Meisaku.

-

kain bernomor 15 tanggal, terselip

lidah yang lebih tua menggelitik disana-sini, begitu telaten menjilati lehernya yang berkeringat. sakusa menggeram tak nyaman; malu karena tubuhnya diendusi sedemikian rupa.

tangannya meremas kepala meian kala yang lebih tua menguncupkan bibirnya untuk menghisap keras “kak- kak meian-”

“kamu jangan berisik. nanti ketahuan gimana?”

yang lebih muda menggeram.

maunya berisik, sakusa mau sekali berisik, marahi si kapten timnya untuk berhenti macam-macam.

gimana enggak? mereka kini sembunyi di balik bilik kamar mandi dan jam latihan sudah lewat daritadi. teman setimnya bisa mendobrak pintu kapan saja. si kapten yang biasa diagungkan teman-temannya karena keahlian strateginya sekarang malah memilih menyampingkan kewarasannya dengan menarik sakusa kesini.

“kamu seksi hari ini, celana baru ya?”

sakusa mengedip. iya juga, celana yang baru dibelinya kemarin memang satu size lebih kecil dari yang biasanya dipakai.

celana yang jadi masalah sudah melorot dan menyangkut di pahanya sejak tadi, akibat diremas dan ditarik ke atas ke bawah. sekarangpun tangan meian masih mencubiti sakusa di bokong, buat celana dalamnya ikut turun.

sakusa melotot.

“kak?” sakusa berbisik dengan keras, “ngapain?”

“mau masuki kamu.”

sakusa menggeleng panik, “kak- hmmh