I | Gelap Gemerlap.

Ada satu malam dimana seribu tanya menyerang isi kepala dan kata demi kata membungkam suara.

Pada saat itu tiba ajalnya sang hati teriris oleh bayang yang tak pasti. Dia meracau kacau meminta tolong kepada pemilik sepasang telinga yang dicipta bukan untuk mendengar pilunya.

Padahal hari-harinya penuh dengan adiwarna, kabarnya.

Malam itu menjadi saksi si topeng lusuh yang kukuh tersenyum dilepas, menampakkan wajah kusut dan kotor oleh derai air mata yang lama dibendung.

Kini seluruh tatapannya kosong.

Jiwanya entah dipinjam siapa, entah diculik siapa.

Malam itu pun juga kerabat dekat tak berhenti merapal doa agar damainya segera kembali. Sebab yang terbaring lemah bukan dirinya lagi.

Atau justru yang disaksikan adalah tubuh tak bersukma.