9 Malaikat dan kebenaran

2.2k words

Wajah Chris selalu berkabut, dan kapan pun juga Minho tak pernah bisa membaca pikirannya. Tetapi begitu matanya tertuju pada Sana, ia tahu kalau Chris kaget. tapi laki-laki itu dengan cepat mengatasi kekagetannya. seluruh emosinya terkendali ketika sorot matanya menjadi waspada dan hati-hati. “Sana?”

Jantung Minho berdegup dengan kencang. Kalau Minho tertinggal delapan bulan, bagaimana Sana dan Chris saling mengenal. sedangkan mereka berdua sama-sama berada di lingkungan sekolah yang sama?

“Gimana kabar kamu?” Sana bertanya sambil tersenyum manja, melempar lollipopnya ke keranjang sampah.

“Kenapa kamu ke sini?” Mata Chris bertambah waspada, seolah di tidak merasakan 'apa yang kamu lihat itulah yang kamu dapatkan'. dan berlaku pada Sana.

“Aku kabur.” Senyumnya terangkat ke satu sisi. “Aku harus bertemu denganmu lagi. sudah lama aku berusaha, tapi penjagaan—yah kamu pasti tau. gak bisa dibilang longgar.”

“Datang ke sini bukan ide yang bagus.”

“Aku tahu ini sudah lama, tapi aku berharap mendapat reaksi yang sedikit lebih ramah,” Katanya dengan bibir cemburut.

Chris tidak menjawab.

“Aku gak bisa berhenti buat mikirin kamu.” Sana mengubah suaranya menjadi nada rendah dan seksi, sambil perlahan mendekati Chris. “Urusannya enggak semakin mudah. Dahyun menyampaikan beberapa alasan kenapa aku absen. aku mempertaruhkan masa depannya, juga masa depanku. apa kamu setidak ingin itu buat ngedengerin kata-kata yang harus aku sampaikan?”

“Katakan.” Suara Chris tidak menyiratkan rasa percaya.

“Aku belum nyerah buat mendapatkan cinta kamu. selama ini—” Sana tidak meneruskan ucapannya. matanya mengerjap, menahan air mata yang akan menitik. ketika dia berbicara lagi, suaranya lebih tenang tapi masih bergetar. “Aku tahu bagaimana kamu bisa mendapatkan sayapmu kembali.”

Dia tersenyum kepada Chris, tetapi Chris tidak membalas senyumannya.

“Begitu kamu memperoleh sayap kamu kembali, kamu bisa pulang,” Katanya dengan lebih yakin. “Segalanya akan kembali seperti dulu. tak ada yang berubah. walaupun tidak sepenuhnya.”

“Apa imbalannya?”

“Tak ada imbalan. kamu harus menyelamatkan satu nyawa manusia. Bersikap sangat bijaksana, merenungkan kejahatan yang membuat kamu terbuang ke sini.”

“Apa tingkatanku?”

Seluruh keyakinan runtuh dari mata Sana. dan Minho merasa Chris mengajukan pertanyaan yang ingin di hindarinya. “Aku baru saja memberitahumu bagaimana kamu bisa mendapatkan sayap kembali,” Balas Sana sedikit menggurui. “Rasanya aku pantas mendapatkan ucapan terimakasih—”

“jawab pertanyaanku.” Tetapi senyum getir Chris mengisyaratkan kalau dia sudah tahu jawabannya. atau dia punya dugaan yang sangat bagus. Apapun jawaban Sana, dia pasti tak akan menyukainya.

“Baik. kamu bakal jadi malaikat pelindung, oke?”

Chris mendongkakan kepala dan tertawa pelan.

“Apa salahnya menjadi pelindung?” Cecar Sana. “Memangnya itu kurang baik?”

“Aku tahu yang lebih baik.”

“Dengarkan aku Chris. tak ada yang lebih baik. kamu cuman membodohi diri kamu sendiri. Malaikat terbuang mana pun akan melompat gembira kalau mendapat kesempatan untuk memperoleh sayapnya kembali dan menjadi pelindung. kenapa kamu enggak?” Suaranya tercekat dengan rasa bingung, jengkel dan tertolak.

Chris berjalan dari meja biliar. “Senang bertemu denganmu lagi, Sana. Selamat Jalan.”

Tanpa aba-aba, dia mencengkram kemeja Chris, menarik tubuhnya, dan mencium bibirnya. sangat perlahan tubuh Chris beralih ke arahnya, kekakuannya mereda. tangannya terangkat dan mencengkram tangan Sana.

Kerongkongan Minho tercekat. Ia berusaha mengabaikan tusukan rasa cemburu dan bingung di dadanya. sebagian dirinya ingin berpaling dan menangis, sebagian lagi ingin menghampirinya dan berteriak. tapi itu tak akan ada gunanya. Minho tak terlihat. Jelas Bu Sana... Sana.. siapapun dia.... punya kenangan romantis dengan Chris. Apakah mereka masih bersama-sama sekarang—di masa depan? Apakah dia melamar kerja di sekolahnya agar bisa lebih dekat dengan Chris? itukah sebabnya kenapa dia ngotot menakuti Minho untuk menjauhi Chris??

Tapi sepertinya semua pertanyaan itu seketika tersingkir begitu saja, saat pembahasan lain yang kembali di angkat kepermukaan oleh kedua sosok itu membuat kepala Minho seperti habis di hantam keras satu kenyataan yang lebih menyakitkan dan perasaannya yang seketika hancur sehancur-hancurnya.

Jari Minho terangkat dari luka Chris dan hubungan itu terputus. Butuh waktu sejenak untuk memutuskan pikiran. Dan setelahnya Minho merasakan pergelangan tangannya yang di kunci di atas kepala.

“Lo seharusnya enggak ngelakuin yang satu itu.” Ada kemarahan yang teredam di wajahnya, hitam dan mendidih. “Apa yang lo liat?”

Minho mengangkat lutut dan membenturkannya ke tulang iga Chris. “Lepasin—Gue.”

Dia menekan pinggul Minho, menguncinya, sehingga kakinya tidak bisa digerakan. dengan tangan masih terentang ke atas, Minho tak bisa melakukan apa-apa selain menggeliatkan tubuhnya. tenaga Chris terlalu begitu kuat dibandingkan dengan Minho

“Lepasin—gue—atau—gue—bakal—teriak!”

“Lo udah teriak. dan gak ada yang peduli. Tempat ini udah beneran kaya rumah pelacur dibanding sebuah penginapan.” Chris tersenyum sinis penuh kekejaman. “Kesempatan terakhir, Minho. apa yang lo liat?”

Minho berusaha untuk menahan air mata. seluruh tubuhnya bergetar karena emosi yang sedemikian asing sehingga ia bahkan tak bisa menyebutkannya. “Lo ngebuat gue muak!” Katanya. “Siapa lo, siapa sebenernya lo?”

Bibir Chris tambah menyeringai. “Kita semakin dekat.”

“Lo pengen bunuh gue!”

Wajah Chris tak menunjukan ekspresi apa pun, tapi sorot matanya bertambah dingin.

“Jip lo gak bener-bener matikan?” Lanjutnya. “Lo bohong. bawa gue ke sini biar bisa ngebunuh gue. itu yang pengen lo lakuin menurut Sana. Jadi, tunggu apa lagi.” Minho tidak tahu sama sekali ke mana persoalan ini berujung, dan tidak peduli. ia memuntahkan kata-kata untuk menutupi ketakutannya. “Selama ini lo berusaha buat ngebunuh gue. sedari awal. apa lo bakal bunuh gue sekarang?” Minho menatap Chirs, tajam dan tak berkedip, berusaha mencegah air matanya menetes saat ia teringat hari bersejarah saat Chris masuk ke dalam kehidupannya.

“Ide yang cukup menggoda.”

Kembali berkelit di bawah tubuhnya, Minho berusaha berguling ke kanan, kemudian ke kiri. Sampai membuat dirinya tersadar bahwa ia hanya membuang-buang energi dan berhenti berusaha. Chris memandang lurus ke arahnya. matanya lebih hitam ketimbang yang pernah diliatnya.

“Berani taruhan lo lebih menyukai ini.” Kata Minho.

“Taruhan yang cerdas.”

Minho merasa jatungnya berpindah ke kaki. “Lakuin aja kalo gitu,” Kata Minho dengan suara menantang.

“Ngebunuh lo?”

Dijawab oleh Minho dengan anggukan. “Tapi sebelumnya gue pengen tau alesannya. di antara miliaran orang di dunia, kenapa gue?”

“Karena gen yang buruk.”

“Itu aja? cuman itu penjelasan yang bisa lo kasih?”

“Untung sekarang.”

“Maksud lo apa?” Minho meninggikan suaranya. “gue bakal ngedenger cerita lengkapnya setelah lo mukul dan bunuh gue gitu?”

“Gak mesti mukul buat ngebunuh lo. kalo gue pengen lo mati dari lima menit lalu, lo pasti udah mati lima menit lalu.”

Chris menyapukan tanda lahir milik Minho yang terlihat dengan ibu jarinya. Sentuhannya mengandung kelembutan palsu, membuatnya semakin menyakitkan.

“Gimana soal Sana?” Tanya Minho kembali, masih sulit bernafas. “Dia sama kaya lo, kan? kalian berdua—malaikat.” Suaranya tercekat saat mengucapkannya.

sosok yang mengukung Minho itu sedikit melonggarkan tekanan pada pinggulnya. Tapi tangannya masih menekan pergelangan tangan. “kalo gue lepasin, lo bakal dengerin gue?”

“Apa peduli lo kalo gue lari? tinggal nyeret gue balik kesini kan.”

“Gue males kalo sampe jadi tontonan.”

“Sana itu pacar lo?” Dapat dirasakan bahwa Minho memiliki tiap beban yang terangkat dan jatuh dari dadanya. ia tak merasa pasti apakah mau mendengar jawaban dari pertanyaannya atau tidak. bukannya sesuatu yang penting, sekarang Minho tahu kalau Chris ingin membunuhnya, terasa konyol sekali kalau ia masih peduli.

“Dulu. Dulu banget, sebelum gue jatoh ke lembah hitam.” Chris tersenyum getir, berusaha bergurau. “Itu juga sebuah kesalahan.” Dia bagkit, perlahan melepaskan Minho, menguji apakah akan melawan atau tidak. Minho sendiri terbaring di ranjang, tersenggal-senggal, berusaha bangkit dengan bantuan sikunya. setelah menghitung sampai tiga di dalam hati, ia menuburuk Chris sekuat mungkin.

Ditinju dadanya. Tapi Chris hanya bergoyang sedikit, tak bergeser sama sekali. Minho berontak di hadapannya dan mengayunkan kepalan tangan. memukul dadanya sampai bagian bawah kepalan tangan Minho terlihat memerah.

“Udah?”

“Belum!” Menyikut pahanya dengan siku. “Kok lo kaya gak ngerasain apa-apa??”

Minho berusaha berdiri, mencari keseimbangan di atas ranjang, dan menendang perutnya sekuat mungkin.

“Waktu lo tinggal satu menit lagi,” Katanya. “Keluarin semua kemarahan lo. abis itu gue bakal ambil alih.”

Tak tahu dengan apa yang dimaksud Chris dengan 'mengambil alih', dan Minho tidak berniat untuk bertanya. ia melompat dari tempat tidur, menuju pintu. Chris menangkapnya dan mendorong ke dinding, kakinya menempel pada kaki Chris, berhadap-hadapan.

“Gue pengen tau yang sebenernya,” Kata Minho, berjuang menahan tangis. “Apa lo dateng ke sekolah buat ngebunuh gue? itu rencana lo sedari awal?”

Rahang Chris terlihat menegang. “Ya.”

Minho menghapus air mata yang berani-benarinya menetes. “Apa lo ketawa di dalam hati? itu yang lo pengen? ngebuat gue percaya sama lo biar bisa dipermaluin!” Ia tau kemarahannya terasa tidak rasional. seharusnya dirinya ketakutan dan cemas. seharusnya ia melakukan apa pun untuk melarikan diri. dan yang paling tidak rasional di antara segalanya adalah bahwa dirinya masih tidak mau percaya bahwa Chris berniat untuk membunuhnya. betapapun keras usahanya, ia tidak bisa menghapus sepenggal kepercayaan yang tak logis itu.

“Gue ngerti lo marah—,” Sambung Chris.

“Aku hancur!” Teriaknya.

Tangan Chris terangkat ke leher Minho, memberikan pancaran kehangatan. ia menekankan ibu jarinya dengan lembut ke tenggorokan Minho, mendorong kepalanya. merasakan kembali bibirnya menekan birir Minho begitu keras hingga nama yang sekiranya ingin disebut tidak jadi keluar. tangannya turun kebahu, membelai tangan putih Minho, dan bersandar di punggungnya. sepercik rasa panik dan kenikmatan menjalar dalam tubuh. Chris berusaha menarik orang yang di ciumnya itu ke tubuhnya, namun Minho segera mengigit bibirnya.

Chris menjilat bibirnya dengan ujung lidahnya. “Kamu gigit bibir aku?”

“Apa semuanya lelucon buat kamu?”

Dia menjilat bibirnya dengan lidahnya lagi. “Tidak semuanya.”

“Misalnya?”

“Kamu.”

keseluruhan malam ini terasa ganjil. sulit sekali menarik kesimpulan dengan seseorang yang acuh tak acuh seperti Chris. Ah bukan, tapi sangat terkendali. Hingga ke sel terakhir dalam tubuhnya.

Minho kemudian dapat mendengar suara dalam kepalanya. santai aja. percaya sama aku.

“Astaga,” Minho seolah baru tersadar. “Lo ngelakuin itu lagi kan? ngacauin pikiran gue.” Ia teringat artikel yang diliat ketika mencari malaikat terbuang. “lo gak cuman bisa masukin kata-kata ke dalam kepala gue, ya kan? lo bisa masukin gambaran-gambaran secara nyata.”

Dan Chris tidak menyangkal.

“Archangel,” Kata Minho, akhirnya paham. “Lo berusaha buat ngebunuh gue malem itu kan? tapi ada sesuatu yang gak beres. Terus lo ngebuat gue berpikir kalo ponsel gue mati, jadi gue sama sekali gak bisa nelpon Jungwoo. lo berencana ngebunuh gue dalam perjalan pulang? Gue pengen tahu gimana lo ngebuat gue tau apa yang lo pengen!”

Wajah sosok di hadapan Minho tetap tanpa emosi. “Aku masukin kata-kata dan gambaran ke dalam pikiran kamu. tapi apakah kamu mau percaya atau enggak, tergantung diri kamu sendiri. kaya misteri. gambaran tumpang tindih sama realita. dan ya kamu harus nentuin mana yang realitas, mana yang bukan.”

“Apa ini kekuatan kusus seorang malaikat?”

Chris menggelengkan kepala. “Hanya malaikat terbuang. malaikat lainnya tak menyusup ke dalam privasi, meskipun mereka bisa.”

Karena malaikat yang lain baik, dan Chris tidak.

Ia menempelkan tangannya ke dinding di belakang Minho, masing-masing di samping kepalanya. “Aku yang masukin pikiran ke dalam benak pak jung buat ngubah posisi tempat duduk karena harus deket sama kamu. Aku yang ngebuat kamu berpikir kalau kamu jatuh dari archangel karena aku pengen ngebunuh kamu. tapi aku gak bisa ngelanjutinnya. hampir aja. tapi nyatanya, aku berhenti. Aku malah kahwatir sama kamu. Terus aku yang ngebuat kamu berpikir kalo ponsel kamu emang mati karena emang pengen nganterin pulang. pas aku mampir ke rumah, dan ngebantuin masak aku angkat pisau kan? karena aku pengen ngebunuh kamu saat itu.” Suaranya melembut. “Tapi kamu beneran ngerubah pikiran aku.”

Minho menghela nafas panjang. “Gue gak ngerti sama lo. pas gue bilang kalo ayah gue dibunuh, lo keliatan kaya menyesal. pas ketemu mama gue lo juga bersikap manis.”

“Manis,” Kata Chris mengulang. “Itu rahasia antara kita berdua.”

kepala Minho mendadak berputar lebih cepat, dan ia bisa merasakan denyutan di pelipisnya. Minho pernah mengalami kepanikan yang luar biasa seperti ini. sepertinya dia membutuhkan zat besi. entah benar begitu, atau Chris yang membuatnya berpikir bahwa ia membutuhkannya.

Minho mengangkat dagu dan menyipitkan mata. “Keluar dari kepala gue. Sekarang!”

“Aku gak lagi ada di dalam pikiran kamu, Minho.”

Ia membungkuk, menekankan tangan ke lutut, mencoba mengirup udara. “Bohong. gue ngerasain ada lo. jadi, ini yang lo lakuin? ngebuat gue seakan kecekik?”

Laki-laki berambut kecoklatan itu berusaha mengisi paru-paru, tetapi sepertinya tak ada udara. Dunianya menjadi miring, dan Chris bergeser ke samping dalam pandangan. Minho menempelkan tangan ke dinding untuk menyeimbangkan badannya. semakin ia berusaha menghisap udara, semakin kerongkongannya tercekik.

Chris mendekati Minho, tapi ia mengusirnya dengan tangannya. “Pergi!”

Dia menyandarkan sebelah bahunya ke dinding. bibirnya menunjukan bahwa ia merasa cemas.

“Pergi—dari gue.” Minho tersenggal.

Tapi yang diminta pergi tidak bergeser.

“Gue—gak bisa—napas!” Minho tersedak, sebelah tangan menekan dinding, sebelah lagi mencengkram tenggorokannya.

Mendadak Chris memeluk Minho dan menggendongnya ke kursi di seberang ruangan. “Letakin kepala kamu di antara lutut,” Katanya sambil menundukan kepalanya.

Minho menunduk, tersenggal-senggal, berusaha memasukan udara ke dalam paru-paru. perlahan-lahan ia merasakan oksigen mengalir kembali dalam tubuhnya.

“Lebih baik?” Tanya Chris setelah semenit.

Minho mengangguk, sekali.

“Bawa zat besi?”

Kali ini Minho menggelengkan kepala.

“Nunduk terus dan tarik nafas panjang.”

setelah mengikuti intruksi, Minho merasa sesak yang ada di dadanya terasa melonggar. “Terima kasih,” Katanya pelan.

“Masih gak percaya sama motif aku?”

“Kalo gue pengen percaya sama lo, biarin gue buat nyentuh luka lo lagi.”

Chris mengamati sejenak tanpa bicara. “Itu bukan ide yang bagus.”

“Kenapa?”

“lo gak bisa ngendaliin apa yang bakal diliat.”

“Itu maksud gue.”

Dia teridam beberapa detik sebelum menjawab. suaranya pelan, emosinya tidak terbaca sama sekali. “Lo tau kalo gue nyembunyiin beberapa hal.” ada keraguan di sana.

Tentu Minho tahu, Chris menjalani kehidupan dengan ruang tertutup dan menyimpan rahasia. Minho sendiri tak cukup angkuh untuk berpikir bahwa separuhnya melibatkan dirinya. Chris menjalani kehidupan di dunia yang berbeda dengan dunia yang dijalaninya saat bersama Minho. lebih dari satu kali ia berspekulasi, seperti apa kehidupannya yang lain.

Bibir Minho gemetar. “Beri gue alesan buat percaya sama lo.”