II. | Gelap Gemerlap.

dikirim dari A, tersayang.


Suatu hari degupan jantung paling keras dalam hidup terdengar oleh telingaku sendiri, pula nyaringnya hingga tergetar jari jemari ini. Bergelut dengan diri sendiri di masa lalu, masa kini, dan masa depan membuatku memeluk lutut seerat-eratnya lalu kubenamkan wajahku sedalam-dalamnya hingga isak tangisku bisu.

Malam itu aku mencengkeram surat untuknya, kutulis dari getih sendiri. perih dan bernada lirih. berani dan hampir mati.

“Oh Tuhan, pasrahku berikan pada binatang yang hendak mencabik-cabik dagingku; aku lelah berjuang meneriakkan suara yang kalah dengan angin badai, bersama guntur ia nyaris mencabut nyawa kendatipun lebih dahsyat keinginanku untuk bersamanya.” rintihku, bersenandung harap.

Selama ini waktu, tenaga, dan kekayaanku diberikan untuknya; meski aku masih milikku, bukan miliknya.

Setidaknya itulah hal terbaik yang telah kulakukan; meski secukupnya.