Masak (oneshoot au)

Minho mengerucutkan bibir, entah mengapa rasa kesal kini melingkupi dirinya. Bagaimana tidak? Ketika ia melihat kekasihnya dengan mudah menerima makanan pemberian orang lain dan akan terlihat senang dengan hal itu. Minho benar-benar tidak suka.

Tapi bagaimana, laki-laki itu sama sekali tidak bisa mengutarakan kekesalannya karena bagaimanapun pacarnya itu pasti akan berbicara bahwa makanan yang diterimanya hanya sebatas, “Kan kamu Tau sedekat apa aku sama dia, aku nerima makanannya cuman karena menghargai kok.

Dosen yang sedari tadi entah menjelaskan tentang apa di depan akhirnya menutup sesi pembelajarannya, membuat seluruh mahasiswa menghembuskan nafas lega. Minho semakin merenggut, menangkupkan wajah pada lipatan tangannya yang ada di atas meja.

Kak gak usah dipikirin terus sih, yang ada bikin kesel sendiri doang.” Celetuk seungmin yang sedari tadi asyik berkutat dengan bukunya—yang jelas bukan untuk mencatat apa yang sedari tadi dijelaskan Dosen.

Minho mengintip dari celah tangannya. “Tapi Seung gue gak suka banget. Cuman lo taukan Chan tuh kaya gimana.

Seungmin mengedikan bahunya, sibuk dengan kegiatannya yang masih asik dengan buku di hadapannya. “Yaudah kalo gitu kenapa gak lo coba aja bikinin kak Chan kue gitu atau apa? Seenggaknya ya impas, kak Chan juga makan makanan buatan lo. kalo perlu bikin sespecial-specialnya kak.

Lo tuh mau ngasih solusi apa mau nyindir gue sih? elah deh.” Protes Minho sambil menoyor kepala Seungmin pelan. Seungmin mendelik tidak suka, tapi dibalas pelototan balik oleh laki-laki berambut oranye tersebut.

Ya belajar kak coba. Semua itu harus ada usahanya, jangan cuman ngeluh mulu deh. Lagi lo mau kak Chan lebih suka makan makanan orang lain?

Ya enggak lah. Lo liat aja sekarang nih gue uring-uringan begini karena apa coba.

Nah yaudah.” Seungmin memasukan barang-barangnya ke dalam tas, beranjak dari tempat duduknya. “Mending sekarang kita isi perut deh, karena gue udah laper banget beneran. Masalah lo mau belajar masak, gampang. Nanti gue minta tolong sama kakak gue deh buat ngajarin.

Minho menatap Seungmin dengan mata berbinar. “Bener nih Seung lo mau bilang ke kakak lo buat ngajarin gue masak? Walaupun lo tau gue sebebel dan seteledor apa orangnya kalo masalah masak?

Iya udah beneran entar gue bilang ke kakak gue, sekalian gue bantuin juga nanti. Udah ayo ah kak buruan.” Balas Seungmin sambil menarik tangan Minho gemas agar beranjak dari tempatnya. Minho hanya terkekeh dan mengikuti Seungmin dengan berbagai rencana yang sudah tersusun rapih di kepalanya.

Minho benar-benar melakukan keinginannya untuk setidaknya belajar memasak, untungnya kakak Seungmin bersedia untuk mengajarinya walaupun Seungmin sudah mewanti-wanti sedari awal betapa luar biasa teledor dan payah temannya yang satu itu.

Terbukti dengan nyaris tiga hari melakukan percobaan dengan satu resep makanan manis dan satu makanan utama, banyak kejadian gaduh yang terjadi. untungnya kakak Seungmin sangatlah sabar dan mau mengajari Minho setidaknya sampai apa yang telah di ajarinya bisa diikuti oleh Minho.

Chan sendiri tidak mengetahui kalau Minho sedang berusaha belajar memasak, Minho berbohong bahwa ia sedang mengerjakan tugas kelompok bersama dengan Seungmin yang membuatnya harus menginap. Chan bukan tipikal orang yang akan curiga sama sekali dengan apapun yang dilakukan oleh Minho, asal Chan tau dimana dan dengan siapa Minho berada.

saat Sabtu malam, Minho tersenyum sumringah memasuki apartemen yang ditinggalinya bersama dengan Chan.

Ia sudah mengabari Chan sebelumnya dan mengetahui kalau pacarnya tersebut akan pulang sebelum jam makan malam. Minho mengecek jam tangannya, bergegas ke arah dapur untuk membuat hidangan makan malamnya.

Minho benar-benar kelewat senang, bahkan luka-luka di tangan yang didapatinya selama belajar memasak selama tiga hari tidak dihiraukannya sama sekali dan ia tetap melakukan aktifitasnya untuk membuat makan malam.

Dengan susah payah, Minho melakukan apa yang sudah diajarkan. Tapi karena mungkin cowok manis itu takut Chan akan pulang sebelum hidangannya selesai Minho jadi mengerjakannya tidak sepelan saat ia pelajari kemarin dan malah membuat luka baru di tangannya.

yang lebih fatal sekarang adalah, Minho tidak sengaja menjatuhkan panci berisi sup kerangnya. Isinya tumpah mengenai lengannya. satu tangannya yang lain dengan refleks juga memegang sisi panci yang panas dan membuatnya langsung mengaduh kesakitan. Minho terduduk di lantai bersamaan dengan bunyi panci yang jatuh dan pintu depan apartemen yang tertutup dengan keras.

Minho!! Kamu ngapain??!” Teriak Chan tiba-tiba. Minho mendongkakan wajahnya, melihat Chan yang terlihat panik dan kesal bercampur menjadi satu. “Astaga.

Chan berjalan cepat menghampiri kekasihnya. Direngkuhnya tubuh Minho, membawa tubuh mereka berjalan ke arah westafel, menyalakan keran dan mengarahkan lengannya di bawah aliran air.

Tahan sebentar.” Ucapnya sambil menahan Minho yang siap menjauhkan lengannya.

setelah selesai, Chan membawa Minho duduk di kursi meja makan. Meninggalkannya di sana untuk mengambil kotak P3K yang ada di kamar mereka. Saat ia kembali, Minho mengigit bagian dalam pipinya ketika memperhatikan raut datar Chan, menatap luka bakar di lengan Minho juga beberapa luka dan plester kecil di tangan dan jari-jari manisnya.

Laki-laki itu diam selama sesaat, sebelum akhirnya memulai kegiatannya dengan melepas plester-plester di tangan Minho dan mulai mengobati lukanya.

Sebenarnya Minho ingin menjerit karena merasa sakit, namun karena tidak ingin memperkeruh suasana akhirnya Minho benar-benar berusaha untuk menahannya. Chan menggenggam tangan Minho erat namun lembut, dengan telaten memberikan salep luka bakar pada bagian lengan Minho walaupun pacarnya itu selalu refleks menarik lengannya karena merasa kesakitan.

Setelah selesai, Chan mengembalikan semua peralatan obat-obatan kembali ke tempatnya. Ia letakan kotak P3K di samping meja tempat Minho duduk. Minho sedari tadi diam memperhatikan gerak-gerik Chan, sampai akhirnya laki-laki itu tepat memperhatikan manik mata Minho yang kini kelihatan takut-takut.

Aku tanya, kamu ngapain?” Kata Chan buka suara, tatapannya untuk sessat masih tidak bisa Minho artikan. “Kamu tau kan kalo kamu itu gak bisa masak? Kenapa kamu malah masak?? terus liat tangan kamu jadi banyak lukanya gini coba.

Minho seketika menunduk, enggan bertatapan dengan Chan. “Minho, gamau di jawab pertanyaan aku??? Hmm?

Minho menggelengkan kepala, entah mengapa air mata sudah bergumul di pelupuknya. Minho tidak pernah suka ketika melihat Chan bersikap seperti ini di depannya.

Chan menghela napas, tahu betul tabiat pacarnya yang satu ini. Ia menetralkan segala emosi yang berkecamuk pada dirinya sebisa mungkin.

Ketika dirasa emosinya sudah mereda, Chan memajukan badannya untuk melihat wajah Minho dari bawah. diulurkan salah satu tangannya untuk memegang pipi gembilnya. “Hey, udah aku gak marah oke? tapi tolong di jawab pertanyaanku. aku tuh cuman kahwatir min.

Aku.. aku cuman pengen... pengen buatin Chan makanan.. buatan aku..” Cicit Minho yang untungnya masih bisa di dengar Chan. “Chan belum pernah makan makanan buatan Ino sendiri.. tapi Chan sering makan makanan buatan orang lain.

Chan tidak memberikan respon apapun, membuat Minho mengalihkan tatapannya ke arah Chan yang masih menatapnya lembut di bawah sana. Ia mengelus pipi Minho pelan.

Aku kemarin udah sempet belajar kok, aku udah bisa. Cuman kayanya tadi kurang hati-hati makannya gak sengaja jatohin panci sama isi-isinya.” Lanjut Minho yang kini sesenggukan, entah sejak kapan ia mulai menangis.

“Hey kok jadi nangis.” Chan berdiri dari posisi jongkoknya, segera merengkuh tubuh Minho yang semakin menangis. Ia ambil salah satu tangannya untuk dikecup pelan agar Minhonya tidak merasa sakit. “tangan kamu yang luka-luka ini karena kamu abis belajar masak kan? Terus nginep dirumah seungmin buat ngerjain tugas itu ternyata bohong yaa? Kenapa ga mau bilang jujur kalo mau belajar masak??

Channn... Ino minta maaf..” Rengek Minho yang suaranya agak teredam karena wajahnya sedang berada di perut Chan.

Chan kembali pada posisinya semula, memandang Minho yang masih sesenggukan. Ia baru saja ingin melanjutkan perkataannya ketika merasa mencium bau terbakar.

Minho juga menyadarinya, dan tangisnya yang hampir saja reda harus kembali karena ia mengingat sesuatu.

Channn... Kue buatan aku gosong huaaa....

Minho menekuk wajahnya, melihat Chan yang tengah sibuk dengan kegiatannya membuat pancake. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri, ketika melihat Chan yang akhirnya harus membuatkan menu makan malam mereka, walaupun pancake bukanlah jenis makanan yang bisa disajikan untuk makan malam. Karena ya, hanya makanan itulah yang bisa di buat olehnya.

Udahan cemberutnya, nih special buat kamu.

Chan meletakan piring berisi pancake buatannya ke hadapan Minho, mengusak surai rambutnya gemas dan menarik kursi agar bisa duduk berdekatan dengan Minho.

Harusnya kan aku yang bilang gitu.” Balas Minho dengan suara memelas membuat Chan tertawa. ia raih garpu yang ada di piring dan mulai menyuapi Minho lalu bergantian dengan dirinya. Minho menerima suapannya dengan pasrah, karena bahkan saat ia ingin menggantikan Chan untuk membuat pancake pacarnya itu melarang dan mengatakan Minho tidak boleh memegang apapun karena tangannya yang masih terluka.

Lagi kamu tuh ya bisa gak sih pelan-pelan gitu, yang hati-hati. Ini alasan aku tuh gapernah ngebiarin kamu masak yang berat-berat atau ada megang pisau gitu-gitu. kamu tuh kalo apa-apa terlalu excited jadinya malah ga hati-hati. liat kan tangan kamu jadi gimana, gak inget pengalaman kamu tuh.

Ish tapi kan yang waktu itu beda sama sekarang.

Beda darimana kalo ujung-ujungnya kamu jatohin dan numpahin isi masakan kamu yang akhirnya bikin lengan tangan kamu abis kebakar gitu? beneran gak kapok ya?

Minho mengatupkan bibirnya rapat, kembali menundukan wajahnya. Ia paham betul Chan sangat mengawahtirkan dirinya, tapi entah mengapa ia merasa kalau pacarnya ini seperti tidak bisa mempercayai Minho untuk belajar melakukan sesuatu yang ia tidak bisa.

Aku bukan gak percaya Min.” Lanjut Chan sangat mengetahui apa yang sedang dipikirkan laki-laki di hadapannya. Minhonya ini memang terlalu transparan untuk dibaca. “Aku cuman pengen kamu gak kenapa-kenapa. Kalo kamu izin dan janji sama aku buat belajar masak pelan-pelan dan yakin sebisa mungkin gak ngelukain diri kamu sendiri aku pasti ngebolehin kok. Lagi masih banyak banget waktu buat aku muji masakan kamu min, gak mesti sekarang kan.

Kalo ini ada kaitannya sama aku yang suka nerima makanan dari Sana, sebenernya aku gak pernah loh makan makanan yang dia kasih. yang sering makan tuh ya anak-anak, aku bagian nerima aja.

Minho menatap Chan yang kini kembali menyodorkan potongan pancake padanya. “Tapi kenapa aku denger kakak kalo ditanya gimana makanan kak Sana jawabannya selalu yang emang abis makanan makanan yang udah dikasih dan kaya sesuka itu?” Tanyanya setelah menelan makanannya.

Satu fakta kecil terkait Minho, jika ia sudah benar-benar dalam mode manja laki-laki penyuka kucing tersebut akan kembali memanggil Chan dengan panggilan honorificnya.

Ya aku minta anak-anak buat ngasih pendapat lah, terus biasanya sama Changbin di tambah-tambahin. abis itu aku ikutin aja kaya apa yang mereka bilang.

Aku gak tau kalo kakak sampe segitunya...

Chan menyunggingkan senyuman, lalu memajukan wajahnya untuk meraih mulut Minho yang terlihat sedikit belepotan madu dengan bibirnya. ia lumat bibir Minho dan merasakan bibir ranum itu yang menjadi manis dua kali lipat. Sesaat kemudian Chan menarik wajahnya, ketika dirasa kesayangannya itu berniat untuk membalas ciumannya. Chan langsung tertawa melihat wajah Minho yang kembali merenggut.

Ya harus segitunya lah, biar kesayanganku gak makin bete. yah walaupun tetep bete juga sih.” Chan kembali mencium bibir Minho sepersekian detik. “Ngomong-ngomong kamu sama aja kaya pancake, sama-sama manis.

Kak chan.” Minho merentangkan tangannya mengisyaratkan Chan untuk menghampirinya agar bisa di peluk. Chan tak habis fikir bagaimana bisa pacarnya bisa terlihat semenggemaskan seperti saat ini. “Ino saaayaaaangggg baaanggget sama kakak.

Iya, kakak lebih lebih sayangnya sama ino.” Dikecupnya ujung kepala Minho berkali-kali. “pancakenya di abisin dulu ya, abis ini kita movie marathon sambil cuddle oke?

boleh sambil makan coklat?

Jangan banyak-banyak tapi, kalo enggak kakak cium kamu terus-terusan.

Yaudah gapapa.

Ino..

hehehe kakak juga suka jadi gapapa.

Chan melepaskan pelukan mereka, mengacak rambut Minho gemas dan kembali menyuapinya.

Minho merasakan hatinya menghangat saat memikirkan bagaimana Chan sebisa mungkin selalu memperlakukannya dengan cara manis. Ia sendiri sebisa mungkin menanamkan satu pemikiran mulai dari sekarang, bahwa bagaimanapun kekurangan yang dimilikinya, ia yakin Chan akan sebisa mungkin memaklumi dan menerima segala kekurangan yang ada sama seperti Minho yang juga akan menerima segala kekurangan yang ada pada diri Chan.

Karena terkadang, cinta memang semudah itu untuk menerima kekurangan satu sama lain bukan.