ushisaku: pensi

-

ku jatuh cinta saat kau ada di hadapanku terbawa ku dalam tatapmu

ushijima, seingatnya, sejajar dengannya. mereka tidak butuh satu sama lain untuk mengambil barang di rak supermarket yang agak jauh dari gapai. mereka tinggi, itu urusan gampang.

namun, setelah bunyi klik pintu tertutup, dan kedua belah tangannya meraih rahang ushijima, kepalanya harus agak mengadah; bibir yang lebih tua ternyata setingkat lebih tinggi.

ruang kelas di pojok minim binar, tapi bibir keduanya tak sulit bersapa. menjejak di tiap spasi, kecup, kecup, kecup, saling menegur untuk merasa bahang dari ranum satu sama lain.

sakusa dibuai, rambut ikalnya dibelai, dibawa mundur untuk tak ganggu. pinggangnya dikepal lima jari besar, tubuh ushijima bagai magnet dan sakusa adalah feromagnetik yang tak punya kuasa selain ditarik untuk mendekat dan menempel di tubuh yang lebih besar.

yang muda dibawa mundur empat langkah kecil sampai pinggulnya membentur meja. kayu yang mengeret berisik di lantai menjadi kaca debum jantung sakusa yang ribut menusuk telinga.

entah, mungkin iya, menabuh drum keras-keras adalah salah satu alasan padatnya lengan yang kini dicengkram halus sakusa. lengan yang sama bawanya naik, tapaki udara; sakusa kini duduk di atas meja coklat yang kotor coretan putih.

baris kedua dari jendela, meja ketua kelasnya didudukinya.

saat kau cium aku saat kau peluk aku

sayup-sayup suara wanita terdengar, jauh di lapangan. pensi masih berlangsung meriah, tak peduli dua lelaki yang mematuk manis bibir di ruang kelas IPA.

sakusa tak peduli bahkan pada murid-murid yang sibuk lalu lalang di depan kelasnya karena ushijima datang lagi, kali ini bawa lidahnya. mengecap mulut sakusa bagai geleta dengan madu yang tersisa di dasarnya, buat ushijima dalam-dalam menggapainya.

kau bawa aku melayang jauh terbang ke awan

dirasa pipinya memanas akibat bibir ushijima yang pandai menghidunya. ini bukan kali pertama, tapi rasanya begitu menakjubkan dirasa. tungkai yang melayang sesekali naik di kaki yang berdiri, mencari pijakan di bumi, takut terlalu terlena di langit, tak mau pergi sendiri, mau bawa si penawar kasih ikut dengannya.

ushijima memagut, menarik ulur lidahnya bagai benang yang rapuh, yang mengikuti lonjakan angin yang memanjanya di udara, kemudian menghirup nafsu animonya.

sakusa mendengung, eratan pada pinggangnya mengerat; ushijima ikut memanas mendengar yang dicumbu menikmatinya.

kulit selembut bantal itu dikecup terakhir kalinya, sakusa direngkuh, dibawa dekat-dekat dengan jantungnya yang berteriak keras-keras.

ku jatuh cinta. saat kau ada di hadapanku.