vhasuna: itulah pokoknya.

-

vha pulang dengan pemandangan si pacar yang masih di atas kasurnya, tubuh menekuk masuk bagai memalu.

padahal dia jauh dari pemalu.

dan tangannyaㅡ

“ngapain tangan lo dilakban?” tanya vha berusaha cuek, kaki sibuk menapaki kaki yang lain; melepas kasar sepatunya.

ㅡdilakban, berantakan. emang susah mengikat tangan sendiri.

“lo b-bilang gue gak boleh main sendiri.”

“oh.” tanggapnya lagi gak peduli. vha malah jalan ke kulkas buat menenggak langsung air putih dingin yang besar di tangannya; ukuran satu liter.

“vhaㅡ”

“hah?”

“gue udah jadi anak baik.”

vha menyipit sok bingung, “terus?”

“give me a reward...”

permintaannya malah dibalas tawa kecil yang sarat meremehkan, vha menggeleng.

“mana ada anak baik buka-buka lemari orang?”

“mana ada anak baik pake barang orang lain seenaknya?”

suna menggeram, “gue pacar lo.”

“siapa bilang?”

“vha... tolong.”

yang dimintai tolong duduk di ranjang, kakinya yang masih dibungkus celana hitam kulot menyilang. tangannya menyangga dagu, tatap si lelaki sok kasihan.

“minta tolong apa?” tangannya naik buka kuncir rambut, buat rambut panjangnya tergerai manis di bagian atas tubuhnya.

jari kaki suna menekuk. suka sekali dengan wangi parfum si pacar. memang pilihannya juga, sih. tapi ditambah raksi shampoo dari rambut yang tercampur paparan sinar matahari buat suna makin frustasi. celananya makin sakit di bagian tengah.

“vha... ayo. main sama gue?”

“main apa?”

suna menjedukkan kepalanya ke bantal, ngerti banget kalo si sayangnya lagi mode tuan yang gak mau dibantah, yang susah buat diajak kerja sama, yang gak bisa ditundukkan.

sifat pacarnya yang dominan, yang buat suna kewalahan tapi juga suka setengah mampus.

nyatanya si perempuan iba. badannya kini naik di atas suna, menjebak kepalanya di tengah tangannya.

“mau apa?” tanya vha sekali lagi, wajahnya tetap datar gak mau kalah.

jujur, lihat suna yang suka diusili begini buat perutnya mengaduk. suna emang ganteng, tapi ia juga punya sisi yang gampang kalah. suatu hari ia menemukan bahwa suna ternyata submit di ranjang. gimana gak senang? ia punya wadah buat tuangkan sisi aslinya yang dominan.

suna gelisah, fishnet terasa menjerat ketat di kaki, “mau kamuㅡ vha, mau kamu.”

vha langsung turun, menarik sampai robek fishnet yang ada di balik jeans robek suna.

“lo harus ganti stocking gue.” tegur vha tak mau dibantah.

suna mengangguk, kakinya gemetar karena kini vha menggigiti pahanya.

kalo begini bukan cuma stockingnya, celananya juga harus diganti.

pinggang suna naik, naik sodorkan bagian yang paling ingin dimanja oleh si pacar.

“diem.” perintah si cantik, tangan menekan perut suna yang telanjang karena kaosnya yang naik. sesekali vha iseng menarik karet stocking di perut suna dan jpret karet itu menyentak kulit disana.

suna menggeleng, birahinya naik banyak diperlakukan semena-mena gitu.

“vha... buka celana gue... buka baju lo.”

vha menurut, lepas blousenya dan biarkan payudaranya tetap terbungkus. kepalanya turun lagi, kali ini lebih tinggi, menggigit di perut suna.

“anjingㅡ anjing vhaㅡ cantikㅡ anjingㅡ” katanya menyumpah liat pacarnya yang cantik, yang lenggak-lenggok di atasnya.

vha gak tega sama pacarnya yang berpeluh makin deras. ia akhirnya turuti maunya. celana suna dibuka, di tarik turun cuma sampai pangkal paha, menyisakan celana dalam hitamnya yang membengkak di tengah.

“vha, pleaseㅡ”

“berisik, gue bakal kasih kalo gue mau kasih.”

suna naik kakinya, mengelus pinggang pacarnya yang masih bersimpuh di depan badannya.

suna haus sekali afeksi, haus sekali sentuhan di tubuhnya dan pacarnya begini cantik di depannya. gimana gak putus asa?

pacarnya baik, ternyata. vha turun menciumi suna tepat di bagian yang paling mendamba jamah.

yang diciumi mengerang, kaki naik menjepit punggung si pacar untuk tetap diam disana.

padahal celana dalamnya belum turun, tapi suna sudah merasa sensitif bukan main.

“vhㅡvha... pleaseㅡ”

vha mendengus, “lo harusnya seneng gue mau begini.”

suna yang dilecehkan, yang rasanya gak punya harga diri karena habis diinjak-injak malah makin naik melonjak hasratnya. lidah vha yang menjilati di luar celananya malah memperparah keadaan.

“katanya anak baik? nurut. diem.”

si lelaki mendesah, telapak kaki ribut di ranjang, “vhaㅡ vhaㅡ”

“mau keluar?”

suna mengangguk cepat, tangannya bergerak ribut di atas kepalanya.

vha, masih dengan lidahnya yang menggeseki kain celana suna, sesekali meludah dan biarkan saliva hangatnya menyerap masuk makin basahi suna.

tapi si pacar masih gak habis ide; vha membawa jarinya ikut naik. meremasi bokong suna yang sedikit naik dari ranjang.

“hngㅡ vhaㅡ vhaㅡ”

suna tau apa yang direncanakan pacarnya dan dugaannya benar. jari cantik si pacar, yang dipolesi kutek merah jambu gelap turun, turun, turun lalu meraba pada analnya dari atas kain.

desah suna makin parau, kakinya menekuk jepit si pacar. “vhaㅡ hngㅡ j-janganㅡ”

suna makin meracau; antara menyumpah dan mendesah. bokongnya turun mendekati remasan tangan si cantik, tapi juga kadang naik karena ingin dicium lebih di penisnya.

“keluar.” perintah vha sebelum menggigit halus pada kejantanan suna, tangannya makin nakal meraba pada sisi belakang suna.

suna mengadah terkesiap kala jari kesayangannya kini benar-benar menyelip ke dalam bersama kainnyaㅡ

ㅡdan suna keluar. tubuhnya meremang sampai ujung rambutnya. erangan hebatnya langsung di sumpal vha dengan cumbuan, lidah dipaksa keluar.

suna gak bisa apa-apa selain membuka mulutnya, biarkan vha menciumi rakus bibirnya sampai akal sehat yang direnggut setelah orgasme balik lagi.

asik cium-mencium, dengan dagu suna basah kemana-mana, ponsel vha berdering dari tasnya di samping tv, tanda telepon masuk.

suna menatap pacarnya yang kini duduk di ujung kasur, matanya menyipit dengar suara dari seberang.

“ram? kenapㅡ hah? itu materi minggu laluㅡ iya yang lo cabut itu,” vha menengok padanya matanya beri perintah 'diem, sebentar.'

“ㅡya lo pacaran mulu.” sahut vha tertawa karena teman di seberang teleponnya, begitu kontras dengan pacarnya yang sekarang meringis, menatap pacarnya masih dengan sumbu menyala.

belum, yang tadi itu belum selesai buat suna. cuma satu kali pelepasan dengan gak liat vha orgasme sama aja bohong. suna masih belum puas. masih mau lagi.

apalagi ia melihat celana dalam pacarnya yang terbit dibalik karet celana kainnya. hitam. warna kesukaan suna. kesukaan suna kalo pacarnya yang pakai. buat kadar seksi meningkat berkali-kali lipat.

gak sabar. suna gak sabar. mau lihat vha tanpa celananya.

dengan tenaga baru yang entah dari mana, suna menyeret tubuhnya mendekat ke pacarnya, yang masih sibuk menjelaskan entah materi apa sama temannya. suna pusing gak mau tau.

yang ia pedulikan cuma celana dalam hitam yang kembar warnanya sama bra di tubuh cantik si cantik.

vha yang sadar si laki-laki kini di bersimpuh di lantai depan tubuhnya, mengangkat alis, bibirnya diam tapi masih fokus mendengar yang di seberang.

susah buat dicuekin, lagipula. suna sekarang nakal, nakal banget. tangannya yang masih dilakban, walaupun banyak robek karena resistensi, berusaha menarik celana si pacar.

vha masih baik, kasihan juga sama pacarnya yang ia tahu gak pernah puas dengan satu sesi dan sekarang malah dicuekin. jadi, usaha pacarnya diturutin; celana kainnya dibiarkan terbuka.

seksi, cantik, cantik banget.

begitu terus isi kepala suna liat pacarnya cuma pakai undergarments, mau banget buat pacarnya tau, makanya ia meninggikan tubuhnya, berbisik di telinga pacar yang gak sibuk dengan teleponnya.

“lo seksi mampus, tau gak?” katanya disela nafsunya sebelum turun kepalanya, menggesek pipinya di payudara si pacar.

vha diam, matanya menatap tajam si pacar yang ia tahu mau macam-macam.

kecup, kecup, hisap, kemudian lidah suna keluar, melumuri kulit yang bisa dihinggapinya dengan liur. giginya menarik kasar bra hitamnya ke bawah. perlihatkan nipple favoritenya di mata.

suna menjajah, mengigit di ujung payudara vha. menyumbunya seakan sedang bergerumul dengan bibirnya.

vha menggigit bibir, menjepit suna di tengah kakinya. pikir suna adalah sinyal hijau, bibirnya makin ganas, dengan tangan yang ikut nakal bermain dengan yang satu.

masih belum puas, suna mau balas kelakuan pacar yang tadi. bibirnya turun, turun, turun, menetapkan celana vha sebagai tujuan.

tau betul pacarnya dan gak mau lagi suna mengendalikan permainan, vha dengan cuek menginjak di bawah.

“haㅡ h,”

suna terkesiap, merasakan telapak kaki vha menginjaknya tepat di penisnya.

“iya, coba lo cek pdf yang kemarin dikirim di grupㅡ bego ah kenapa gak dicek???”

vha begitu tenang menarik celana dalam suna ke bawah, buat penisnya yang tegang muncul ke permukaan.

kalah. suna memang selalu kalah kalau masalah ranjang. dia memang terlalu naif menganggap dirinya akan menang. nyatanya? sekarang kepalanya terkulai lemas di paha si sayang, kadang sesekali mengecupnya untuk merayu, untuk menyudahi siksaan.

bohong sih, bukan siksaan. suna diam-diam menyukai ini. kalau gak suka, dia sudah sedari tadi menolak, kan?

jempol dan telunjuk kaki vha menjadi yang dominan bermain, menjepit pilar suna, pilar yang selalu manja untuk diberi kenikmatan. yang manja minta perhatian. jari-jarinya naik turun, berusaha buat suna makin sensitif.

“hmmhㅡ vhaㅡ hmm,” suna makin aktif, pinggangnya bergoyang mengikuti kaki vha.

vha tersenyum, tahu suna udah balik lagi, balik di bawahnya. balik menjadi budaknya dan bukan lagi yang pimpin permainan siang ini.

“ㅡram, udah dulu ya, bentar. mau kasih makan kucing.”

aram diam sebentar, paham betul. ya tau lah? vha yang anak rantauan mana punya kucing? kecuali kucing besar yang manja bukan main.

“bajingan, ya udah.”

begitu tanggapan terakhir dan percakapan ditutup.

“seneng? seneng menang perhatian gue?”

suna menatap dari bawah, bibirnya membuka karena desahan yang makin meninggi.

“vhaㅡ vhaㅡ”

“suka gak? gue kasih perhatian?” tanya si cantik lagi, sekarang diberi tekanan.

suna mengangguk, bibirnya kecupi paha sayangnya. pinggulnya masih bergerak menikmati gesekan kaki pacarnya.

“naik ke kasur.”

“t-tapi, vhaㅡ”

“mau keluar lagi, gak? gak mau?”

suna rasanya mau loncat, mau buru-buru dimanja sama pacarnya. cuma kakinya gemetar, kejantanannya sakit di tengah kakinya.

suna duduk di ranjang, menghadap vha yang langsung mendorong bahunya, buat suna telentang.

pacarnya kini naik di atasnya, tangannya balik lagi genggam penis suna yang menegak karena foot jobnya.

“tadinya mau pake lubrikan biar licin, tapi lo basah banget, na,” vha tertawa mengejek, “mau apa sih?”

suna di bawahnya terengah-engah. tangannya coba gapai vha yang tangannya makin cepat naik turun. kuku tumpulnya menggesek di ujung kepala; memutar-menekan-memutar-menekan.

“vhaㅡ vhaㅡ”

yang dipanggil tersenyum, kini mengangkangi kejantanan si sayang, “baby boy wants to come? hm?”

suna mengerang, kepalanya mengangguk cepat.

baby boy, baby boy, baby boy.

suna suka sekali sebutan itu. buatnya merasa yang paling disayang si pacar. rasanya bagai dia anak baik yang nurut sama si pacar.

pelepasannya di ujung, di ujung, sedikit lagiㅡ

ㅡtapi si cantik memilih melepas tangannya total.

suna mendenguk, kaki gusar karena ejakulasinya yang gagal. tangannya menghentak-hentak di depan dadanya.

yang lelaki menangis; matanya berkabut dan memerah. pandang vha dengan bibir bergetar, mencoba mengigit bibirnya takut isakannya keluar.

harga dirinya betul-betul digorok disini, putus tanpa sisa saat ejakulasinya lagi-lagi dikontrol si pacar.

suna bisa apa lagi selain memohon?

“hhㅡ vhaㅡ tolong, tolongㅡ”

“mau enak sendiri? mau menang sendiri?”

suna menggeleng, matanya menyayu pandang vha. memelas minta ampun, minta dijemput nikmat puncak lagi.

vha melepas celana dalamnya dan suna mendesah.

“tell me what do you want?”

suna menekuk jarinya, frustasi di ubun-ubun. ingin sekali memasuki pacarnya, ingin sekali dipijat dinding rapat pacarnya sampai ke awan. ingin, ingin, ingin.

“masuk, vha. m-mau masukㅡ”

vha membawa kepala jamur suna menggesek pintunya. si perempuan memaju-mundurkan pinggulnya.

“do you think you deserve it? do you think you are a good boy enough?”

suna mengangguk putus asa, “iya, g-gue anak baikㅡ anak baikㅡ”

“anak baik siapa?”

suna menegun, matanya berair lagi, “your good boy, please, your good boyㅡ”

begitu dan suna langsung meraung dari ujung tenggorokannya saat kepalanya tenggelam di dalam si pacar.

“hhㅡ there you go baby. satisfied yet?”

yang di bawah mendesah kala pinggul yang cantik naik turun di atasnya, menenggelamkan seluruh kejantanannya.

vha buat suna gelagapan di bawahnya. selain karena kenikmatan karena dimanja di penisnya, suna hampir gila melihat bagaimana menawannya sang pacar yang menari di atas tubuhnya.

si pacar berpeluh, wajahnya cantik dengan banyak kepercayaan diri. tangannya dengan rajin menyibak rambutnya ke belakang, menyisirnya agar dadanya terpampang indah.

“you don't come before i do, okay?”

hati suna mencelos. ejakulasi sudah diujung lagi. beberapa kali pompaan ia mungkin akan keluar.

suna menggeleng, “vhㅡ pleaseㅡ”

“gue jugㅡ hhhㅡ hnmㅡ sebentar lagiㅡ”

masih dengan tangan terikat, suna ikut menaik turunkan pinggulnya lebih cepat. buat vha memejam karena titik nikmatnya ikut dibentur.

suna makin membesar di dalam, buat vha makin giat mengejar nikmat untuk keduanya. si cantik makin sensitif gesekan di dindingnya, penis suna di dalam mengaduk begitu nikmat.

“sunㅡ hhhㅡ suna? keluar? mau keluar?”

suna mengangguk. mau, mau, mau.

vha mencakar pada tangan suna yang terlilit.

keluar. vha keluar melumuri pilar suna yang berdiri tegak. yang kemudian dengan cepat ditinggal oleh si cantik.

gak bisa, suna gak bisa keluar di dalam.

vha, masih gemetar dengan ejakulasi sendiri, dengan buru-buru turun ke bawah.

bibirnya melahap penuh penis suna. menghisap dan menjilat dimana-mana.

suna dihisap sampai pipi mencekung, sampai suna gemetar,

“ahhㅡ vhaaaㅡ fuck vhaㅡ”

ㅡsampai suna keluar. sampai suna hilang rasa dan akal, sampai suna merasa energinya ikut ditelan oleh yang paling tersayangnya.

suna merasa hilang. tubuhnya meleleh di kasur kosan sang pacar.

keningnya dikecup mesra, vha tertawa di telinganya.

“you did well, baby.”

-