan karena sang alpha menstimulasi hebat dadanya; menjilatinya, menciumnya dan menariknya dengan bibir.

“Kamu sensitif banget disini, Satoru. Aku kira kamu bisa.”

“Tapi kayanya bener gak bisa ya?”

Sang omega tau bahwa alphanya paham. Getou berpura-pura hanya untuk mempermainkannya.

Gojo bergerak gelisah di udara. Kakinya yang menumpu tubuhnya bergetar lemas.

Sampai satu hisapan kuat di dada kanannya membuat Gojo ambruk, duduk lemah di atas paha Getou.

Sang pelaku tersenyum kecil. Sekilas bagai pengampun, tapi Gojo tau betul bahwa Getou tak lebih dari penghukum yang senang bermain dengannya.

Tapi Getou Suguru tetaplah seorang suami yang perhatian. Lihat Gojo tak membalasnya dan malah bernafas tersenggal buat Getou meraih wajahnya.

Panas. Gojo terasa panas di kulitnya. Keringatnya meluncur dari dahi. Wajahnya memerah dan ini sama sekali bukan karena demam.

Gojo masuk masa heatnya dan Getou mengenalnya; heat kali ini berbeda dari yang biasanya.

“S-satoru?”

Tak menjawab, Gojo gelisah di atas pangkuannya. Pinggulnya bergerak memutar menggesek pahanya. Kaki Getou yang terasa keras di balik celana kainnya buat Gojo menggigit bibir.

“A-ayo al-alpha—” nafas Gojo satu-satu, menatap Getou dengan matanya yang sayu, “breed me— make me preg-pregnant.”

Permohonan Gojo bagaikan saklar yang menyalakan hal berbahaya di dalamnya, insting alphanya. Serigala di dalam Getou mengaum, siap menyanggupi permohonan kelinci di depannya.

Lama ditanggapi, Gojo langsung saja menuruni singgasananya, menuju bukit di antara selangkangan Getou.

Gojo menggigit, Getou mengerang.

“Sa-satoru—”

Yang dipanggil lebih peduli dengan kain yang dikecupinya sampai basah. Tangannya membuka lapis demi lapis kain sampai tonggak yang menjadi tujuannya berhasil digenggam.

Lidah menelusuri panjangnya, bibir menguncupi ujungnya dan akhirnya mulutnya melahap segalanya.

“Ah— Sa-satoru—”

Omega di bawah bergeming bahkan saat kedua tungkai di sisi kiri kanannya bergetar, saat Getou berusaha menggapai rahangnya, sampai jari jempolnya ikut menyelip di bibir Gojo.

Sebenarnya Getou tak mempermasalahkannya. Tak mungkin menolak Gojo Satoru yang susah payah mengulum kejantanannya dengan bibirnya yang cantik, tapi ia tahu seberapa besar dirinya dan hal terakhir yang diinginkannya adalah melukai suaminya.

Gojo memasukkan lebih jauh, menelan lebih dalam.

Tak tahan lagi, Getou dengan keras mengangkat tubuh besar lelaki yang satunya, membuatnya mengangkangi selangkangannya.

Getou menghela nafas keras sekali, berusaha tak hilang kesadarannya, “kalau begitu langsung aja, ya?”

Sang alpha kini berbaring dengan sang omega menaunginya. Getou kini dapat melihat jelas kedua kaki Gojo yang berkilat basah dan jemarinya langsung saja menyelip masuk ke sumber riamnya. Dua jari masuk dan keluar dari sana, menghasilkan bunyi derasnya cairan kawin sang omega diaduk jarinya.

“Hmmg— Suguru—”

Gojo mengejar jarinya, menggerakkan tubuhnya di udara. Seluruh tubuh Gojo matang memerah, bagai buah yang siap untuk dinikmati oleh pecintanya dan Getou langsung saja mengarahkan tubuh kekasihnya untuk dijajal kejantanannya.

“Ahnn— al-alpha— alpha— Suguru—”

Getou berhasil masuk menembusnya dan tubuh Gojo jatuh menimpa alpha di bawahnya. Ia bergetar di seluruh tubuhnya dan Getou menyadari basah di perutnya lah yang menjadi alasannya.

“Just like that, Satoru? You came just like that? Just from me entering you?”

Gojo yang kini memeluk kepala lelaki di bawahnya menggeleng malu. Aneh karena pinggulnya sekarang malah bergerak gelisah, merasakan gumpalan besar di lubangnya yang penuhinya.

Sang alpha memaksa pinggul yang kecil untuk bergerak lebih keras, menggesekkan penisnya dengan dinding yang memijatnya.

“Ja-jangan— Su-suguru— aku baru keluar—”

“You told me you want my kids, right?” bokong Gojo dicubitnya sebelum berhenti membantu pinggulnya bergerak, “then pursue it yourself, baby.”

Omega di atasnya tak terima, mengerang kesal karena merasa alphanya menghianatinya, tapi Gojo menurut untuk bergerak, memasukkan penis sang alpha jauh lebih dalam lagi.

Gojo yang bergerak frustasi mengejar nikmat di atasnya adalah pemandangan paling amoral sedunia. Saat Getou mengatakan bahwa kekasihnya bagai bintang porno profesional, ia tak bercanda. Siapa lagi yang akan terlihat secantik ini dengan lidah yang terjulur keluar dan saliva yang menjejak berantakan?

Hal ini menyulut Getou, membuatnya ikut mengangkat dirinya, membenturkan dirinya pada liang Gojo.

“You want it that bad? Impregnated by me?”

Yang ditanya mengangguk, pinggang semakin ribut naik dan turun, buat penis sang alpha dengan urat yang bercabang makin intens bergesekan dengan dindingnya.

“Agh— fuck— Satoru— omega—my prettiest omega—”

Sang omega mendesau. Pelupuk matanya basah karena ekstasi yang menembus sampai kepalanya, butakan pandangannya.

Gojo, dengan sisa-sisa kekuatannya menyelami leher kekasihnya, menjilat tanda kepemilikan yang berbekas di leher Getou untuk kemudian menggigitnya keras-keras.

Rintihan keras robek dari tenggorokan sang alpha. Bekas gigitan yang kembali diukir buat kulitnya meradang. Taring giginya yang tersembunyi muncul perlihatkan bentuk aslinya.

Getou dipaksa masuk masa rutnya. Pheromone yang mampu memikat kewarasan omega terlepas ke udara dalam jumlah banyak dan Gojo meneguk semuanya.

Daya pikir keduanya menumpul, sedangkan api birahi makin menajam. Yang tersisa hanya insting untuk menggagahi dan digagahi.

Mau alpha hanya omeganya. Mau omeganya untuk menerima apa yang akan dibenamkannya jauh-jauh ke dalam tubuhnya.

Mau omega hanya alphanya. Mau alphanya dengan murah hati menyiram tubuhnya dengan cairan cintanya.

Knot alphanya mulai terbentuk dan Getou langsung saja membalas apa yang dilakukan omeganya padanya; gigitan keras diterima oleh omeganya tepat di luka kepemilikan di lehernya dan Getou dihadiahi jeritan dari sang omega.

Orgasme menabrak keras tubuh keduanya. Cairan alpha berhasil menjelanak larut ke dalam tubuh sang omega.

Nafas keduanya saling mengejar, kembang kempis saling berebut dengan jarak sedekat ini. Walau masih dengan kepala yang sama-sama tenggelam di rasa nikmat dan puas, Getou berusaha bergerak, mengelus punggung Gojo untuk menenangkan tubuhnya yang masih tegang.

Gojo berbisik di tengah rintihannya, “panas— panas di dalam sini, Suguru.”

Tangan besar Getou tuju bagian perut sang omega untuk dibelainya. Keduanya masih belum bisa bergerak karena knot alphanya yang belum mereda di dalamnya, masih buat sesak Gojo di dalam.

“Satoru? Aku bantu bergerak ya? Biar kamu tiduran di samping aku aja.”

Pikir Getou, gelengan Gojo berarti sang omega tak bisa bergerak, tapi suaminya itu kembali mengejutkannya.

“Kurang—”

Gojo dengan tangan yang hampir tidak bisa menopang dirinya sendiri berusaha duduk, kembali menyamankan diri dengan penis sang alpha masih di dalamnya.

”-Ma-masih kurang, Suguru. Gak mungkin aku bisa langsung hamil kalau kamu cuma sekali keluar disini.”

Tangan Getou diarahkannya meniti perut di depannya. Kulit Gojo belum mereda suhunya, masih sanggup membakarnya.

“Satoru—”

Hembusan nafas Gojo panas mengepul di udara. Semburat warna cherry masih padamkan pipinya. Terkesan malu-malu padahal kalimat selanjutnya yang keluar dari bibirnya berhasil bawa Getou terjatuh ke dalam palung gairah yang bergelora.

“Lagi, Suguru. Sampai aku penuh sama cairan kamu.”

Dan siapa Getou untuk menolak keinginan Gojo?