Pupus

Junpei Yoshino featuring ItaFushi


Junpei kira, Yuuji memegang rasa yang sama.

Ini bukan omong kosong; Junpei dengan percaya diri bisa menjabarkan banyak alasan.

Pertama, Yuuji banyak bicara di telepon.

Dua puluh persen membicarakan hal penting seperti pekerjaan rumah dan sisanya hal-hal yang gak penting. Misalnya, mengoceh soal kucing dengan suara mengeong yang aneh atau mengeluhkan warung nasi favoritnya yang tutup sementara di masa liburan sekolah saat Yuuji membutuhkannya.

Junpei mendengarkan, lebih banyak tertawa daripada menanggapi. Apalagi saat Yuuji ribut karena jemurannya lupa diangkat, sedangkan hujan sudah turun selama lima belas menit.

Yuuji niatnya menutup telepon, tapi Junpei yang rakus menawarkan makan malam di rumahnya. Masakan ibunya jadi iming-iming. Yuuji dengan gembira setuju dan Junpei kembali mendapatkan Yuuji di meja makannya tertawa konyol bersama ibunya.

Hal di atas bisa dijadikan alasan kedua karena Yuuji terlihat nyaman di rumahnya. Ia bahkan sesekali menengok ke arahnya untuk melihat apakah ia tertawa karena kekonyolannya.

Ketiga, temannya itu tak paham apa itu ruang pribadi.

Saat berjalan kaki sepulang sekolah, pundaknya bertubrukan dengan Yuuji berkali-kali. Dihitung-hitung bisa sampai dua belas kali. Awalnya Junpei biasa; Yuuji memang agak ceroboh.

Sampai telapak tangan Yuuji tanpa permisi menggenggam tangannya, menarik ponsel Junpei saat ia asik membaca review film di Rotten Tomatoes.

Panas tangan Yuuji menjalar jauh sampai pipi Junpei. Jantungnya ikut meronta kala temannya tertawa.

“Mau nonton film ini gak? Minggu gue free!”

Kata Yuuji masih dengan tangan yang bersentuhan dan wajah berjarak minim. Jadikan ini alasan keempat karena setahunya, ia satu-satunya yang diajak Yuuji nonton film.

Yuuji pasti menyukainya.

Junpei makin yakin saat Yuuji tanpa ba-bi-bu menyandarkan kepalanya di pundaknya saat menonton Ada Apa dengan Cinta bagian 2, tepat pada dialog:

“Saya Cinta Kamu.”

Yuuji pasti balas menepuk tangannya.

Junpei begitu yakin, wajahnya bersemu senang.

Sampai Megumi, murid kelas sebelah yang suatu hari diajak Yuuji pulang bersama.

Dari dua menjadi tiga.

Kepercayaan diri Junpei menurun, kemudian habis, sampai akhirnya berantakan terkubur di bawah sepatunya.

Yuuji juga membicarakan hal tak penting dengan Megumi, tapi ada afeksi yang terselip disana. Ada Yuuji yang memuji wangi shampoo yang digunakan Megumi dan tangan yang menggesek diujung rambut Megumi yang legam.

Tak hanya tertawa dengan Megumi, mata Yuuji memperhatikan tiap gerak Megumi. Megumi yang mengeluhkan soal ujian fisika ditatapi seksama, penuh takjub. Megumi mengembalikan tatap dan Yuuji menghindari tatapannya.

Yuuji salah tingkah; hal yang tak pernah sekalipun diperlihatkan temannya itu padanya.

Miris, Yuuji yang bersama Megumi terasa familiar. Yuuji bersikap layaknya dirinya sendiri; Junpei saat menghadapi Yuuji.

“Ada film seru nanti Minggu, mau lihat gak?”

Junpei tersedak di kerongkongannya.

Kalimat yang biasa ditujukannya tiba-tiba berbelok dan tak menghampirinya.

“Boleh, Junpei gimana?”

Junpei teraduk di perutnya. Tak mau lagi merasakan mual lebih lama, tak mau lagi makin dihadapi kenyataan bahwa perasaan Yuuji bukan miliknya.

“Gue ada acara nanti Minggu, kalian berdua pergi aja.”

Yuuji tak menyadari jahatnya, tak menyadari senyumnya lebih lebar dari beberapa saat lalu.

Harapan Junpei resmi pupus di saat indahnya matahari jingga sore memanja mata.

Perasaannya bertepuk sebelah tangan.

Junpei kini tahu, Yuuji tak memegang rasa yang sama.