Suna Rintarou

warnings: nsfw, explicit sexual scene tags: masturbation, self-pleasure


menjadi bagian dari tim eastern japan paper mills raijin bukan hal yang bisa dicapai semua orang, bukan tanggung jawab yang biasa dipikul sembarang orang.

suna rintarou di umur ke-22 menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai middle blocker tim profesional bergengsi tersebut. rutinitasnya tersusun rapi dalam seminggu; 4 hari untuk latihan fisik intensif dan 1 hari mempelajari materi untuk pakan otaknya.

si lelaki bermata sipit tumbuh sebagai pemuda yang ambisius. wajahnya memang terlihat banyak tak peduli, tapi suna benar serius dengan hobi sekaligus pekerjaannya ini. terpilih menjadi anggota EJP raijin membuatnya berdiri ditengah-tengah ambisinya sendiri dan tekanan dari teman-temannya yang tak kalah jagoan. ia ingin memantaskan diri, ingin bakatnya diakui. sudah menapaki jalan ini, mana mungkin suna menjalaninya setengah-setengah?

memang, kecakapannya dalam voli tak perlu diragukan lagi, tetapi mengasah kemampuan bukan hal yang akan dilewatkan suna. tiap celah dalam permainannya akan berusaha ditambalnya untuk kemudian dipoles sampai celahnya menjadi sebuah keuntungan dalam setiap permainan. bahkan kebiasaan lamanya sejak SMA untuk tinggal lebih lama di gedung latihan sulit ditinggalkannya.

sampai akhirnya suna menghabiskan waktu dan pikirnya untuk voli. lelah? jelas. pemuda yang tak gampang puas macam suna rintarou tetap manusia, tetap punya batasnya sendiri.

belum lagi suna ini seorang idola. olahraga voli yang kini digandrungi banyak kalangan menjadikan suna yang berparas tampan juga dibumbui aura cool and composed jadi sorotan orang-orang. tak jarang suna yang menikmati weekendnya bertemu teman lama di pusat kota harus berhenti karena penggemar yang menyapanya dan bahkan meminta foto bersama.

di luar lapangan, wajahnya yang terlihat tak punya banyak emosi dicap menggemaskan. berputar seratus delapan puluh derajat, di lapangan mata suna memicing serius, tajam perhatikan langkah tiap pemain sekaligus bola yang jadi banyak incaran. hal ini buat komentar di page EJP raijin ramai selain karena pertandingan yang mengagumkan tapi juga penuh oleh relawan yang siap dibanting layaknya bola yang terbentur nyaring ke lantai oleh suna.

suna tersenyum kecil kala menandatangani buku (jurnal kuliah?) seorang laki-laki yang terang-terangan menyatakan kekagumannya. 'i really really adore you, i even will let you do anything to me' katanya, dan dengan santai suna mengembalikan buku yang sudah tergores tintanya, 'you don't know.'

betul. penggemarnya itu tak tau apa-apa soal dirinya.

-

suna rintarou membanting tas besarnya di samping ranjang. jaket biru-putih khas milik EJP raijin dan celana trainingnya dilepasnya buru-buru dan bruk, suna menyelami ranjangnya, desah nyaman keluar dari bibirnya.

hari ini timnya menangi pertandingan lagi. tepuk tangan meriah masih terngiang jelas di telinga, buat hatinya besar-besar terasa penuhi rongga dada. setengah dirinya merasa masih berada di lapangan, dengan sukses memblokir bola-bola lawan yang mengincar ranah lapang timnya.

senyum kecil terpoles di wajah suna. blokirnya yang sukses di akhir bawa kemenangan untuk timnya. bola yang diarahkan ke sisi timnya malah terpental ke daerah lawan.

tangan yang tadi menjadi tameng bola terasa berdenyut, buatnya mengeratkan tangan.

ah, hari ini benar-benar memuaskan.

bukan, bukannya karena semangatnya masih meletup di dada, ia dengan gila masih bisa bermain lagi. beda dengan kobaran semangatnya, kakinya lemas kelelahan. suna bersyukur dalam hati menyempatkan mandi di stadium karena kakinya mungkin akan ambruk kalau dipaksakan ke kamar mandi yang cuma lima belas langkah.

suna mendesah. rasanya sayang kalau ia tidur sekarang. lagipula besok libur, ia bisa bermalas-malasan seharian.

sampai refleknya yang memeluk guling erat menyentil bagian pusat tubuhnya.

suna terjengit kaget, kemudian mengetuk kepalanya pada guling dipelukan.

semangat kemenangan ternyata bukan hanya penuhi dadanya, tapi juga ujung perutnya.

suna merapatkan diri pada gulingnya, ingin merasakan lagi cubitan listrik di kejantanannya.

oh, betul juga. sudah lama sejak dirinya bermain sendiri. sudah lama sejak suna memanjakan dirinya. voli benar-benar menyita waktunya bahkan untuk memperhatikan kebutuhan diri sendiri.

mata sipitnya mengedip beberapa kali, pandangi lampu meja yang samar di depannya. hatinya tertawai diri sendiri.

ya, suna rintarou memang jagoan di lapangan. suna jadi bahan langganan teriakan para penggemarnya yang liar saat permainan berlangsung. suna juga tahu bahwa ia beberapa kali jadi objek fantasi perempuan dan laki-laki yang mengaguminya; soal jarinya, soal tatapannya yang tajam sarat dominasi, soal wajahnya yang dingin akan terlihat kejam menindih mereka.

sayangnya, suna tidak dapat memenuhi fantasi itu.

suna rintarou yang asli ingin dijari bukan menjari, bukan menatap tapi ingin memejam nikmat, bukan berada di atas, tapi inginnya di bawah dengan pipi bersemu.

sang pemuda itu memeluk gulingnya erat, pinggangnya bergoyang ringan, buat bulatan dengan pinggulnya.

“hmmhㅡ hnㅡ”

rasanya nikmat. kain celana dalamnya memerangkap dengan pas selangkangannya, buat gesekan-gesekan halus langsung dengan kulitnya. kapuk di gulingnya menubruk-nubruk halus penisnya.

giginya mengigit guling, malu dengan suaranya sendiri di apartemennya yang sepi.

suna banyak berimajinasi, banyak penuhi kepalanya dengan bayangan-bayangan laki-laki di tengah kakinya.

gumpalan kapuk dibayangkan layaknya paha kekar seseorang yang entah siapa. dalam hati mengumpat karena gulingnya terlalu lembut untuk fantasi paha yang berlipatan otot.

tubrukannya mengencang tiba-tiba kala kepalanya tak sengaja menggambarkan lelaki random di antara penonton yang matanya tak lepas dari lekuk tubuh suna saat melakukan umpanan. suna pernah membaca komentar berbunyi 'aku ingin melihat suna melompat-lompat dipangkuanku.'

pinggulnya makin frustasi menggesek di gulingnya. tentu, tentu mau sekali.

kepalanya berpendar lagi, bayangkan lelaki dengan setelan kantor lengkap dengan dasi duduk angkuh di balik meja. entah kenapa suna membayangkan kepala sponsor timnya yang tak pernah ditemui.

tapi, bagaimana kalau lelaki yang mengantungi uang dan koneksi dimana-mana itu dengan pribadi meminta suna menemani malamnya? menjadikan uang dan karir gemilang sebagai imbalannya.

fuck, tanpa imbalan pun suna rasanya dengan senang hati duduk dipangkuannya.

“fuck it.”

merasa tak akan puas dengan gesekan di depan, suna merayap di atas kasurnya, mengambil lubrikan dan mainan kesayangan dari laci paling bawah.

setelah celana dalamnya turun, suna yang kini berpeluh menungging cantik di atas ranjangnya. kepalanya menengok ke belakang tubuhnya, seakan memberikan pertunjukkan indah untuk seorang penonton.

“ahh- y- ya tuhanㅡ”

tangannya basah memompa penisnya sebelum bergerak ke belakang.

telapak tangannya menguleni bokongnya sendiri kemudian menamparnya tak terlalu keras, tapi cukup nyaring penuhi kamarnya.

” t-touch meㅡ” mohonnya pada lelaki fantasinya.

suna terseret-seret di atas ranjang karena ulahnya sendiri. tangannya bermain dengan penisnya lagi. goda ujung lubangnya sampai kakinya gemetar.

tangan kanannya menemukan dildonya dan suna membawanya ke dalam mulutnya.

suna mengerang kecil, senang mulutnya ditemani. dua jarinya pun dengan cekatan menyelip di bokongnya, ingin dipenuhi di semua lubangnya.

meliar, kepalanya membayangkan dirinya menghisap penis salah satu temannya sebelum pertandingan. misal, misalnya washio. tubuh teman se-timnya itu besar dengan dua lengan yang keras. suna berpikir, penisnya pasti bisa dengan mudah penuhi mulutnya. tangannya yang berurat akan mengelus suna halus di rambut tapi kemudian menariknya kasar untuk menelan semuanya.

“hngㅡ”

tahu akan datang, suna melepas kedua sumpalan dari tubuhnya, buat kakinya menyeret tak senang.

tapi, dengan buru-buru, suna menusukkan mainannya ke analnya.

fuckfuckfuckㅡfuck, ahhㅡ”

puas dipenuhi di belakangnya, suna tanpa ampun menarik mundur dan menabrak maju disana dengan cepat. dildo dengan ukuran yang memuaskan itu menggesek dengan baik dindingnya.

wajahnya tenang yang sudah luntur kini hilang, diganti oleh pipi merah dengan peluh dimana-mana. bibirnya tak mau mengatup, terbuka bebas berikan jalur untuk lidah dan salivanya. matanya setengah terpejam, kadang tertutup rapat kala ujung dildonya menyundul telak di bagian yang paling nikmat.

“p-pleaseㅡ pleaseㅡ”

iya, baru saja lelaki dengan berat 80kg itu memohon-mohon frustasi dengan benda plastik yang menyerupai penis. kakinya bergerak gelisah, pinggulnya mengayun ke belakang mengejar dildonya. ingin dipenuhi. ingin dihajar habis-habisan analnya.

“ak- aku mau keluarㅡ tolongㅡ mau ke- keluarㅡ”

suna rintarou, middle blocker tim voli eastern japan paper mills raijin ejakulasi banyak hanya oleh dildonya. jeritan puasnya begitu keras, bisa saja terdengar oleh tetangga sebelahnya kalau saja ia tak menyumpalnya dengan bantal.

dan ditengah nafasnya yang satu-satu dan matanya yang berair, suna merasa belum sepenuhnya terpuaskan.

.